Lima Fakta Stasiun MRT Jakarta, Dari UKM Sampai Menyeberang
Reporter
M Julnis Firmansyah
Editor
Clara Maria Tjandra Dewi H.
Minggu, 21 Oktober 2018 05:54 WIB
TEMPO.CO, Jakarta – Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar menyatakan kereta mass rapid transit dijadwalkan mulai beroperasi pada Maret 2019.
Baca: Survei Calon Penumpang, Warga Mau Naik MRT Jakarta Asal...
Kini PT MRT Jakarta tengah merampungkan 13 stasiun kereta fase 1, mulai dari Stasiun Lebak Bulus, Jakarta Selatan hingga Stasiun Bundaran HI, Jakarta Pusat. William mengatakan ketiga belas stasiun MRT akan memiliki fungsi dan ciri yang berbeda-beda.
Berikut lima fakta stasiun MRT Jakarta Fase 1.
1. Lapak Usaha Kecil Menengah
Dari ke-13 stasiun MRT, tiga disediakan khusus untuk para penggiat UKM menggelar lapaknya. Sedangkan 10 stasiun lainnya untuk mitra pengusaha retail reguler.
Pelibatan UKM ini mencontoh stasiun MRT di Jepang. Di Stasiun Akihabara, Jepang, berbagai produk UKM dipasarkan.
MRT Jakarta bekerja sama dengan Badan Ekonomi Kreatif atau Bekraf untuk memilah UKM. Nantinya, Bekraf akan berperan sebagai kurator dan menyeleksi UKM yang bisa berdagang di tiga stasiun MRT.
“Di tiap stasiun akan berbeda jumlah UKM-nya, durasinya juga akan lebih fleksibel karena akan bergantian dengan UKM lain. Biaya sewa UKM lebih murah dibanding reguler,” kata Direktur Operasi & Pemeliharaan PT MRT Jakarta Agung Wicaksono.
<!--more-->
2. Fungsi transit oriented development (TOD)
Stasiun MRT akan mengusung konsep transit oriented development (TOD). Dengan konsep ini, nantinya stasiun tak hanya mendorong integrasi antarmoda transportasi, namun juga mendorong delapan fungsi lain.
Penumpang akan menemui banyak gerai saat berpindah dari stasiun MRT ke moda transportasi lain dan memaksimalkan jumlah gedung di sekitar stasiun MRT. Mendorong peningkatan konektivitas masyarakat, kualitas hidup serta keadilan sosial.
Konsep ini juga menjaga kestabilan lingkungan, mendorong bangunan di sekitar memiliki infrastruktur yang tahan terhadap bencana dan beradaptasi dengan lingkungan. MRT diklaim juga menumbuhkan pertumbuhan ekonomi lokal dengan menarik investor dan pembuka lapangan pekerjaan.
William mengatakan dengan delapan fungsi tersebut, kawasan TOD di stasiun MRT akan mengurangi penggunaan kendaraan, pembangunan yang mendukung gaya hidup sehat serta aktif, meningkatkan akses terhadap kesempatan kerja dan ekonomi, meningkatkan jumlah penumpang transit dan pendapatan dari tarif layanan, berpotensi meningkatkan nilai properti di sekitar stasiun, dan menambah pilihan moda pergerakan kawasan perkotaan.
“Ke depannya, pergerakan masyarakat melalui konsep TOD ini akan berada di bawah tanah,” ujar William.
<!--more-->
3.Tema dan karakteristik berbeda
Direktur Operasi & Pemeliharaan PT MRT Jakarta, Agung Wicaksono mengatakan ketiga belas stasiun MRT akan memiliki tema yang berbeda-beda. Ia mengatakan pemilihan tema itu berdasarkan karakteristik lingkungan sekitar stasiun itu berada.
“Seperti misalnya Stasiun Bundaran HI itu temanya internasional, Stasiun Haji Nawi nanti temanya Betawi, lalu Stasiun Blok M temanya Garden City” ujar Agung saat menjabarkannya di program Fellowship MRT, Jakarta Pusat, Rabu, 17 Oktober 2018.
Agung mengatakan tema itu akan terlihat dari dekorasi di dalam hingga di luar stasiun. Hal ini nantinya akan memudahkan penumpang mengetahui sedang berada di stasiun apa saat melihat dekorasi sekitar.
4. Ramah terhadap penyandang disabilitas
Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta Silvia Halim mengatakan ke-13 stasiun MRT memiliki rancangan yang ramah terhadap penyandang disabilitas atau berkebutuhan khusus. Selain bangunan stasiun, kereta MRT yang dipesan langsung dari Jepang pun memiliki rancangan yang ramah disabilitas.
“Kami buat senyaman mungkin,” ujar Silvia.
Dari pantauan Tempo di Stasiun MRT Senayan pada Kamis, 18 Oktober 2018, beberapa fasilitas untuk disabilitas sudah terlihat di bangunan yang telah rampung 96,54 persen itu. Fasilitas itu antara lain empat eskalator untuk penumpang naik ke atas permukaan tanah, guiding block sepanjang 30 meter untuk penyandang tunanetra di peron, satu lift untuk naik dan turun penumpang dari area concourse (tempat terbuka stasiun) menuju peron, serta dua lift untuk penumpang dari permukaan tanah turun menuju concourse dan sebaliknya.
Para pekerja yang tengah membangun konstruksi di sana menyebut kapasitas lift bisa memuat sekitar 8 -10 orang dalam sekali angkut. Selain itu, eskalator yang disediakan juga hanya untuk naik, sedangkan untuk turun tersedia tangga setinggi 14 meter.
<!--more-->
5. Sebagai tempat menyeberang jalan
William Sabandar mengatakan nantinya masyarakat dapat memanfaatkan stasiun MRT untuk menyeberang jalan. Sehingga masyarakat tak perlu lagi menaiki jembatan penyeberangan orang (JPO) atau menggunakan pelican cross.
Stasiun bakal dilengkapi bagian komersil yang dapat dilalui oleh masyarakat yang bukan penumpang MRT. Kawasan itu bernama concourse atau tempat terbuka stasiun. Di kawasan itu, nantinya akan tersedia convenience store, ATM, toko baju dan aksesoris, tempat makan, serta tempat pembelian tiket.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan salah satu ke depannya stasiun MRT memang salah satu peruntukannya untuk menyeberang jalan.
Baca: Pelaku Vandalisme MRT: WNA dan Menginap di Hotel Lebak Bulus
Oleh sebab itu, salah satu alasan Anies Baswedan merobohkan JPO di Bundaran HI, sebagai cara memaksimalkan fungsi stasiun MRT tersebut. “Karena stasiun MRT masih bulan Maret berfungsinya, sementara masyarakat menyeberang menggunakan pelican cross,” ujar Anies.