Seorang pengguna jasa KRL melakukan uji coba E-Gate (gerbang elektronik) saat akan menggunakan jasa KRL commuter line di Stasiun Duri, Jakarta Barat. (09/04). TEMPO/ JACKY RACHMANSYAH
TEMPO.CO, Jakarta - Antrean panjang pengguna jasa kereta KRL komuter Jabodetabek tak terkecuali terjadi di Stasiun Depok, Senin 23 Juli 2018. Sebanyak sembilan gate dibuka tanpa fungsi elektronik.
Gantinya, aliran penumpang diberikan tiket kertas dan dilakukan pengawasan secara manual. Hingga menjelang Kamis siang, antrean masih terjadi meski tidak sepanjang pagi.
“Pengumuman bagi para pengguna KRL bahwa hari ini seluruh sistem pembayaran dilakukan secara manual, seluruh tiket elektronik tidak bisa digunakan,” ujar petugas PT KAI Commuter Indonesia melalui pengeras suara.
Pemantauan Tempo, terlihat beberapa calon penumpang KRL tidak mengetahui ada pemberlakuan kembali tiket kertas karena pembaruan sistem elektronik yang belum rampung. Seorang penumpang akhirnya menggerutu saat diminta membeli tiket seharga Rp 3 ribu oleh petugas. “Kok seperti ini, saya jadi terlambat gara-gara ini,” ucap dia.
Juru bicara PT KAI Commuter Indonesia, Eva Chairunnisa, mengatakan pemberlakuan terakhir tiket kertas itu pada 2013. Sejak sistem elektronik mulai diberlakukan sudah tidak pakai tiket kertas lagi.
“Baru kali ini lagi digunakan untuk upgrade sistem elektronik berkala agar bisa terintegrasi dengan moda transportasi lainnya,” kata dia.
Menurut Eva khusus di Stasiun Depok lama dibuka sembilan gate manual. Hal ini untuk mengantisipasi antrian panjang pengguna KRL . “Siang ini diharapkan bisa kembali lagi ke sistem elektronik” ujarnya.