Penjarahan 22 Mei, Penjaga Toko di Sabang Kena Gas Air Mata
Reporter
Antara
Editor
Clara Maria Tjandra Dewi H.
Sabtu, 25 Mei 2019 08:58 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang penjaga toko di Jalan Agus Salim, Jakarta Pusat yang menjadi sasaran penjarahan para perusuh, Andri, tak bisa berbuat apa-apa ketika semua isi kios dirusak dan diambil. Termasuk uang hasil penjualan hari itu, Rabu 22 Mei 2019.
Baca: Kisah Pemilik Warung Korban Penjarahan Nangis Bertemu Jokowi
Pemuda 28 tahun itu adalah karyawan Abdul Rajab (62) pemilik warung kelontong yang diundang ke istana untuk bertemu Presiden Jokowi pada Jumat petang.
Ketika ditemui di kiosnya, Andri sedang membenahi lemari kaca yang pecah karena dirusak massa. Selain kaca lemari etalase pecah, kulkas juga pecah dan isinya dijarah habis oleh massa saat kericuhan itu.
"Rokok, minuman dingin, semua dagangan diambil, ada uang tunai juga. Saya lari, takut. Banyak sekali massa," kata Andri yang sudah lima tahun bekerja di warung Rajab.
Pria asal Sukabumi, Jawa Barat itu mengaku baru pertama kali ini mengalami situasi ricuh yang membuatnya harus terkena gas air mata.
"Sebenarnya warung sempat buka pada Rabu. Dari jam 12 siang sampai tujuh malam, warung tutup. Saya jaga saja. Jam 12 malam ricuhnya," katanya.
Andri mengetahui sang majikan baru saja bertemu Presiden Jokowi, namun dia tak mengetahui hasil pertemuan itu secara persis. "Iya, tadi ketemu Pak Presiden. Enggak tahu gimana tadi. Orangnya juga sudah pulang, rumahnya di Depok," katanya.
Dalam pertemuan dengan Jokowi, Abdul Rajab datang bersama Ismail, 68 tahun, yang juga menjadi korban penjarahan.
Usai bertemu Jokowi, Rajab dijanjikan bantuan uang untuk modal usaha. "Bapak Presiden mau bantu saja berupa uang untuk modal lagi," katanya.
Meski belum tahu berapa nilai bantuannya, Abdul mengatakan bahwa ia mengalami kerugian sekitar Rp 30 juta. Pada saat kerusuhan terjadi, Abdul menghindar dari warungnya. Kemudian, sekelompok massa yang diusir oleh aparat berlarian sambil menjarah dagangannya. "Pecah-pecahin warung pedagang kaki lima lah. Saya lihat tapi enggak bisa apa-apa," ujar Abdul yang sudah berdagang di sana sejak 1979 itu.
Ismail mengatakan, perusuh itu berusia sekitar 18 tahun. "Yang sebagian enggak boleh dibakar, tapi ada lagi satu orang datang 'udah bakar aja'. Udah langsung, jam 2 kejadiannya," kata Ismail.
Baca: Cerita Warga Soal Aksi Brutal Aparat di Kampung Bali Usai Kerusuhan 22 Mei
Kendati menjadi korban penjarahan para perusuh, pria asal Bogor itu pun berharap kerusuhan 22 Mei tidak terjadi lagi. Ia juga mendoakan masyarakat sekitar dan peserta unjuk rasa selamat.