Apartemen Green Pramuka City Tower Chrysant di Jakarta Pusat, 6 Januari 2019. Seorang penghuni wanita ditemukan tewas di lantai 16 tower Chrysant. Tempo/Imam Hamdi
TEMPO.CO, Jakarta - Nurhayati, korban pembunuhan di Apartemen Green Pramuka City, ternyata adalah tulang punggung keluarga. Perempuan 36 tahun itu rutin mengirimkan uang untuk menghidupi keluarganya.
“Sekitar 20 menit sebelum di bunuh, dia kirim pesan akam mengirim uang makan untuk sepekan,” kata Nurlaila, kakak Nurhayati saat ditemui di kediamannya, Cilincing, Jakarta Utara, Selasa, 8 Januari 2019.
Nurlaila mengatakan, Nurhayati adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Namun ia memiliki tanggung jawab yang sangat besar. Setelah usaha keluarga bangkrut, Nurhayatilah yang paling sering memenuhi kebutuhan hidup kakak-kakaknya.
Menurut Nurlaila, adiknya masih bernafas saat dibawa ke rumah sakit oleh polisi. Kepada seorang polisi, Nurhayati masih sempat berkata, “Tolong selamatkan nyawa saya, Pak. Saya tulang punggung keluarga,” kata Nurlaila menirukan ucapan adiknya.
Cerita itu ia dapat dari polisi yang menangani kasus ini. Polisi datang ke rumah Nurlaila untuk mengabarkan bahwa Nurhayati telah menjadi korban kejahatan.
Pembunuhan terhadap Nurhayati terjadi pada 5 Januari lalu. Ia diserang oleh seorang pria bersenjata tajam di lantai 16 tower Chrysant, Apartemen Green Pramuka City. Belakangan polisi menangkap Haris Prasnastyadi dan menetapkan pemuda 24 tahun itu sebagai tersangka.