Penggundulan Hutan Gunung Salak, Bencana Naik di DAS Cisadane

Reporter

Avit Hidayat

Senin, 2 April 2018 10:50 WIB

Banjir yang merendam pemukiman kawasan Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Senin (25/3). Banjir disebabkan oleh meluapnya sungai Cisadane akibat air kiriman dari Bogor serta alih fungsi hutan lindung menjadi villa di hulu Cisadane kawasan Gunung Salak. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Potensi bencana banjir dan tanah longsor di kawasan daerah aliran sungai (DAS) Cisadane meningkat karena terjadinya penggundulan hutan di Gunung Salak, Kabupaten Bogor.

Direktur Perencanaan, Evaluasi, dan Perencanaan Daerah Aliran Sungai, Yuliarto Joko Putranto mengatakan, dari 152.576 hektare luas DAS Cisadane, terdapat 71.938 hektare yang berpotensi sangat rawan longsor. Jumlah ini belum ditambah 61.260 hektare yang masuk kategori rawan.

Koran Tempo edisi Senin 2 April 2018, menulis soal kawasan DAS Cisadane. Laporan tersebut linear dengan temuan limpasan banjir di kawasan, atau tepat di area lereng Gunung Salak.

Baca: Puncak Makin Botak, 5.700 Hektare Hutan Lenyap dalam 16 Tahun

Yuliarto menemukan ada 31.128 hektare wilayah yang sering diterjang banjir bandang dengan tingkat ekstrem. Sebanyak 91.680 hektare lainnya rawan limpasan banjir dalam tingkat tinggi. "Di hulu Cisadane memang rawan banjir," ucap dia.

Advertising
Advertising

Yuliarto juga menemukan data tren debit banjir di kawasan DAS Cisadane terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2009, debit banjir hanya 538 meter kubik per detik. Jumlah ini melonjak drastis menjadi 572 meter kubik per detik pada 2017. Hitung-hitungan ini didapat dari analisis intensitas curah hujan 86,4 milimeter per hari.

Lonjakan debit air tersebut diperkirakan terjadi lantaran deforestasi dan alih fungsi lahan di kawasan hulu Cisadane. Kementerian mencatat adanya lonjakan alih fungsi lahan dari pertanian atau perkebunan menjadi area permukiman.

Pada 2009 luas permukiman hanya 19.437 hektare, lalu bertambah menjadi 23.526 hektare pada 2013 dan menjadi 34.756 hektare pada 2017 di seluruh kawasan DAS Cisadane.

Temuan ini berbanding lurus dengan hilangnya hutan primer (hutan perawan) di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS) yang mencapai 9,26 hektare dari total 737 hektare pada 2009. Selain itu, kawasan pertanian mengalami penyusutan dari 54.997 hektare pada 2009 menjadi 18.903 hektare pada 2017.

Peneliti Forest Watch Indonesia, Anggi Putra Prayoga, mengatakan alih fungsi kawasan hutan dan pertanian lebih banyak terjadi di kawasan Gunung Salak Endah, atau sisi barat Gunung Salak. "Di sana banyak dibangun vila-vila," tutur dia.

Menurut dia, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berperan “mengatur” legalitas deforestasi di kawasan hutan konservasi. Seperti halnya yang terjadi di Taman Wisata Alam (TWA) Telaga Warna di kawasan Puncak, Anggi mengatakan, "Padahal kawasan itu adalah area penyangga dari bencana banjir."

Kepala Balai Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, Awen Supranata, menjelaskan tidak ada lahan di kawasannya yang berubah fungsi. Atau, sampai mengalami seperti yang terjadi di kawasan Puncak, yang diduga dicaplok vila pejabat.

Kepemilikan lahan dan bangunan ia pastikan berada di luar kawasan TNGHS. "Yang penting, mereka tidak menduduki lahan hutan negara," ucap dia.

Simak: Pemkab Bogor-Perhutani Akan Bongkar Vila Liar Puncak di Cisadon

Awen menjelaskan, total luas kawasan TNGHS mencapai 87 ribu hektare. Jumlah itu terbagi atas zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan tradisional, dan zona khusus. Kata dia, zona inti dan rimba adalah hutan alam yang belum tersentuh manusia. Sedangkan zona pemanfaatan tradisional adalah lahan budidaya tradisional untuk masyarakat setempat. Adapun zona khusus adalah daerah latihan militer.

Kata dia, sampai saat ini tercatat ada beberapa jenis satwa endemik yang masih hidup di Gunung Salak. Di antaranya macan tutul, owa jawa, dan elang jawa. Menurut Awen, habitat hutan di Gunung Salak lebih terjaga ketimbang kawasan di area Puncak, Kabupaten Bogor.

Berita terkait

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

3 hari lalu

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau GAPKI mengklaim ekspor ke luar negeri turun, terutama di Eropa.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Zulhas Revisi Permendag Barang Bawaan Impor, Teten Evaluasi Pernyataan Pejabatnya soal Warung Madura

4 hari lalu

Terpopuler: Zulhas Revisi Permendag Barang Bawaan Impor, Teten Evaluasi Pernyataan Pejabatnya soal Warung Madura

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas merevisi lagi peraturan tentang barang bawaan impor penumpang warga Indonesia dari luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gapki Tanggapi Target Pemerintah soal Pemutihan Lahan Sawit pada September 2024

5 hari lalu

Gapki Tanggapi Target Pemerintah soal Pemutihan Lahan Sawit pada September 2024

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau Gapki tanggapi soal target pemerintah menyelesaikan pemutihan hutan di lahan sawit September 2024.

Baca Selengkapnya

Sawit PT RAP Diduga Masuk Kawasan Hutan Kapuas Hulu

5 hari lalu

Sawit PT RAP Diduga Masuk Kawasan Hutan Kapuas Hulu

Perkebunan sawit PT Riau Agrotama Plantation (PT RAP), anak perusahaan Salim Group diduga merambah hutan Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.

Baca Selengkapnya

Kebun Sawit Anak Usaha Sinarmas Diduga Terabas Cagar Alam Kelautku Kalimantan Selatan

5 hari lalu

Kebun Sawit Anak Usaha Sinarmas Diduga Terabas Cagar Alam Kelautku Kalimantan Selatan

Kebun sawit PT SKIP Senakin Estate, anak usaha Sinarmas, diduga menerabas hutan Cagar Alam Kelautku, Kalimantan Selatan.

Baca Selengkapnya

Ratusan Ribu Hektare Sawit Ilegal Kalimantan Tengah akan Diputihkan, Dinas Perkebunan Mengaku Tidak Dilibatkan

5 hari lalu

Ratusan Ribu Hektare Sawit Ilegal Kalimantan Tengah akan Diputihkan, Dinas Perkebunan Mengaku Tidak Dilibatkan

Lebih dari separo lahan sawit di Kalimantan Tengah diduga berada dalam kawasan hutan. Pemerintah berencana melakukan pemutihan sawit ilegal.

Baca Selengkapnya

12 Ribu Kebun Darmex Group Diduga Terobos Kawasan Hutan Riau, Akan Diputihkan

5 hari lalu

12 Ribu Kebun Darmex Group Diduga Terobos Kawasan Hutan Riau, Akan Diputihkan

Riau menjadi provinsi dengan kebun sawit bermasalah paling luas di Indonesia. Berdasarkan catatan Greenpeace sekitar 1.231.614 hektare kebun kelapa sawit di Riau berada di kawasan hutan. Salah satu perusahaan kelapa sawit yang diduga melakukan perambahan kawasan hutan adalah PT Palma Satu, anak perusahaan Darmex Group.

Baca Selengkapnya

22 Ribu Hektare Lahan Sawit PT SCP Diduga Berada dalam Kawasan Hutan, Kerap Memicu Kebakaran

5 hari lalu

22 Ribu Hektare Lahan Sawit PT SCP Diduga Berada dalam Kawasan Hutan, Kerap Memicu Kebakaran

22 ribu hektare perkebunan sawit PT Suryamas Cipta Perkasa (PT SCP) masuk kawasan hutan hidrologis gambut di Kalimantan Tengah.

Baca Selengkapnya

Polemik Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan, Ini Penjelasan Menteri Airlangga

38 hari lalu

Polemik Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan, Ini Penjelasan Menteri Airlangga

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan alasan pemerintah memutihkan lahan sawit ilegal di kawasan hutan.

Baca Selengkapnya

365 Perusahaan Ajukan Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan

38 hari lalu

365 Perusahaan Ajukan Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan

Ratusan perusahaan pemilik lahan sawit ilegal di kawasan hutan mengajukan pemutihan.

Baca Selengkapnya