Foto udara depo Mass Rapid Transit (MRT) di Lebak Bulus, Jakarta, Kamis 16 April 2020. Sejak diberlakukan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah Ibu Kota, PT MRT Jakarta mencatat tingkat penurunan jumlah penumpang hingga mencapai hanya 10 ribu orang per hari, dari yang biasanya bisa mengangkut 100 ribu penumpang dalam seharinya atau telah turun 90 persen. ANTARA FOTO/Galih Pradipta
TEMPO.CO, Jakarta - Manajemen PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta menyatakan pembebasan lahan untuk keperluan depo akan mulai dilakukan pada 2021. Nilai pembebasan lahan seluas 20 hektare di Ancol Barat Jakarta Utara itu sekitar Rp 1,5 triliun.
Pembebasan lahan yang berbarengan dengan pembangunan trase II-B jurusan Kota-Ancol ini sesungguhnya direncanakan dilakukan pada 2020, namun harus ditunda akibat direalokasi untuk penanganan Covid-19.
"Rencana tahun depan (pembebasan lahan) karena tahun ini bisa dikatakan tidak ada pendanaan dari Pemprov," kata Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar saat dihubungi di Jakarta, Kamis, 9 Juli 2020.
Sebelumnya dalam rapat bersama Komisi B DPRD DKI Jakarta, Rabu, 8 Juli 2020, William mengatakan dana untuk pembebasan lahan pembangunan depo untuk jalur fase II tersebut yang telah melalui studi kelaikan (feasibility study/FS), diharapkan segera bisa dikucurkan.
Karena, lanjut William, pemberi pinjaman yakni Badan Kerja Sama Internasional Jepang atau Japan International Cooperation Agency (JICA), akan melakukan pengecekan progres pembangunan lahan depo pada November 2020.<!--more-->
JICA juga mewajibkan MRT Jakarta supaya memiliki lahan depo untuk pembangunan MRT fase II di trase II-B. Sehingga proyek pembangunan MRT trase II-B bisa dikerjakan ketika proyek trase II-A jurusan Bundaran Hotel Indonesia (HI)-Kota selesai dikerjakan.
"JICA akan menurunkan tim atas pertimbangan pemerintah Indonesia untuk menghitung (pinjaman), dan kira-kira apakah depo sudah dibebasin atau belum. Kepastian tentang depo itu pada bulan November," ucapnya.
Menurut William, keberadaan depo di Ancol Barat akan memuluskan pinjaman MRT Jakarta untuk pembangunan jalur di trase II-B.
Sebetulnya, anggaran Rp 22,5 triliun dari proyek trase II-A, dapat digunakan untuk pembangunan depo di Ancol Barat, dengan skala kecil."Dari Rp 22,5 triliun kami baru bisa bikin depo sedikit di Jakarta utara, tapi untuk pembangunan jalurnya ini belum. Kami akan minta didanai juga oleh JICA," ujarnya.
Saat ini, MRT Jakarta telah melanjutkan proyek trase II-A pada 15 Juni 2020 lalu. Proyek yang juga dari pinjaman JICA itu sempat tertunda karena adanya wabah COVID-19 yang melanda ibu kota sejak Februari 2020 lalu.
"Proyek trase II-A sudah jalan di Monas dan kawasan Thamrin, tapi saya berpesan jangan terlalu keras biar nggak ganggu traffic (lalu lintas)," ucapnya.