A Man Called Ahok: Ayah yang Ditentang, Ayah yang Menopang
Reporter
M Yusuf Manurung
Editor
Zacharias Wuragil
Selasa, 6 November 2018 10:08 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - A Man Called Ahok mengangkat sisi lain dari kehidupan mantan Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, 52 tahun. Film yang sudah menjalani press screening pada Senin, 5 November 2018, itu mengisahkan bagaimana kedermawanan sang ayah, Tjoeng Kiem Nam, mampu meredam watak keras Ahok di kampung halamannya di Gantung, Belitung Timur.
Baca berita sebelumnya:
Apa Kabar Ahok? Simak Kisahnya Jatuh Bangun Melawan 'Maling'
Sepanjang film, kedermawanan Tjoeng kerap ditonjolkan. Pemilik CV Sinar Karya --usaha tambang timah—itu tak sungkan membantu warga Gantung yang datang ke rumahnya. Dalam menjalankan usaha, Tjoeng lebih memprioritaskan nasib karyawan, ketimbang mengejar profit.
Kedermawanan itu diajarkan Kiem kepada anak-anaknya termasuk Ahok, sedari kecil. Beberapa adegan menunjukkan bagaimana Kiem menyampaikan nilai melalui perbuatan.
Ahok terlihat sudah meniru Kiem sejak kecil. Contohnya, ketika Ahok membantu pasangan suami-isteri yang membutuhkan uang untuk biaya bersalin anaknya. Ahok sampai "memaksa" adiknya, Basuri Tjahaja Purnama alias Yuyu, mengeluarkan isi tabungan untuk tambahan menutup biaya bersalin.
Baca juga:
Ahmad Dhani Minta Tuntutan Tak Lebih Berat Daripada Ahok
Kedermawanan Tjoeng sekaligus sumber konflik. Sampai di masa tuanya, Kiem punya banyak utang. Ini juga akibat Tjoeng yang lebih banyak mengalah kepada perilaku pejabat yang digambarkan sebagai "Maling" dan mafia perizinan.
<!--more-->
Ahok yang menempuh pendidikan tinggi di Jakarta berusaha berontak. Namun yang terjadi kemudian adalan berbenturan dengan Tjoeng. Mereka digambarkan berselisih cukup hebat dalam film.
Baca:
Permohonan Banding Dicabut, Veronica Bacakan Surat dari Ahok
Ide-ide yang dibawa Ahok dari kuliahnya di Jakarta mentah ketika coba diterapkan di Gantung. Termasuk, ide untuk meliburkan karyawan ayahnya untuk menutup selisih utang perusahaan.
Selepas wafatnya Kiem, Ahok melanjutkan memimpin perusahaan. Dia berhadapan langsung dengan "Maling"yang membuatnya merasa tak cukup hanya dengan menjadi pengusaha. Ahok ingat pesan Tjoeng: Orang kaya kalah oleh penguasa.
Ahok lantas memutuskan untuk terjun ke politik, sebagai anggota DPRD Belitung Timur. Namun, menjadi anggota Dewan saja tidak cukup untuknya memberantas "Maling". Dia kemudian mencalonkan diri sebagai Bupati Belitung Timur dan terpilih. Orang-orang yang dibantu Tjoeng semasa hidupnya digambarkan memiliki andil atas terpilihnya Ahok sebagai Bupati.
Baca:
A Man Called Ahok, Simak Perjalanan dari Buku Menjadi Film
Penulis buku A Man Called Ahok, Rudi Valinka, mengungkapkan, nama Tjoeng Kiem Nam sampai sekarang masih sangat dikenal di Belitung Timur, bahkan ketimbang Ahok. Rudi mengatakan, dikenalnya nama Ahok merupakan peran kebaikan Kiem kepada warga Belitung Timur."Ternyata yang hebat itu bapaknya, bapaknya yang super," kata Rudi.