Maulana Suryadi Perusuh dan Tewas Sesak Napas? Simak 3 Fakta Ini
Reporter
Tempo.co
Editor
Zacharias Wuragil
Sabtu, 5 Oktober 2019 20:02 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian melalui Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan juga Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisari Besar Prabowo Argo Yuwono menyatakan kalau Maulana Suryadi, 23, tahun meninggal karena sesak napas. Maulana dipastikan bukan mahasiswa atau pelajar, tapi dari kelompok perusuh, dalam bentrok yang terjadi dengan aparat usai demonstrasi di DPR RI, 25 September 2019.
Dalam keterangannya, kepolisian juga membantah adanya tindakan kekerasan atau represif terhadap pemuda yang bekerja sebagai seorang juru parkir, warga Tanah Abang, Jakarta Pusat, itu. Dua kemungkinan sebab kematian yang disebut Kapolri Tito: Maulana kekurangan oksigen atau karena kondisi fisik.
Belakangan keluarga mengakui Maulana memiliki riwayat sesak nafas. Surat pernyataan pun diteken tentang itu. Keterangan dari saksi juga boleh jadi membenarkan dugaan kalau Maulana sesak napas sebelum meninggal. Tapi tetap kejanggalan dan kecurigaan tak terbendung atas kronologis versi polisi.
Berikut ini penelusuran terhadap versi keluarga dan saksi yang didapat Tempo tentang penangkapan dan kondisi Maulana sebelum dan setelah kematiannya,
<!--more-->
1. Sesak Napas
Maspupah, 53 tahun, menceritakan Maulana Suryadi, ditangkap di jalan layang Slipi, Jakarta Barat. Maspupah mendapat cerita dari Aldo, sahabat Maulana yang malam itu ada bersama putra sulungnya itu.
Mereka lantas dimasukkan ke mobil yang di dalamnya sudah banyak orang yang ditangkap. “Kata Aldo, mereka desak-desakan di dalam mobil itu,” kata Maspupah menuturkan.
Aldo melihat Maulana pingsan lebih dulu. Tak lama kemudian, ia pun tak sadarkan diri. Kata Maspupah, saat siuman, Aldo sudah berada dalam tahanan. Ia tak melihat sahabatnya. Saat dijenguk oleh ayahnya keesokan hari, Aldo baru mendapati kabar Maulana telah meninggal.
Kakak tiri Maulana, Bayu, mengatakan kalau adiknya dinyatakan meninggal pada Kamis pagi, 26 September, sekitar pukul 05.59 WIB. Keluarga baru mendapat kabar sekitar pukul 20.00 dan jenazah tiba di rumah duka sekitar pukul 24. “Mungkin lama dikabarinya karena saat itu Yadi gak bawa identitas diri,” ucap Bayu merujuk sapaan Maulana.
<!--more-->
2. Maulana adalah perusuh
Kepada Maspupah, Aldo menceritakan kalau mereka tak sedang ikut merusuh, melainkan hanya menonton dari atas jembatan Slipi. Mereka berangkat dari rumah Aldo di Kampung Baru, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, mengendarai sepeda motor. Saat sedang menonton, tiba-tiba di belakang mereka telah ada banyak polisi. Lantaran tak bisa berbuat apa-apa, kata Aldo, dia dan Yadi--sapaan Maulana--pasrah ditangkap.
3. Tak ada kekerasan
Maspupah mengatakan masih tidak percaya anaknya tewas karena sesak nafas. Dasarnya, wajah bengkak dan darah yang terus mengalir dari hidung dan kuping bahkan sampai saat Maulana hendak dimakamkan. Keterangan dari Bayu juga menyebut batok kepala adiknya itu lembik saat jenazahnya dimandikan. Belum lagi lebam di leher dan punggung.
Maspupah mengakui putrinya diminta membuat surat pernyataan kalau Maulana Suryadi meninggal karena asma dan ditandatanganinya. "Tapi saya tidak ingat isinya seperti apa karena saat itu saya sangat panik dan kaget.”
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ari Fahrial Syam mengatakan sesak napas disertai pendarahan bisa muncul karena banyak sebab. Salah satunya mengalami trauma dada. Bisa juga infeksi paru-paru. "Jadi tergantung apa penyebab dan kenapa dia sesak napas," ujarnya menganjurkan autopsi.
ADAM PRIREZA | LANI DIANA | EGI ADYATAMA