Epidemiolog Ingatkan Risiko Pemerintah Jika Longgarkan PSBB Jakarta

Reporter

Imam Hamdi

Minggu, 11 Oktober 2020 11:17 WIB

Epidemiolog Pandu Riono. fkm.ui.ac.id

TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog Universitas Indonesia Pandu Riono mengatakan pengetatan pembatasan sosial atau PSBB menjadi solusi yang paling tepat dalam menekan penularan Covid-19. Bahkan Pemerintah DKI seharusnya menerapkan pembatasan sosial total seperti awal April lalu untuk menekan penularan wabah pada PSBB ketat jilid II sejak 14 September lalu.

"Pengetatan kemarin itu justru harus seperti pertama dengan menerapkan PSBB total. Tapi tidak bisa karena tekanan pemerintah pusat," kata Pandu saat dihubungi, Ahad, 11 Oktober 2020.

Pandu mengatakan pembatasan sosial jilid II tidak terlalu efektif karena pemerintah tidak melakukannya dengan total. Sehingga banyak masyarakat tidak mematuhi protokol kesehatan.

Menurut Pandu, Pemerintah DKI tidak bisa menerapkan pembatasan sosial secara maksimal karena pemerintah pusat lebih mementingkan pemulihan ekonomi. "Ada tekanan dari Erlangga (Menko Perekonomian) dan kawan-kawannya yang tidak mengerti pandemi. Mereka hanya memahami ekonomi."

Pengusaha yang tidak mengerti kebijakan mengatasi wabah ikut bicara soal pandemi dan mengirim surat ke Presiden Joko Widodo, untuk kegiatan usahanya. "Mungkin dia minta balas budi, mungkin pernah mendukung pemerintah pusat."

Advertising
Advertising

Budi Hartono, pemilik Grup Djarum yang juga orang terkaya di Indonesia diketahui telah mengirim surat kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Di dalam surat itu, ia menanggapi rencana Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang akan menerapkan kembali Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB), 14 September 2020.

Pandu melihat komunikasi antara pemerintah daerah dan pusat saat ini semakin memburuk karena persoalan itu. Pemerintah pusat tidak mempunyai kebijakan yang matang untuk menanggulangi wabah ini karena semuanya berfokus pada pemulihan ekonomi.

"Katanya seimbang, itu bohong.” Menurut dia, kesehatan masyarakat tidak diutamakan. “Ekonomi yang diutamakan dan semua orang bisa menilai itu."

Menurut Pandu, kebijakan Pemerintah DKI dalam mengambil pembatasan sosial telah mengikuti aturan yang ditentukan pemerintah pusat. Namun kenyataannya setelah kebijakan itu diambil pemerintah pusat justru menekan agar DKI melonggarkan kembali pembatasan itu.

"Risiko dilonggarkan lagi akan meningkatkan kasus. Dan ini harus sudah dipersiapkan."

Selain itu, Pandu juga menyorot potensi lonjakan kasus karena demo massa yang menolak Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja di berbagai daerah beberapa hari lalu.

Menurut dia, pemerintah menyumbang lonjakan kasus itu karena tidak bisa mengantisipasi potensi kegaduhan. Pemerintah memaksakan membahas dan mengesahkan undang-undang yang ditolak banyak kalangan itu. "Pemerintah tidak mengantisipasi dengan tidak membuat kegiatan yang bisa membuat gaduh.” Pemerintah pusat membuat gaduh dengan UU Cipta Kerja dan informasi yang tidak benar.

Berita terkait

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

2 hari lalu

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

Pasien pembekuan darah pertama yang disebabkan oleh vaksin AstraZeneca adalah Jamie Scott.

Baca Selengkapnya

KM ITB Desak Pemerintah Cabut UU Cipta Kerja dan Cegah Eksploitasi Kelas Pekerja

3 hari lalu

KM ITB Desak Pemerintah Cabut UU Cipta Kerja dan Cegah Eksploitasi Kelas Pekerja

Keberadaan UU Cipta Kerja tidak memberi jaminan dan semakin membuat buruh rentan.

Baca Selengkapnya

Said Iqbal Ungkap Dua Tuntutan Buruh Saat May Day

3 hari lalu

Said Iqbal Ungkap Dua Tuntutan Buruh Saat May Day

Presiden Partai Buruh, Said Iqbal, mengungkapkan dua tuntutan para pekerja di Indonesia pada Hari Buruh Internasional alias May Day.

Baca Selengkapnya

UU Cipta Kerja, Outsourcing, dan Upah Murah Jadi Sorotan dalam Peringatan Hari Buruh Internasional

4 hari lalu

UU Cipta Kerja, Outsourcing, dan Upah Murah Jadi Sorotan dalam Peringatan Hari Buruh Internasional

Serikat buruh dan pekerja menyoroti soal UU Cipta Kerja, outsourcing, dan upah murah pada peringatan Hari Buruh Internasional 2024. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

6 hari lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

Dugaan Infeksi Cacar Monyet di Jayapura, Epidemiolog: Lesi Bisa ke Alat Kelamin

16 hari lalu

Dugaan Infeksi Cacar Monyet di Jayapura, Epidemiolog: Lesi Bisa ke Alat Kelamin

Cacar monyet atau Mpox bukanlah penyakit yang berasal dari Indonesia.

Baca Selengkapnya

Epidemiolog: Kasus Flu Singapura Bisa Bertambah Karena Idul Fitri dan Mudik Lebaran

29 hari lalu

Epidemiolog: Kasus Flu Singapura Bisa Bertambah Karena Idul Fitri dan Mudik Lebaran

Jumlah kasus flu Singapura bisa bertambah lagi seiring momentum Idul Fitri dan mudik Lebaran yang membuat intensitas pertemuan di masyarakat meninggi.

Baca Selengkapnya

Polemik Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan, Ini Penjelasan Menteri Airlangga

37 hari lalu

Polemik Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan, Ini Penjelasan Menteri Airlangga

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan alasan pemerintah memutihkan lahan sawit ilegal di kawasan hutan.

Baca Selengkapnya

365 Perusahaan Ajukan Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan

37 hari lalu

365 Perusahaan Ajukan Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan

Ratusan perusahaan pemilik lahan sawit ilegal di kawasan hutan mengajukan pemutihan.

Baca Selengkapnya

Aksi Sejagad Matinya Demokrasi Era Jokowi di Yogyakarta: Pemilu Terburuk Sepanjang Sejarah Indonesia

50 hari lalu

Aksi Sejagad Matinya Demokrasi Era Jokowi di Yogyakarta: Pemilu Terburuk Sepanjang Sejarah Indonesia

Aksi Sejagad: 30 Hari Matinya Demokrasi di Era Kepemimpinan Jokowi di Yogyakarta sebut Pemilu 2024 sebagai pemilu terburuk sepanjang sejarah Indonesia

Baca Selengkapnya