Pandu Riono Sebut DKI Sulit Terapkan PSBB Kembali, Ini Alasannya

Kamis, 27 Agustus 2020 03:15 WIB

Pekerja saat melintas saat pulang kerja di trotoar Kawasan Senayan, Jakarta, Jumat petang, 14 Agustus 2020. TEMPO/Hilman Fathurrahman W

TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog dari Universitas Indonesia Pandu Riono mengatakan DKI Jakarta tidak mungkin mengembalikan kebijakan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB seperti pada awal April 2020 lalu.

"Karena pemerintah DKI telah memulai masa transisi. Jadi sangat sulit untuk kembali ke PSBB awal dengan menutup seluruh kegiatan ekonomi dan sosial," kata Pandu saat dihubungi, Selasa, 25 Agustus 2020.

Baca Juga: Positivity Rate DKI 10 Persen, Warga: Kalau PSBB Lagi, Saya Pulang Kampung

Pemerintah DKI telah memulai PSBB Transisi fase pertama sejak 5 Juni lalu dan terus diperpanjang. Saat ini PSBB Transisi fase pertama telah diperpanjang hingga tahap keempat yang bakal berakhir pada 27 Agustus 2020.

Menurut Pandu, Pemerintah DKI hanya bisa memperketat kebijakan pada masa perpanjangan PSBB Transisi ini. Salah satu langkah pengetatan kebijakan adalah dengan menghentikan kembali kegiatan car free day atau hari bebas kendaraan di sejumlah lokasi pada perpanjangan PSBB Transisi ini.

Advertising
Advertising

"Hanya bentuk pengetatan seperti itu yang bisa dilakukan. Tidak mungkin DKI menutup kembali kantor hingga pusat perbelanjaan seperti pada awal PSBB kemarin," ujarnya.

Menurut Pandu, pemerintah hanya bisa sekali menerapkan kebijakan PSBB yang ketat seperti pada fase awal pandemi. Sebab, kata dia, saat itu reproduksi efektif (Rt) Covid-19 mencapai 4. Artinya, satu orang yang terinfeksi menularkan kepada empat orang lainnya.<!--more-->

Kebijakan PSBB pemerintah berhasil menekan reproduksi virus hingga di bawah angka 1. Pemerintah pun memulai menerapkan PSBB Transisi. Selama masa PSBB Transisi, kata dia, angka reproduksi naik di angka 1 dan masih terus bertahan hingga diperpanjang hingga tahap keempat ini.

"Sampai sekarang angkanya masih stabil di angka 1,1. Artinya penularan wabah masih bisa terkendali."

Selain itu, faktor lain pemerintah sulit mengembalikan pengetatan PSBB seperti di awal karena perekonomian telah limbung. Pemerintah DKI tidak bakal bisa menutup perkantoran atau kementerian milik pemerintah pusat jika ingin mengembalikan kebijakan pembatasan sosial yang ketat.

Menurut Pandu, yang bisa dilakukan pemerintah daerah adalah menutup perkantoran sementara yang telah menjadi klaster penularan wabah ini. Itu pun, kata Pandu, pemerintah daerah tidak punya kewenangan dalam menutup kantor milik pemerintah pusat.

Ia mengatakan pemerintah DKI pun tidak leluasa menentukan kebijakan karena pemerintah pusat banyak ikut campur dalam kebijakan daerah. "Di DKI masalahnya pelik. Campur tangan pusat sangat besar," ujarnya. "Padahal tugas pemerintah pusat mengkoordinasikan kebijakan antar daerah atau kementerian," kata Pandu Riono.



Berita terkait

Jangan Lupakan Masa Pandemi Covid-19: Protokol Kesehatan, Jaga Jarak, Pakai Masker hingga Rapid Test

6 Maret 2024

Jangan Lupakan Masa Pandemi Covid-19: Protokol Kesehatan, Jaga Jarak, Pakai Masker hingga Rapid Test

Saat Pandemi Covid-19 berbagai kehidupan 'normal' berubah drastis. Saat itu yang kerap terdengar seperti protokol kesehatan, jaga jarak, rapid test.

Baca Selengkapnya

Luhut Pandjaitan Jadi Jenderal Perangi Polusi Udara, Pandu Riono: Tepat, Tegas & Berani

5 September 2023

Luhut Pandjaitan Jadi Jenderal Perangi Polusi Udara, Pandu Riono: Tepat, Tegas & Berani

Pandu Riono mengatakan keputusan pemerintah menunjuk Luhut Pandjaitan sebagai koordinator penanganan polusi udara merupakan langkah tepat.

Baca Selengkapnya

Pandu Riono: Pengendalian Polusi Udara dengan Semprot Air Justru Picu Aerolisasi

25 Agustus 2023

Pandu Riono: Pengendalian Polusi Udara dengan Semprot Air Justru Picu Aerolisasi

Pandu Riono mengemukakan pengendalian polusi udara dengan cara menyemprotkan air bertekanan tinggi justru memicu pembentukan aerolisasi.

Baca Selengkapnya

Jokowi Cerita Sempat Bingung dengan Singkatan PPKM dan PSBB

20 Maret 2023

Jokowi Cerita Sempat Bingung dengan Singkatan PPKM dan PSBB

Presiden Jokowi mengaku sempat bingung dengan istilah PSBB dan PPKM yang sempat diberlakukan saat pandemi Covid-19 melanda.

Baca Selengkapnya

Jokowi Kembali Cerita Soal Kebijakan di Awal Pandemi Ekonomi RI Bisa Minus 17 Persen Kalau Lockdown

29 Januari 2023

Jokowi Kembali Cerita Soal Kebijakan di Awal Pandemi Ekonomi RI Bisa Minus 17 Persen Kalau Lockdown

Untuk ketiga kalinya, Presiden Jokowi bercerita soal kebijakan yang dia ambil di awal pandemi Covid-19 dengan tidak menerapkan lockdown.

Baca Selengkapnya

Pejabat Sebut Rumah Sakit Jadi Rumah Sehat sebagai Upaya Preventif Turunkan Angka Kematian

6 Agustus 2022

Pejabat Sebut Rumah Sakit Jadi Rumah Sehat sebagai Upaya Preventif Turunkan Angka Kematian

Ani Ruspitawati menyebut pergantian nama Rumah Sakit jadi Rumah Sehat bertujuan dorong warga hidup lebih sehat.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Ubah Rumah Sakit Jadi Rumah Sehat, Legacy Tanpa Keringat?

6 Agustus 2022

Anies Baswedan Ubah Rumah Sakit Jadi Rumah Sehat, Legacy Tanpa Keringat?

Anies Baswedan ubah rumah sakit jadi rumah sehat. Ada yang bilang ini upaya jelang akhir masa jabatan untuk tinggalkan legacy tapi tanpa keringat.

Baca Selengkapnya

Bos Taman Impian Jaya Ancol Yakin Rugi Berubah jadi Untung Tahun Ini, Kenapa?

30 Juni 2022

Bos Taman Impian Jaya Ancol Yakin Rugi Berubah jadi Untung Tahun Ini, Kenapa?

Direktur Utama PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. Teuku Sahir Syahali yakin perseroan bisa meraup laba pada semester pertama tahun 2022.

Baca Selengkapnya

Epidemiolog UI Menilai Kondisi Sekarang Sudah Tak Perlu Lagi Diterapkan PPKM

16 Mei 2022

Epidemiolog UI Menilai Kondisi Sekarang Sudah Tak Perlu Lagi Diterapkan PPKM

Epidemiolog UI mengatakan PPKM sudah tidak perlu diterapkan lagi karena diklaim antibodi Covid-19 masyarakat sudah tinggi.

Baca Selengkapnya

Survei Antibodi Penduduk Jawa-Bali 99,2 Persen, Eks Direktur WHO Pertanyakan Ini

23 April 2022

Survei Antibodi Penduduk Jawa-Bali 99,2 Persen, Eks Direktur WHO Pertanyakan Ini

Jawa-Bali sebagai wilayah asal dan tujuan mudik yang dominan dan angka proporsi antibodi 99,2 persen itu memberi kelegaan. Namun, ...

Baca Selengkapnya