Kisah Penyintas Covid-19, Alami Perundungan dan Stigma Buruk

Reporter

Antara

Editor

Juli Hantoro

Minggu, 31 Mei 2020 07:06 WIB

Ilustrasi Covid-19.

TEMPO.CO, Jakarta - Aryo Budhi Wicaksono masih mengingat perundungan yang diterimanya saat diketahui positif Covid-19. Aryo kini telah dinyatakan sembuh dari paparan virus tersebut, tapi stigma buruk masih diterimanya.

Sebagai seorang penyintas, pemuda dari Kelurahan Pegangsaan, Jakarta Pusat ini berkisah pengalamannya melalui hari-hari yang berat selama menjalani isolasi mandiri di rumah.

Haryo mengisahkan, awalnya ia tak langsung dinyatakan sebagai pasien Covid-19, namun berstatus Orang Dalam Pengawasan (ODP) pada 15 April 2020.

"Awalnya saya berstatus ODP. Itu karena mertua saya harus dirawat di rumah sakit dan berstatus pasien dalam pengawasan(PDP). Saya lalu berinisiatif melakukan isolasi mandiri. Saya juga laporkan kegiatan saya itu ke RT sama RW tempat saya tinggal," kata Aryo.

Tidak hanya Aryo, seluruh anggota keluarga yang tinggal di rumahnya harus menjalani isolasi mandiri karena telah berinteraksi langsung dengan pasien PDP.

Advertising
Advertising

Aryo melakukan pelaporan kepada pemimpin di lingkungannya itu agar keluarganya mendapatkan akses pengawasan kesehatan dari tenaga medis di kelurahannya.

Kegiatan isolasi mandiri keluarganya selama dua hari berjalan cukup lancar.

Di hari ketiga, Ketua RW di lingkungannya mendatangi kediaman Aryo untuk memberikan makan serta kebutuhan sehari-hari bagi keluarga Aryo.

Ternyata selain mengantarkan makanan, Ketua RW dan Ketua RT di tempatnya tinggal pun memberikan sosialisasi kepada tetangga lainnya.

Sosialisasi yang awalnya diharapkan dapat menggerakkan hati warga di sekitar dapat membantu memberikan bantuan kepada keluarga Aryo justru berubah menjadi ketakutan.

"Sosialisasi bahwa keluarga saya melakukan isolasi mandiri itu ada, tapi ternyata warga sekitar menerima pesannya berbeda. Mereka tidak bisa menerima kondisi keluarga saya yang menjalankan isolasi mandiri," kata Aryo.

Sehari usai kedatangan Ketua RW-nya, Aryo dihubungi oleh Ketua RT yang meminta ia dan keluarga melakukan isolasi mandiri di Rumah Dinas milik Lurah.

"Pemilik kontrakannya tidak mau kamu tinggal di situ. Jadi nanti isolasinya di rumah dinas Lurah atau RPTRA," ujar Aryo menirukan Ketua RT menyampaikan penolakan dari pemilik rumah yang disewa oleh Aryo.

Ia pun berdiskusi dengan anggota keluarga lainnya, mereka sepakat keluar dari rumah kontrakan itu, namun tidak menjalani isolasi di rumah dinas milik Lurah ataupun RPTRA.

"Kami putuskan untuk tinggal di rumah Ayah saya. Kebetulan bisa untuk 10 orang karena itu tiga lantai," kata Aryo.

Usai tinggal di rumah ayahnya, petugas medis mendatangi keluarga Aryo untuk melakukan tes swab yakni pengambilan cairan di tenggorokan dan hidung.

Hasilnya menunjukkan bahwa lima dari sepuluh anggota keluarga yang menjalani isolasi mandiri itu positif Covid-19.

"Lima orang itu yang positif semuanya anak muda. Sepupu saya, anak saya usia empat bulan, saya, dan dua keponakan saya. Kami semua diberi catatan khusus sebagai orang tanpa gejala (OTG)," kata Aryo.

Aryo yang mengetahui dirinya positif Covid-19 itu tetap disarankan menjalani isolasi mandiri oleh petugas medis dari Puskesmas setempat.

Ia pun segera memberi kabar kepada teman-temannya melalui aplikasi pesan singkat terkait kondisinya.

Dengan keadaannya ia tidak terpuruk, ia justru semangat melakukan konsultasi dengan dokter dari Puskesmas Kelurahan Pegangsaan terkait tata cara isolasi mandiri yang benar.

Perundungan

Aryo menceritakan soal perundungan yang diterimanya. Saat itu ia sempat diteriaki oleh tetangganya. Pria 28 tahun itu pun membalas teriakan tetangganya itu.

"Saya bilang aja, kalau memang tidak mau tertular, di rumah aja, jangan kelayapan. Pake masker, bukan jalan-jalan," kata Aryo saat itu.

Adu mulut itu merupakan puncak dari serangkaian penolakan warga terhadap Aryo yang saat itu berstatus pasien Covid-19.

Akibat adu mulut tersebut, tetangga lainnya justru malah semakin menganggap Aryo sebagai gangguan.

"Saya yang saat itu sakit, disebut tukang berisik. Padahal nada saya meninggi karena membela diri," kata Aryo.

Selama 14 hari sejak kejadian itu, petugas medis kembali melakukan tes swab untuk mengetahui kondisi terbaru dari Aryo dan keluarga.

Berkat kedisiplinannya menjalani isolasi mandiri, hasilnya Aryo pun dinyatakan negatif.

Meski sudah dinyatakan sembuh, namun perundungan tidak berhenti diterima oleh keluarga Aryo.

Ia mencontohkan, salah satunya saat Ayah dari Aryo ingin melakukan Salat Subuh di salah satu musala yang mengadakan salat berjemaah di lingkungannya dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19, namun tiba-tiba seluruh jamaah keluar meninggalkan ayahnya.

"Ayah saya sejak saat itu tidak lagi pergi ke musholla. Dia kaget dengan perlakuan itu," kata Aryo.

Aryo pun akhirnya menjadi tidak percaya diri, ia mengaku kesehatan mentalnya tertekan karena penolakan warga pada orang-orang yang terkena Covid-19.

"Saya bahkan sampai minta sama dokter Puskesmas yang nanganin saya. Bisa tidak saya dibuatkan surat keterangan, kalau saya bebas Covid-19 biar masyarakat itu mau nerima saya lagi," kata Aryo menceritakan momen putus asa menghadapi perundungan warga di lingkungannya.

Untungnya pada saat Aryo mengalami keputusasaan itu, Aryo diberikan saran oleh temannya untuk berkonsultasi daring melalui program "Sapa Kamu" untuk menghadapi masalah perundungan yang dialaminya.

"Saya jujur saja masih kadang tidak percaya diri kalau beraktivitas di luar ruangan. Apalagi kalau ingat diintimidasi itu kan. Saya bete (bosan), tapi saya jadi punya misi buat edukasi masyarakat, gimana caranya orang kayak saya (penyintas Covid-19) tidak dicap buruk," kata Aryo.

<!--more-->

Misi baru

Sebelum terkena Covid-19 pun sebenarnya Aryo telah aktif melakukan hal-hal untuk mendukung lingkungannya terhindar dari virus yang menyerang sistem pernafasan itu.

Ia mengajak tiga temannya yang merupakan pemuda aktif di lingkungannya untuk membuat tempat-tempat cuci tangan di setiap titik-titik masuk menuju lingkungannya yang merupakan pemukiman padat penduduk itu.

"Saya juga sosialisasi di Puskesmas dekat rumah saya, sebelum ada arahan tempat cuci tangan. Saya sama teman saya, pakai masker, menyemprotkan hand sanitizer ke pengunjung Puskesmas mengingatkan agar rajin cuci tangan, biar tidak kena Covid-19," kata Aryo.

Usai menjadi penyintas Covid-19, Aryo mengaku dirinya memang sempat kecewa kepada warga sekitar, namun dia semakin semangat ingin menyosialisasikan beragam hal tentang Covid-19.

Misinya saat ini di RW-nya tidak ada lagi keluarga pasien Covid-19 yang mengalami perundungan.

Ia memulai pendekatan kepada keluarga yang masih menjalani isolasi mandiri karena Covid-19.

"Saya sempat datangi keluarga lain yang kena Covid-19, mereka juga takut. Tapi begitu saya bilang, saya mau bantu keluarga itu jika ada kebutuhan yang perlu diantarkan mereka akhirnya menerima," kata Aryo.

Langkah lainnya, ia memaksimalkan tren media sosial dengan melakukan siaran langsung.

"Saya sempat bersama selebgram diwawancara juga. Saya live, saya buka kondisi dan cerita saya sama penonton . Saya mau membuka pandangan baru bahwa pasien Covid-19 ini bukan aib. Dari situ mungkin orang-orang di lingkungan saya melihat dan mulai komunikasi sama saya," kata Aryo.

Dari komunikasi itu, Aryo mengetahui bahwa status positif Covid-19 masih tertera di situs corona.jakarta.go.id .

"Mungkin dari situs itu orang-orang masih ngira saya positif. Karena di situ kan terlihat berapa kasus dalam satu kelurahan. Padahal cuma tercantum umur dan jenis kelamin tapi orang-orang mengira saya masih positif. Mungkin dari situ juga orang-orang jadi masih takut," kata Aryo.

Ia berharap dengan segera status Covid-19 di situs itu cepat dihapuskan karena saat ini dirinya telah sembuh.

Selanjutnya, ia berharap juga agar para pemilik kekuasaan di wilayahnya dapat membantu idenya untuk kembali menggalakkan sosialisasi pencegahan dan penanganan Covid-19 sehingga tak ada lagi stigma buruk bagi keluarga yang terkait virus yang merebak pertama kali di Negeri Tirai Bambu itu.

"Saya sebenarnya sangat berharap ide saya ini bisa sampai ke birokrasi lebih tinggi. Saya mau banget. Namun karena saya pernah berkomunikasi dengan RW setempat namun tidak direspons, ya saat ini saya cari cara lain," kata Aryo.

Berita terkait

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

1 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

1 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

2 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

2 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

2 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

8 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

8 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

9 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

13 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

16 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya