UI Rebut Emas di Ajang Rekayasa Genetika di AS, Apa Inovasinya?

Rabu, 14 November 2018 09:22 WIB

Kampus Universitas Indonesia Fakultas Kedokteran(Komunika Online)

TEMPO.CO, Jakarta - Tim mahasiswa Universitas Indonesia (UI) berhasil menggondol medali emas dalam ajang International Genetically Engineering Machine (IGEM) Competition 2018 yang digelar di Boston, Amerika Serikat.

Tim UI mempresentasikan proyek inovasi berupa alat diagnosis difteri menggunakan bakteri rekombinan yang diharapkan mampu lebih mudah, cepat, dan murah untuk memberikan penanganan diagnosis difteri yang baik untuk Indonesia. Proyek penelitian mereka yang dinamai "Finding Diphty" ini dipresentasikan di hadapan para juri yang berlangsung pada 24-28 Oktober 2018 di Boston, Amerika Serikat.

Baca : Ilmuwan Universitas Indonesia Sabet Penghargaan Risetdikti 2018

Tim UI terdiri atas 14 mahasiswa lintas program studi yang keberangkatannya ke Amerika diwakili oleh Andrea Laurentius (Fakultas Kedokteran 2016), Galuh Widyastuti (Fakuktas Kesehatan Masyarakat 2016), Glory Lamria (Fakultas Teknik 2015), dan Valdi Japranata (Fakultas Kedokteran 2015).

Presentasi hasil penelitian dilakukan di hadapan juri yang terdiri dari pakar di bidang genetic engineering dunia seperti Senior Staff MIT Lincoln Laboratory, Bioengineering Group, Director of the Competition - iGEM Foundation.

Ketua Tim Valdi Japranata menjelaskan difteri adalah infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium. Gejalanya berupa sakit tenggorokan, demam, dan terbentuknya lapisan di amandel dan tenggorokan. Meskipun kini dapat dicegah dan disembuhkan, insiden dan tingkat kematian akibat Difteri masih ada, terutama di negara berkembang salah satunya Indonesia.

“Pada tahun 2017, Difteri kembali mewabah di Indonesia, terutama pada anak-anak dan orang dewasa yang tidak divaksinasi. Oleh karena itu, ada dua hal yang perlu disoroti yakni kurangnya deteksi dini dan pengobatan yang cepat terhadap infeksi difteri, dan kurangnya kesadaran mengenai difteri dan vaksinasi di kalangan masyarakat Indonesia” ujar Valdi melalui siaran pers Selasa 12 November 2018.

Simak : FTUI Buat Rumah Dual Power Pertama, Ini Harganya

Berangkat dari permasalahan tersebut, kata Valdi tim Finding Diphty meneliti mengenai Difteri. Proyek penelitian ini bertujuan untuk mewujudkan alat diagnostik wabah difteri di Indonesia yang terjangkau dan aman.

“Kami meneliti metode alternatif untuk mendeteksi toxin difteria dengan mengintegrasikan sistem kemotaksis Escherichia coli dengan reseptor heparin-binding EGF-like growth factor (HB-EGF) dan system fluorescence resonance energy transfer (FRET), yang terdiri atas genLuxAB dan enhanced yellow fluorescence protein (eYFP).”

Advertising
Advertising

Menurut diahasil dari penelitian kami ini dapat diintegrasikan sistem kemotaksis. Ke depannya jika ada investor yang tertarik.

“Kami bisa integrasikan sistem ini ke e-coli. End product-nya bisa lebih mudah, murah, dan cepat” Valdi memamaprkan.

Ia menjelaskan selain proyek penelitian, tim ini juga menjalankan proyek sosial untuk berupaya meningkatkan kesadaran terhadap difteri. “Tim Finding Diphty melakukan Penyuluhan Masyarakat yang meliputi kunjungan sosial ke Desa Cikidang, Jawa Barat serta melakukan edukasi terhadap masyarakat dengan forum diskusi pelajar yang bekerjasama dengan Nanyang Technological University, Singapura.”

Baca juga :
Pengamat Sebut 4 Tipe Banjir Ancam Jakarta dan 5 Jurus Antisipasi

Juru bicara Universitas Indonesia Rifelly Dewi Astuti mengatakan IGEM 2018 merupakan kompetisi rekayasa genetika terbesar di dunia dengan jumlah peserta 321 tim dari lebih dari 100 negara.

Kompetisi International Genetically Engineered Machine (iGEM) adalah kompetisi paling bergengsi di bidang genetika dan biologi molekuler. Kompetisi ini diikuti oleh mahasiswa sarjanan dan pascasarjana dengan latar belakang keilmuan yang beragam dari seluruh dunia.

“Dalam kompetisi ini setiap tim mendapat kesempatan untuk merancang dan membuat sistem biologis untuk dioperasikan ke dalam sel hidup. Selain itu tim juga dituntut untuk dapat mempromosikan dan mengaplikasikan untuk kepentingan masyarakat,” demikian Astuti.

Berita terkait

Cerita Peserta Disabilitas Ikut UTBK 2024 di UI

18 jam lalu

Cerita Peserta Disabilitas Ikut UTBK 2024 di UI

Begini cerita Makhsun Intikhon, penyandang disabilitas netra yang mengikuti UTBK untuk kedua kalinya di UI.

Baca Selengkapnya

Siapa Sosok David Tobing yang Gugat Rocky Gerung?

2 hari lalu

Siapa Sosok David Tobing yang Gugat Rocky Gerung?

Rocky Gerung dinyatakan tidak bersalah dalam gugatan penghinaan presiden yang diajukan David Tobing. Bagaimana kilas baliknya?

Baca Selengkapnya

Gagas Pengungsian Ramah Lingkungan, Mahasiswa UI Pertahankan Juara CIOB

2 hari lalu

Gagas Pengungsian Ramah Lingkungan, Mahasiswa UI Pertahankan Juara CIOB

Mahasiswa FTUI kembali memenangkan kompetisi proyek konstruksi inovatif yang diadakan CIOB. Tim UI mencetuskan shelter ramah lingkungan.

Baca Selengkapnya

Pusat UTBK UI Siapkan 57 Ruang dan 2.111 Komputer untuk 52.148 Peserta Ujian

3 hari lalu

Pusat UTBK UI Siapkan 57 Ruang dan 2.111 Komputer untuk 52.148 Peserta Ujian

Terdapat 52.148 peserta UTBK 2024 yang akan melaksanakan ujian di Pusat UTBK UI.

Baca Selengkapnya

UI Cetak Sejarah dalam Kompetisi Pemrograman ICPC 2023, Peringkat Setara Stanford dan KAIST

3 hari lalu

UI Cetak Sejarah dalam Kompetisi Pemrograman ICPC 2023, Peringkat Setara Stanford dan KAIST

Peringkat UI menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara bersama Nanyang Technological University (NTU).

Baca Selengkapnya

UI Open Days 2024 Dihadiri Ribuan Pengunjung, Ada Tur Kampus dengan Bus Kuning

3 hari lalu

UI Open Days 2024 Dihadiri Ribuan Pengunjung, Ada Tur Kampus dengan Bus Kuning

UI berupaya memberikan penguatan dalam perjalanan para siswa SMA/SMK/sederajat untuk menyongsong masa depan.

Baca Selengkapnya

Pelaksanaan UTBK di UI, Simak Lokasi dan Aturannya

4 hari lalu

Pelaksanaan UTBK di UI, Simak Lokasi dan Aturannya

Universitas Indonesia (UI) menjadi salah satu lokasi pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) untuk SNBT 2024

Baca Selengkapnya

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

11 hari lalu

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Penulisan jurnal ilmiah bagi dosen akan membantu menyumbang angka kredit dosen, meskipun tak wajib publikasi di jurnal Scopus.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Risiko Kehamilan pada Usia Terlalu Muda dan Terlalu Tua? Ini Penjelasan Wakil Dekan Kedokteran UI

12 hari lalu

Bagaimana Risiko Kehamilan pada Usia Terlalu Muda dan Terlalu Tua? Ini Penjelasan Wakil Dekan Kedokteran UI

Wakil Dekan Fakultas Kedokteran UI memaparkan sejumlah risiko kehamilan di luar usia 20-35 tahun. Kondisi itu memerlukan antisipasi lebih dini.

Baca Selengkapnya

Pemilu Rawan Politik Uang Kaesang Usulkan Sistem Pemilu Proporsional Tertutup, Ini Bedanya dengan Proporsional Terbuka

12 hari lalu

Pemilu Rawan Politik Uang Kaesang Usulkan Sistem Pemilu Proporsional Tertutup, Ini Bedanya dengan Proporsional Terbuka

Ketua Umum PSI yang juga putra Jokowi, Kaesang Pangarep usulkan pemilu selanjutnya dengan sistem proporsional tertutup karena marak politik uang.

Baca Selengkapnya