Tenaga medis di Laboratrium tes Polymerase Chain Reaction (PCR) di Tower 4 Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Jumat 15 Mei 2020. Dokter dan tenaga medis harus dipastikan keamanan APD, mulai dari memakai hingga melepas melalui prosedur yang ketat untuk menghindari tertular virus Covid-19, selain itu petugas medis juga memerlukan usaha yang besar karena harus menahan panas hingga buang air kecil selama kurang lebih 8 jam lamanya. TEMPO/Nurdiansah
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang laki-laki menolak petugas kesehatan yang hendak menjemput istri serta anaknya yang positif COVID-19 di Kelurahan Setu, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, Selasa.
"Awalnya dia tidak mau karena bayangan dia kalau sampai di karantina di Rumah Sakit Wisma Atlet dia khawatir istrinya tidak betah," kata Lurah Setu Jenuri di Jakarta, Selasa 11 Agustus 2020.
Pria berinisial IM itu menolak kehadiran petugas kelurahan beserta tim kesehatan Puskesmas Cipayung di rumah mereka di RT 07 RW 03 Setu, Cipayung.
Petugas Puskesmas mendatangi rumah IM untuk memindahkan istri IM berinisial SW dan seorang putrinya berinisial SC ke Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet. Petugas puskesmas itu didampingi aparatur kelurahan.
"Kami menindaklanjuti kekhawatiran dari warga sekitar kalau penyakit ini menular," katanya.
Namun petugas kelurahan memberikan pengertian kepada IM bahwa istri dan anaknya lebih baik berada di Wisma Atlet agar bisa segera disembuhkan.
"Kalau IM sudah dua kali swab testhasilnya negatif, tapi SW sudah empat kali swab testtetap positif, sementara anaknya dua kali swab positif," katanya.
Setelah terlibat perdebatan sekitar satu jam, ibu dan anak yang positif Covid-19 itu berhasil dievakuasi petugas menggunakan mobil ambulans menuju RS Wisma Atlet sekitar pukul 14.30. "Akhirnya kita datang kasih pemahaman dan orangnya setuju," kata Jenuri.