Pakar Kritik Penggunaan Kosakata New Normal Saat Masih Wabah

Reporter

Imam Hamdi

Senin, 13 Juli 2020 17:02 WIB

Ilustrasi virus Corona atau Covid-19. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog dari Universitas Indonesia Pandu Riono mengkritik pemerintah yang menggunakan kosakata “new normal” di saat wabah Covid-19 belum terkendali. Sehingga, warga menganggap new normal adalah keadaan telah normal seperti biasa.

"Apalagi menggunakan bahasa Inggris. Sebagian orang hanya paham normalnya saja. New-nya diabaikan," kata Pandu, saat dihubungi, Senin, 13 Juli 2020.

Pandu menyarankan pemerintah untuk terus-menerus mengedukasi masyarakat melalui berbagai cara dan media untuk memahami bahaya penularan wabah Covid-19. "Sebab, sampai sekarang pemerintah belum bisa meningkatkan kepatuhan warganya."

Penularan virus Corona mencetak rekor tertinggi baru selama pandemi ini. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengumumkan penambahan sebanyak 404 kasus positif Covid-19 baru pada Ahad, 12 Juli 2020. Dengan penambahan itu kasus positif Covid-19 di DKI, kini mencapai 14.361 kasus. Bahkan, rasio positif pemeriksaan Covid-19 di DKI, telah mencapai 10,5 persen.

Pandu mengatakan lonjakan rasio positif virus Corona hingga dua kali lipat dari sebelumnya menunjukkan bahwa penularan wabah ini telah semakin tinggi. Ia menyarankan Gubernur DKI Anies Baswedan segera menerapkan langkah strategis untuk menekan penularan Covid-19.

"Salah satu langkah strategisnya adalah dengan memperbaiki pola komunikasi," kata Pandu. Ia menduga selama ini pola komunikasi dengan masyarakat belum efektif.

Dinas Kesehatan DKI mencatat positivity rate Jakarta mencapai 10,5 persen pada Ahad kemarin, jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya.

Menurut Pandu, kebijakan surveilen, pemeriksaan dan penelusuran tracing yang dilakukan Pemerintah DKI sudah cukup baik. Pemerintah hanya mempunyai tugas berat dalam mengatasi kepatuhan atau kebiasaan penduduk yang masih sangat minim menerapkan protokol kesehatan.

Angka kepatuhan warga DKI dalam menerapkan protokol kesehatan seperti menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak masih di bawah 50 persen. "Terendah dari semua indikator pelonggaran."

Advertising
Advertising

Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap protokol kesehatan ini yang membuat angka penularan virus corona semakin tinggi pada masa transisi. Penularan virus terus terjadi karena abainya masyarakat terhadap protokol kesehatan.

Berita terkait

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

4 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

4 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

5 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

9 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

12 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya

KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

12 hari lalu

KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

"Terbukti secara sah dan meyakinkan," kata jaksa KPK di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat saat membacakan surat tuntutan pada Kamis, 18 April 2024.

Baca Selengkapnya

Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

19 hari lalu

Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

Selain musim libur panjang Idul Fitri, April juga tengah musim pancaroba dan dapat menjadi ancaman bagi kesehatan. Berikut pesan PB IDI.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Menhub Budi Karya Usulkan WFH di Selasa dan Rabu, Sri Mulyani Sebut Idul Fitri Tahun Ini Sangat Istimewa

20 hari lalu

Terpopuler: Menhub Budi Karya Usulkan WFH di Selasa dan Rabu, Sri Mulyani Sebut Idul Fitri Tahun Ini Sangat Istimewa

Menhub Budi Karya Sumadi mengusulkan work from home atau WFH untuk mengantisipasi kepadatan lalu lintas saat puncak arus balik Lebaran.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: H-4 Lebaran Penumpang di 20 Bandara AP II Melonjak 15 Persen, Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19

23 hari lalu

Terpopuler: H-4 Lebaran Penumpang di 20 Bandara AP II Melonjak 15 Persen, Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19

AP II mencatat jumlah penumpang pesawat angkutan Lebaran 2024 di 20 bandara yang dikelola perusahaan meningkat sekitar 15 persen.

Baca Selengkapnya

Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19, Tak Bayar Gaji sejak Januari

23 hari lalu

Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19, Tak Bayar Gaji sejak Januari

Indofarma ambruk karena salah perhitungan kapan pandemi COvid-19 berakhir, sehingga banyak obat sakit akibat virus corona tak terjual

Baca Selengkapnya