7 Fakta Temuan KPAI dalam Demonstrasi Pelajar di DPR

Kamis, 26 September 2019 17:39 WIB

Polisi menyita senjata tajam dari rombongan pelajar yang hendak bergabung berdemonstrasi di DPR RI, Rabu 25 September 2019. Rombongan pelajar SMK dan SMP itu disebutkan berasal dari luar Jakarta. Dok: Humas Polres Jakbar

TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menemukan sejumlah fakta dalam kerusuhan demonstrasi pelajar di Jakarta pada Rabu, 25 September 2019.

Retno Listyarti, Komisioner KPAI mengatakan sejumlah fakta ini ditemukan setelah komisi bertemu langsung dengan 14 anak korban dalam aksi demo yang berujung ricuh tersebut.

"Ada 14 anak korban yang diwawancarai, dari percakapan tersebut diperoleh fakta-fakta," ujar Retno melalui siaran pers, Kamis 26 September 2019.

Retno menyebutkan fakta-fakta itu meliputi:

1. Korban yang dilarikan ke RS tidak hanya anak SMK (dalam ajakan medsos disebut STM), tetapi juga siswa SMA dan SMP. Bahkan korban patah tulang yang akan menjalani operasi pada Kamis pagi adalah siswa SMPN di Jakarta Selatan.

2. Korban mengaku ikut demo karena ajakan dari media sosial, seperti instagram dan aplikasi WA. Namun ada anak yang tidak tahu diajak untuk demo kawan sekolahnya, tahunya dia diajak jalan-jalan ke pusat kota, nanti dapat makan dan minum.

3. Ada korban yang diajak teman mainnya di rumah (bukan satu sekolah) untuk aksi di DPR bahkan diminta membolos sekolah hari itu. Anak ini masih SMP dan yang mengajak siswa SMA. Siswa SMP ini mengalami patah tulang pada lengan.

4. Komisi juga mendapati ada anak yang rumahnya dekat lokasi rusuh menjadi korban karena menonton aksi usai pulang sekolah. Padahal minggu ini menurut pengakuannya sedang berlangsung PTS (penilaian tengah semester). Karena PTS selesai pukul 16 wib (siswa SMP ini masuk sekolah siang hari atau sistem 2 shift), anak-anak tersebut bergerak ke DPR untuk menonton kakak-kakak SMK dan SMA.

5. Komisioner juga bertemu orang tua anak-anak korban karena dikontak pihak rumah sakit atau relawan. Namun Komisi juga bertemu dengan beberapa orang tua yang tidak dikontak RS, namun inisiatif mencari anak-anaknya di RS, para orang tua tersebut sangat kebingungan mencari anak-anaknya karena belum pulang ke rumah, sementara handphone nya tidak aktif.

Ada orangtua yang mengatakan menerima WA wali kelas di grup para orangtua dan baru menyadari anaknya tidak berada di rumah mungkin ikut aksi. Kepanikan para orangtua terlihat nyata dan mereka telah mencoba mendatangi beberapa RS.

Himbauan pengecekan keberadaan anak melalui kepala-kepala Dinas Pendidikan yang dilakukan Komisi berarti cukup efektif. Anak-anak itu ternyata merahasiakan rencana demonstrasi mereka kepada para orang tuanya.

6. Anak-anak korban menyatakan mengalami luka karena terjatuh saat disiram gas airmata, pingsan karena kelelahan dan belum makan dari siang, ada yang pingsan karena dehidrasi kekurangan minum di terik matahari siang itu. Juga ada korban-korban luka diduga akibat pukulan aparat.

Bahkan ada satu anak dengan luka lebam di sekujur tubuh dan mata kanan bengkak karena dipukul aparat sekitar 10 orang ketika terpisah dari rombongan saat kondisi kocar-kacir karena massa aksi disiram bertubi-tubi dengan gas air mata.

7. Rabu malam, komisi juga bertemu dengan para relawan dan mendapatkan informasi masih ratusan anak terjebak di kolong jembatan tol Slipi dan Tomang, juga banyak korban tergeletak di depan kantor BNI Pejompongan. Komisi tidak bisa menembus lokasi, namun berhasil mengontak 119 untuk pemprov DKI Jakarta menambah ambulans.

Ambulans terus membawa anak-anak peserta demonstrasi pelajar ke RS MH di Bendungan Hilir. "KPAI menyaksikan sendiri setiap 15 menit masuk ambulans. Saat pertama tiba di RS jumlah korban 14, namun dalam 2 jam korban menjadi 26 anak yang dibawa ke RS. Beberapa harus rawat inap karena luka cukup berat."

JONIANSYAH HARDJONO

Berita terkait

Manfaatkan Libur Idul Fitri untuk Pengasuhan Maksimal Anak

22 hari lalu

Manfaatkan Libur Idul Fitri untuk Pengasuhan Maksimal Anak

KPAI meminta orang tua memanfaatkan momen libur Idul Fitri untuk memaksimalkan peran pengasuhan yang terbaik bagi anak.

Baca Selengkapnya

Cegah Perang Sarung dengan Mendorong Partisipasi Anak di Kegiatan Ramadan

44 hari lalu

Cegah Perang Sarung dengan Mendorong Partisipasi Anak di Kegiatan Ramadan

KPAI menyarankan partisipasi anak dalam berbagai kegiatan Ramadan demi mencegah terjadinya kekerasan yang melibatkan anak, seperti perang sarung.

Baca Selengkapnya

Marak Perang Sarung, KPAI Imbau Pesantren hingga Ormas Bantu Arahkan Kegiatan Anak selama Ramadan

46 hari lalu

Marak Perang Sarung, KPAI Imbau Pesantren hingga Ormas Bantu Arahkan Kegiatan Anak selama Ramadan

KPAI mengimbau pelbagai lembaga keagamaan, seperti pesantren, lembaga zakat, dan ormas Islam, membantu mengarahkan kegiatan anak selama Ramadan.

Baca Selengkapnya

KPAI Terima 141 Aduan Kekerasan Anak Sepanjang Awal 2024, 35 Persen Terjadi di Sekolah

51 hari lalu

KPAI Terima 141 Aduan Kekerasan Anak Sepanjang Awal 2024, 35 Persen Terjadi di Sekolah

Sepanjang awal 2024, KPAI mencatat ada 46 kasus anak mengakhiri hidup akibat kekerasan anak, yang hampir separuhnya terjadi di satuan pendidikan.

Baca Selengkapnya

Marak Kekerasan Anak di Sekolah, KPAI Dorong Percepatan Pembentukan Satgas Daerah dan Tim PPKSP

51 hari lalu

Marak Kekerasan Anak di Sekolah, KPAI Dorong Percepatan Pembentukan Satgas Daerah dan Tim PPKSP

KPAI meminta segera dibentuk Satgas Daerah dan Tim Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan (PPKSP).

Baca Selengkapnya

Ibu Bunuh Anak di Bekasi, KPAI Harap Proses Hukum Tetap Berjalan

53 hari lalu

Ibu Bunuh Anak di Bekasi, KPAI Harap Proses Hukum Tetap Berjalan

Polisi tetapkan ibu kandung bunuh anaknya sendiri di Bekasi sebagai tersangka. KPAI mengambil tindakan cepat.

Baca Selengkapnya

Ibu Bunuh Anak di Bekasi karena Bisikan Gaib, KPAI Minta Gangguan Kejiwaan Jangan Dianggap Aib

54 hari lalu

Ibu Bunuh Anak di Bekasi karena Bisikan Gaib, KPAI Minta Gangguan Kejiwaan Jangan Dianggap Aib

Kasus ibu bunuh anak di Bekasi menambah catatan anak menjadi korban saat diasuh orang dengan gangguan kejiwaan

Baca Selengkapnya

Reaksi Kemenag, KPAI, dan PPPA soal Kasus Dugaan Penganiayaan Santri di Kediri

1 Maret 2024

Reaksi Kemenag, KPAI, dan PPPA soal Kasus Dugaan Penganiayaan Santri di Kediri

Kasus dugaan penganiayaan santri di sebuah pondok pesantren di Kediri, Jawa Timur, menuai reaksi dari Kemenag, KPAI, dan PPPA. Apa reaksi mereka?

Baca Selengkapnya

KPAI Akan Lakukan Pengawasan ke Kediri untuk Pastikan Pemenuhan Hak Keluarga Korban Santri yang Tewas Dianiaya Temannya

29 Februari 2024

KPAI Akan Lakukan Pengawasan ke Kediri untuk Pastikan Pemenuhan Hak Keluarga Korban Santri yang Tewas Dianiaya Temannya

KPAI akan melakukan pengawasan ke Kediri bersama tim untuk memastikan perlindungan dan pemenuhan hak anak dalam kasus ini.

Baca Selengkapnya

KPAI Tak Bisa Temui Kapolres Tangsel Soal Bullying di Binus, Kompolnas Bakal Koordinasi dengan Irwasda Polda Metro

28 Februari 2024

KPAI Tak Bisa Temui Kapolres Tangsel Soal Bullying di Binus, Kompolnas Bakal Koordinasi dengan Irwasda Polda Metro

KPAI mengeluh dan gerap atas sikap Kapolres Tangsel yang tak bisa ditemui soal penanganan kasus bullying di Binus School Serpong.

Baca Selengkapnya