Ancaman Bencana Kekeringan, Jakarta Diklaim Masih Normal
Reporter
Imam Hamdi
Editor
Febriyan
Jumat, 23 Agustus 2019 10:08 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta menyatakan belum menemukan gelagat bencana kekeringan di ibu kota. Mereka menyatakan bahwa hingga saat ini pasokan air untuk warga masih normal.
Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Juaini Yusuf menyatakan pihaknya belum mendapatkan laporan adanya kekurangan pasokan air dari PD PAM Jaya maupun Palyja dan Aetra, imbas musim kemarau. Menurut dia, debit air bendungan Jatiluhur memang telah berkurang, tapi belum sampai mempengaruhi pasokan air mereka.
"Layanan mereka pernah terganggu saat mati lampu kemarin saja. Belum ada informasi lagi (kekurangan pasokan air," kata Juaini di DPRD DKI Jakarta, Kamis, 22 Agustus 2019.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini kekeringan yang akan terjadi di wilayah Banten dan Jakarta. Kondisi ini merupakan imbas musim kemarau yang melanda kedua provinsi ini sejak bulan lalu.
"Data hari per hari hingga update 20 Agustus 2019 menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Banten dan DKI Jakarta mengalami deret hari kering lebih dari 20 hari hingga lebih dari 60 hari," ujar Kepala Stasiun Klimatologi Tangerang Selatan Sukasno dalam keterangan tertulis yang Tempo dapatkan kemarin.
Juani menuturkan sejumlah waduk dan sungai mulai mengering dan hanya terlihat lumpurnya. Waduk yang telah mengering itu di antaranya Waduk Pluit, Brigif dan waduk di daerah Marunda.
"Sekarang kesempatan kami mengeruk lumpur. Positifnya itu."
Selain itu, air Kali Ciliwung pun telah menyusut. Bahkan, penyusutan air Ciliwung dapat dilihat di hulunya yang ada di wilayah Katulampa, Kabupaten Bogor.
"Di sana tinggal terlihat batu-batu saja. Jadi diperhatikan memang aliran air mulai mengering karena curah hujan tidak ada."
Untuk mencegah dampak kekeringan di masyarakat, kata dia, pemerintah akan melibatkan PD PAM Jaya agar membuat depo air bersih. Depo air bersih tersebut bakal disediakan di kawasan yang dianggap kritis akibat kekeringan yang melanda seperti Marunda, Cilincing dan kawasan lainnya.
"Nanti di sana akan disediakan penampungan air dan mobil Tanki akan mendatangi warga yang kekeringan," ujarnya.
Senada dengan Juani, PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) menyatakan kemarau panjang di wilayah DKI Jakarta, belum mempengaruhinya pasokan air yang disalurkan ke pelanggan mereka.
"Secara kuantitas, sumber air yang diolah Palyja hingga saat ini masih aman," kata juru bicara Palyja, Lydia Astriningworo, melalui keterangan tertulisnya, Kamis, 22 Agustus 2019.
Ia menuturkan musim kemarau tahun ini memang telah menyebabkan penurunan kualitas sumber air baku dari Kali Krukut. Penurunan itu debit produksi Instalasi Pengolahan Air Cilandak. Sebagai kompensasi, dia mengimbuhkan, Palyja membeli air bersih dari PT Aetra Air Jakarta (Aetra) sebesar 100 liter per second. "Distribusi air masih berjalan normal."
Adapun sumber air bersih yang diolah Palyja bersumber dari: Kanal Tarum Barat dengan sumber air dari Waduk Jatiluhur yang dioperasikan oleh Perum Jasa Tirta (PJT) mencapai 64,7 persen, Kali Krukut 4,1 persen, Cengkareng Drain 1,5 persen dan air bersih yang langsung dibeli Palyja dari PDAM Tangerang 29,7 persen.