Menjajal Ratangga, Begini Kenyamanan dan Kecepatan Kereta MRT
Reporter
M Julnis Firmansyah
Editor
Zacharias Wuragil
Kamis, 31 Januari 2019 07:32 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan jurnalis mendapat kesempatan menjajal sensasi kereta moda raya terpadu atau MRT Jakarta, Rabu 30 Januari 2019. Perjalanan dilakukan secara penuh untuk rute Bundaran HI hingga Lebak Bulus dengan fasilitas yang hampir seluruhnya berfungsi.
Baca berita sebelumnya:
Menjajal Naik Ratangga, Kereta MRT Pertama di Indonesia
Di antara fasilitas itu adalah yang dirasa saat pintu kereta dan peron terbuka. Udara dingin dari dalam kereta menyeruak. PT MRT Jakarta mengklaim menjaga suhu 20-25 derajat Celcius agar penumpang merasa nyaman apa pun situasi kepadatan dalam kereta.
Melangkah ke dalam, terlihat kursi biru. Jumlahnya untuk 47 penumpang. Kursi tersebut terbuat dari plastik. Tersedia kursi prioritas untuk lansia, ibu hamil, dan ibu pembawa anak di ujung-ujung kereta sejumlah 8 kursi.
Dua kereta terdepan dan terbelakang dari setiap rangkaian diperuntukkan khusus penumpang perempuan. Tapi jurnalis hanya diberi akses ke dua kereta di bagian tengah rangkaian sepanjang uji coba.
Baca:
Dirut MRT Pastikan Ratangga Beroperasi Komersil Maret
"Setiap kereta sama, bisa menampung hingga 200 orang," kata Operation and Maintenance Director PT MRT Jakarta, Muhammad Effendi, menjelaskan.
<!--more-->
Sampai titik ini, beberapa bagian perjalanan dirasa seperti menumpang KRL Jabodetabek. Termasuk untuk pengoperasian kereta yang sama menggunakan aliran listrik atas. Meski Ratangga mampu beroperasi otomatis tanpa masinis.
Baca:
Anies Sebut Perbuatan Atlet Asian Games Injak Kursi MRT Tak Sopan
Saat Ratangga melaju, perjalanan cukup nyaman karena tak terasa guncangan apa pun, gaya kelembaman hanya terjadi saat kereta bergerak pertama. Selebihnya, perjalanan antar stasiun seperti berselancar di atas rel yang rata.
Setelah melalui Stasiun Senayan, Ratangga menambah laju kecepatannya. Hal itu diakibatkan kereta mulai menanjak dan meninggalkan terowongan bawah tanah menuju jalur melayang.
Corporate Secretary Division Head MRT Jakarta Muhamad Kamaluddin, yang ikut dalam uji coba itu menjelaskan kereta melaju dari kecepatan 30 kilometer per jam menjadi 100 kilo meter per jam. Dengan kecepatan itu, kereta hanya memerlukan waktu sekitar lima menit untuk sampai di setiap stasiun yang masing-masing berjarak satu kilometer.
Di setiap stasiunnya, Ratangga hanya berhenti sekitar 2-3 menit. Kamaluddin mengatakan, saat kereta MRT berhenti terlalu lama di satu stasiun, maka selanjutnya kereta akan menambah kecepatan agar tiba tepat waktu di stasiun selanjutnya. "Itu namanya degradation mode, agar jadwalnya terkejar," kata dia.