Mantan ketua MK Jimly Asshidiqie dan Agustinus Woro alias Agus Tower, pria yang sering memanjat tiang papan reklame setinggi 20 meter di Pasar Rebo, Jakarta Timur, 13 September 2018. Tempo/Imam Hamdi
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie menyediakan dirinya membujuk Agustinus Woro turun dari tiang reklame yang dipanjatnya Kamis 13 September 2018. Jimly memenuhi syarat yang diberikan Agus Tower, sapaan Agustinus, untuk mendengarkan masalah yang selama ini ditulis Agus dalam spanduk-spanduknya.
“Kemarin sudah tiga kali dibujuk sama polisi tapi tetap tidak mau turun,” ujar Jimly, Jumat 14 September 2018. “Saya datang karena nama saya disebut. Saya khawatir juga kalau dia lemas, jatuh atau terjun sendiri karena dia sudah tua juga.”
Menurut penuturan Agus kepada Jimly, isi spanduk terkait kematian keponakan Agus saat mengendarai sepeda motor dinas milik anggota TNI di daerah asalnya, Nusa Tenggara Timur. Agustinus menduga keponakannya itu dibunuh oleh anggota TNI.
“Tapi kasus ini sudah ditangani. Bahkan, polisi dan Komnas HAM mengiranya sudah selesai karena Agustinus tak pernah kembali lagi sejak laporan terakhir 2016,” ujar Jimly usai berbincang dengan Agus sekembalinya dari memanjat tiang reklame pada Kamis petang, 13 September 2018.
Polisi, kata Jimly, menyatakan kasus kematian keponakan Agus yang mengendarai motor dinas TNI sebagai kecelakaan tunggal. Namun, Agus sampai sekarang tidak percaya sepenuhnya, dan yakin ada pembunuhan. Alasannya, si anggota TNI meminta Agus mengganti kerugian motor yang rusak.
“Saya minta agar kasus ini ditangani lagi, jika memang mau dilaporkan kembali,” ujar Jimly.
Sejatinya Jimly mendampingi Agus menyampaikan kembali masalahnya itu ke Komnas HAM, Jumat 14 September 2018. Sayang Agus yang bukan cuma sekali memanjat reklame atau bangunan tinggi lainnya di Jakarta itu tak muncul. Jimly Asshiddiqie yang sudah datang pun akhirnya memutuskan pergi.
TPNPB Klaim Tembak Mati Empat Anggota TNI-Polri dan Bakar Sekolah di Enarotali
1 hari lalu
TPNPB Klaim Tembak Mati Empat Anggota TNI-Polri dan Bakar Sekolah di Enarotali
TPNPB-OPM menyatakan menembak empat anggota aparat gabungan TNI-Polri. Penembakan itu terjadi pada Rabu, 1 Mei 2024. Keempat orang itu ditembak saat mereka sedang berpatroli.