Tuntut Uang Bau, 5 Fakta di Balik Penutupan TPA Burangkeng

Jumat, 15 Maret 2019 07:11 WIB

TPA Sampah Burangkeng, Setu, Kabupaten Bekasi. Foto/Instagram

TEMPO.CO, Jakarta - Penutupan Tempat Pembuangan Akhir atau TPA Burangkeng di Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, memasuki hari ke-12. Sampai saat ini, belum ada tanda-tanda warga setempat bersedia menghentikan pemblokiran tempat pembuangan sampah satu-satunya di Kabupaten Bekasi itu.

Baca: Kabupaten Bekasi Gandeng Aparat Akan Buka Paksa TPA Burangkeng

Akibatnya terjadi penumpukan sampah di lingkungan dan pasar tradisional selama hampir dua pekan ini. Kendati demikian, Pemkab Bekasi tetap menolak memberikan uang tunai sebagai kompensasi uang bau sampah.

Tumpukan sampah di Pasar Induk Cibitung dampak dari penutupan TPA Burangkeng, Kamis 14 Maret 2019. Tempo/Adi Warsono

Berikut beberapa fakta yang berhasil dirangkum Tempo dalam kejadian ini:

1.Didemo warga Desa Burangkeng sejak 13 Februari 2019

Penutupan TPA Burangkeng ini dmulai sejak Rabu, 13 Februari 2019 oleh empat orang warga Desa Burangkeng yang melakukan unjuk rasa. Mereka menuntut kompensasi karena aktivitas pembuangan sampah di desa mereka menyebabkan kerusakan parah pada jalan yang dilewati oleh truk sampah sejak setahun silam.

"Mungkin karena letaknya di perbatasan, jadi luput dari perhatian pemerintah," kata Tama, salah seorang pengguna jalan.

<!--more-->

Kepala Bidang Kebersihan pada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi, Dodi Agus, saat itu mengatakan proses perbaikan infrastruktur di sana, kata dia, sedang dibahas oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) bersama dengan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait seperti Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

2. 4000 ton sampah menumpuk, supir truk menganggur

Penutupan baru benar-pada 3 Maret 2019. Imbas dari penutupan ini, Dodi menyebut sekitar 4000 ton sampah tidak terangkut hingga 8 Maret 2019. Sebab, setiap harinya, TPA Burangkeng menerima 800 ton sampah. Selain itu, imbasnya juga dialami oleh para suprik truk sampah yang terpaksa menganggur sementara.

Advertising
Advertising

Salah satu supir yaitu Ahmad Nursidik mengatakan truk sampah yang biasa dia operasikan kini hanya terparkir di depan rumahnya di Desa Burangkeng. Padahal, pendapatannya sekarang hanya mengandalkan dari pekerjaannya menjadi sopir truk sampah. "Kemungkinan honor dipotong," ujar Sidik.

3.Sampah menumpuk di permukiman, jembatan, hingga pasar

Hingga Kamis, 14 Maret 2019, masalah ini tak selesai-selesai. Dampaknya dirasakan di tempat-tempat lain. Dari pantauan Tempo ddi Perumahan Jatimulya, Tambun Selatan sampah menumpuk di tempat penampungan sementara RW 15. Tempat sampah sementara dari gerobak sudah penuh, sehingga warga menumpuk di sampingnya. "Belum ada truk sampah masuk, jadi belum diangkut," ujar warga sekitar, Nando.

Tumpukan sampah di Perumahan Jatimulya, Tambun Selatan dampak dari penutupan TPA Burangkeng, Kamis 14 Maret 2019. Tempo/Adi Warsono

Sampah-sampah yang ditumpuk berupa sampah rumah tangga yang dibungkus kantong plastik, bekas karung bekas. Saking lamanya tak diangkut, aroma tak sedap mulai menyeruak dari tumpukan sampah itu. "Kabar yang kami dapat TPA sedang ditutup," ujar dia.

Di Pasar Induk Cibitung, tumpukan sampah menggunung hingga lima meter. Sampah di sana belum pernah diangkut sejak 11 hari lalu oleh petugas kebersihan pasar. Aroma menyengat semakin berasa menyusul sampah mulai membusuk. "Kerjanya tambah berat ini soalnya harus menumpuk, karena sudah menutup jalan," kata Kiboy, petugas kebersihan di pasar itu.

4.Bakal dibuka paksa

Berlarutnya kondisi ini membuat Pemerintah Kabupaten Bekasi pun mengambil sikap tegas. Aparat keamanan akan digandeng untuk membuka paksa TPA Burangkeng. Asisten Daerah 3 Kabupaten Bekasi, Suhup memberi batas waktu kepada warga hingga 14 Maret 2019 untuk membuka tempat sampah itu.

<!--more-->

"Itu TPA resmi, legal. Jangan sampai berlarut-larut karena dampaknya sangat riskan," kata Suhup.

Perwakilan warga dari Tim 17, kelompok warga yang menutup TPA Burangkeng, Ali Gunawan bersikukuh tak mau membuka jika pemerintah tidak memberikan kompensasi berbentuk uang tunai. Bahkan, warga mengancam akan menutup secara permanen. "Tetap ditutup," ujar Ali.

5.Janji Pemerintah Kabupaten

Selain meminta TPA untuk dibuka kembali, Pemerintah Kabupaten Bekasi juga berjanji akan memberikan perhatian khusus kepada wilayah terdampak. "Kami bicara TPA itu sampai ke depan, nggak cuma sekarang saja," kata Asisten Daerah 3 Kabupaten Bekasi Suhup, Kamis 14 Maret 2019.

Baca: 11 Hari TPA Burangkeng Diblokir, Sampah Menumpuk di Pemukiman

Ilustrasi sampah. ANTARA/Lucky R

Pemkab Bekasi juga berjanji memberikan kompensasi bau sampah kepada penduduk terdampak TPA Burangkeng. Apalagi, menurut Suhup, pemerintah memang wajib memberikan kompensasi dan hal itu diatur dalam peraturan pemerintah tentang persampahan. "Tapi, bukan berupa uang tunai. Inilah yang selama ini dituntut," kata dia.

ADI WARSONO

Berita terkait

Korban Pembunuhan Mayat dalam Koper Telah Dimakamkan di Bandung

1 hari lalu

Korban Pembunuhan Mayat dalam Koper Telah Dimakamkan di Bandung

RM, 49 tahun, korban pembunuhan pada kasus mayat dalam koper telah dimakamkan di kampung halamannya di Bandung

Baca Selengkapnya

Truk Tak Kuat Nanjak, Kontainer Terguling Timpa Mobil di Bekasi

1 hari lalu

Truk Tak Kuat Nanjak, Kontainer Terguling Timpa Mobil di Bekasi

Truk trailer bermuatan peti kemas Mitsubishi Fuso dengan nomor polisi B 9789 BEH terguling di Jalan Ahmad Yani, Kota Bekasi

Baca Selengkapnya

TPA Piyungan Yogya Ditutup Permanen, Ini Jurus Bantul Cegah Aksi Buang Sampah Sembarangan

1 hari lalu

TPA Piyungan Yogya Ditutup Permanen, Ini Jurus Bantul Cegah Aksi Buang Sampah Sembarangan

Penutupan TPA Piyungan di Bantul ternyata membuka masalah baru, banyak warga membuang sampah sembarangan.

Baca Selengkapnya

Terkuak, Alasan Ayah di Bekasi Hantam Anak Kandung dengan Linggis Hingga Tewas

1 hari lalu

Terkuak, Alasan Ayah di Bekasi Hantam Anak Kandung dengan Linggis Hingga Tewas

Seorang ayah di Bekasi berinsial N, 61 tahun, menghantam anak kandungnya sendiri berinisial C, 35 tahun menggunakan linggis hingga tewas.

Baca Selengkapnya

Ayah di Bekasi Hantam Anak dengan Linggis Hingga Tewas Gara-gara Cekcok Urusan Menantu

1 hari lalu

Ayah di Bekasi Hantam Anak dengan Linggis Hingga Tewas Gara-gara Cekcok Urusan Menantu

Keributan antara bapak dan anak di Bekasi ini dipicu urusan menantu, atau istri dari korban. Si anak minta ayannya mencari keberadaan sang istri.

Baca Selengkapnya

Pembunuhan Wanita Mayat dalam Koper di Bekasi, Polisi Ungkap Peran Adik Kandung Pelaku

2 hari lalu

Pembunuhan Wanita Mayat dalam Koper di Bekasi, Polisi Ungkap Peran Adik Kandung Pelaku

Adik tersangka pembunuhan wanita di kasus mayat dalam koper itu sempat melarikan diri usai membantu kakaknya.

Baca Selengkapnya

Polisi Ungkap Mayat Perempuan dalam Koper Sempat Disetubuhi sebelum Dibunuh

3 hari lalu

Polisi Ungkap Mayat Perempuan dalam Koper Sempat Disetubuhi sebelum Dibunuh

Polisi mengungkapkan Ahmad Arif Ridwan Nuwloh (29) menyetubuhi RM, sebelum membunuhnya dan mayat perempuan itu ditemukan di dalam koper di Cikarang.

Baca Selengkapnya

Polisi Ungkap Motif Pembunuhan Perempuan dalam Koper: Diambil Uangnya karena Mau Menikah

3 hari lalu

Polisi Ungkap Motif Pembunuhan Perempuan dalam Koper: Diambil Uangnya karena Mau Menikah

Dari hasil pemeriksaan tersangka, diketahui motif pembunuhan adalah uang.

Baca Selengkapnya

Pelaku Pembunuhan Wanita dalam Koper Berencana Gelar Resepsi Ahad Besok

3 hari lalu

Pelaku Pembunuhan Wanita dalam Koper Berencana Gelar Resepsi Ahad Besok

Pelaku pembunuhan ditangkap di rumah istrinya di Palembang

Baca Selengkapnya

Mayat dalam Koper, CCTV Rekam Detik-Detik Pelaku dan Korban Masuk Hotel

3 hari lalu

Mayat dalam Koper, CCTV Rekam Detik-Detik Pelaku dan Korban Masuk Hotel

Polisi berhasil menangkap terduga pelaku pembunuhan pada kasus mayat dalam koper

Baca Selengkapnya