Bank DKI Dibobol Hingga Rp 50 Miliar, Begini Perintah OJK
Reporter
M Julnis Firmansyah
Editor
Ninis Chairunnisa
Sabtu, 23 November 2019 13:32 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Bank DKI mengalami kebobolan hingga Rp 50 miliar. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun segera melakukan investigasi untuk mencari penyebabnya.
Hasilnya, ditemukan bahwa ada kelemahan pada sistem teknologi informasi pada bank berplat merah itu. Melihat hal tersebut, OJK segera memerintahkan Bank DKI membenahi sumber daya manusia atau SDM di bidang teknologi.
"Kami minta memperkuat SDM IT-nya. Ini kan penting perannya SDM IT untuk mendeteksi (potensi pembobolan) lebih awal sebetulnya. Jangan sampai keulang, dari April kok Agustus baru ketahuan," ujar Kepala Kantor Regional 1 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dhani Gunawan Idat saat dihubungi Tempo, Sabtu, 23 November 2019.
Selain memperkuat struktur internalnya, Dhani mengatakan Bank DKI harus memperkuat rekonsiliasi dengan mitra perbankan lainnya. Sebab, insiden pembobolan baru diketahui setelah beberapa bulan terjadi karena rekonsiliasi yang kurang efektif. "Kami minta perbaiki rekonsiliasi. Jadi tiap ada penarikan dari nasabah, segera dicocokan datanya," kata dia.
Awalnya, sebanyak 12 orang Satpol PP diduga melakukan pembobolan Bank DKI. Setelah dilakukan investigasi oleh pihak Kepolisan Daerah Metro Jaya, jumlah terduga pelaku telah berkembang menjadi 41 orang.
Mereka mengaku pembobolan itu berawal dari ketidaksengajaan saat mendebit uang di ATM Bersama memakai kartu Bank DKI. Usai mendebit, saldo mereka tak berkurang.
Aksi menggerus uang milik BUMD itu berlangsung dari bulan Mei - Agustus 2019. Total uang yang para pelaku ambil itu nilainya mencapai Rp 50 miliar.
Dhani mengatakan pihaknya sudah menerjunkan tim investigasi sejak Agustus 2019. Dari hasil pemeriksaan internal Bank DKI secara intensif itu, Dhani mengatakan timnya menemukan ada kesalahan dalam sistem di mesin ATM. "Jadi memang ada kekeliruan dalam sistem di ATM-nya, salah baca. Jadi yang seharusnya mendebit rekening nasabah saat penarikan uang, malah tidak terdebit," ujarnya.
Sampai saat ini, Dhani menjelaskan pihaknya masih memastikan kesalahan itu ada pada sistem switching antarbank atau murni dari pihak Bank DKI. Sambil menunggu kepastian itu, Dhani memastikan sistem sudah berjalan dengan baik dan tak ada lagi pembobolan.