Kondisi kawasan Petobo yang terdampak likuifaksi pascagempa di Palu, Sulawesi Tengah, Rabu, 10 Oktober 2018. BNPB menyatakan sekitar 5.000 orang diduga hilang akibat likuifaksi di kawasan perumahan Petobo dan Balaroa. Jumlah itu didapat berdasarkan laporan dari kepala desa di kedua kawasan tersebut. TEMPO/Francisca Christy Rosana
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral, Kasbani, menganalisis peristiwa tanah bergerak di Kabupaten Tangerang. Tanah bergerak menyebabkan bumi pijakan satu kampung retak sepanjang sekitar 50 meter dengan lebar dan kedalaman 0,5-1,0 meter pada Senin 15 Oktober 2018 lalu.
Warga kampung setempat mencemaskan fenomena yang disebut baru kali pertama terjadi tersebut. Terlebih dengan peristiwa bencana pencairan tanah atau likuefaksi yang menyertai gempa di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, beberapa waktu lalu.
Kasbani menepis kemungkinan tanah bergerak di Pagedangan, Tangerang, tersebut serupa likuefaksi. Menurut dia, gejala dan ciri yang mendahului likuefaksi tak terjadi di Pagedangan. “Likuifaksi itu harus ada getaran dan tanahnya juga harus berpasir, serta jenuh air. Kayaknya nggak di situ (Pagedangan),” kata Kasbani.
Tanah bergerak itu tepatnya terjadi di RT 04/RW 01, Kampung Kadu Sirung, Desa Kadu Sirung, Pagedangan, Kabupaten Tangerang. Dampaknya adalah jalan dan satu rumah penduduk rusak. Pemerintah daerah setempat bereaksi cepat dengan menambal retakan di jalan pakai aspal.
Retakan akibat tanah bergerak di Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang. FOTO Dinas Bina Marga Kabupaten Tangerang
Sedang keluarga satu rumah yang terdampak menjadi retak lantai dan dindingnya sudah mengungsi. “Dapur rumah saya rusak, saya takut menempati rumah,” kata Saeni, 40, pemilik rumah.
Kepala Desa Kadu Sirung, Samsu Guna Miharja, menerangkan kalau tanah bergerak menemaskan warganya. Dia tidak tahu dan belum mendapat penjelasan tentang penyebab kejadian itu.
“Nah penambalan jalan ini juga apakah untuk meredam ketakutan warga atau apa?” kata Samsu bingung. Namun dia berharap retakan tak berdampak lebih jauh untuk kampungnya.
Korban gempa di Kabupaten Garut, Jawa Barat, belum mendapatkan bantuan, baik bantuan sosial pangan ataupun yang lainnya. Pemerintah daerah beralasan masih melakukan pendataan. Bantuan akan diberikan setelah verifikasi dan validasi data.