Cerita Bungah Para Nelayan Lebak Selatan Panen Udang Lobster

Reporter

Antara

Editor

Dwi Arjanto

Minggu, 29 November 2020 15:28 WIB

Ilustrasi lobster. Pixabay

TEMPO.CO, Lebak -Nelayan Lebak Selatan Provinsi Banten sudah sepekan terakhir ini panen udang lobster sehingga meraup keuntungan dan dapat mendongkrak pendapatan ekonomi masyarakat pesisir.

"Kita menangkap udang lobster selama tiga hari terakhir ini bisa bawa uang ke rumah Rp3 juta, padahal biasanya hanya Rp300 ribu," kata Sandi, 35 tahun seorang nelayan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Binuangeun Kabupaten Lebak, Sabtu, 28 November 2020.

Meningkatnya pendapatan ekonomi nelayan itu, karena memasuki musim panen udang lobster di pesisir Perairan Lebak Selatan.

Baca juga: Ponakan Prabowo Minta Namanya Tak Dicatut dalam Kasus Ekspor Lobster

Mereka para nelayan di kegelapan malam menyelam ke dasar laut di sekitar Pulau Tinjil untuk menangkap udang lobster.

Advertising
Advertising

Dimana populasi udang lobster itu sangat mudah ditangkap setelah dilakukan pemasangan jebakan dengan perangkat jodang yang terbuat dari besi.

Dalam perangkap jodang itu diberi umpan agar udang lobster masuk ke dalam perangkap tersebut.

"Kami sejak tiga hari itu dapat menangkap udang lobster sebanyak enam kilogram dengan penghasilan Rp3 juta," katanya menjelaskan.

Menurut dia, dari enam kilogram lobster itu dibeli oleh pengepul Rp1 juta/Kg untuk lobster mutiara dan lima kilogram lobster pasir Rp2 juta.

Saat ini, kata dia, harga lobster pasir di tingkat pengepul Rp400 ribu/Kg.

Panen udang lobster itu bisa ditandai jika musim penghujan populasi lobster melimpah.

"Kami bersemangat dengan musim panen lobster bisa menghasilkan pendapatan hingga Rp20-30 juta/bulan," katanya.

Begitu juga Ahmad (50) seorang nelayan PPI Binuangeun Kabupaten Lebak mengatakan dirinya kini fokus mencari udang lobster di sekitar Pulau Tinjil sampai Pulau Penaitan karena populasi di daerah itu melimpah jika musim hujan.

Saat ini, kata dia, dirinya bisa membawa uang ke rumah Rp5 juta/tiga hari dari hasil mencari udang lobster itu.

"Kami bisa menangkap lobster berkisar antara lima sampai delapan kilogram, padahal biasanya sebanyak tiga kilogram," katanya.

Permintaan udang lobster di tengah pandemi COVID-19 cukup tinggi, karena kualitas lobster dari Lebak masuk kategori terbaik dan diekspor melalui perusahaan dari Tangerang.

Saat ini, kata dia, lobster mutiara cukup mahal hingga Rp1 juta/Kg dan udang lobster pasir Rp400 ribu/Kg dan lobster batu Rp300 ribu/Kg.

"Kami hari ini menampung lobster dari nelayan dengan transaksi pembelian hingga Rp60 juta sebanyak 100 kilogram lobster itu. Jika tidak musim panen paling bantar sebanyak 15 kilogram," katanya.

Sementara itu, Kepala Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Binuangeun, Ahmad Hadi mengatakan selama ini kualitas udang lobster dari Lebak Selatan terbaik di dunia, karena kondisi air laut sangat bagus dan tidak ada pencemaran lingkungan juga berhadapan dengan Samudera Hindia.

"Kami menerima laporan bahwa lobster dari Lebak Selatan juga dipasok ke Jakarta dan Tangerang hingga ekspor," katanya menjelaskan.

ANTARA

Berita terkait

Trenggono Akui Ekosistem Budi Daya Lobster Belum Terbentuk

6 hari lalu

Trenggono Akui Ekosistem Budi Daya Lobster Belum Terbentuk

Trenggono menjelaskan alasannya menggandeng negara tetangga, Vietnam untuk budi daya benih lobster. Trenggono telah membuka keran ekspor benur.

Baca Selengkapnya

Sebut Lobster Komoditas Unggul Indonesia, Trenggono Terimakasih ke Vietnam

6 hari lalu

Sebut Lobster Komoditas Unggul Indonesia, Trenggono Terimakasih ke Vietnam

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan bahwa setidaknya ada lima komoditas di sektor perikanan dan kelautan Tanah Air yang unggul. Ia menyebut lima komoditas itu di antaranya udang, rumput laut, tilapia, lobster, dan kepiting.

Baca Selengkapnya

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

10 hari lalu

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

KJRI mengatakan, APPM mengatakan 3 kapal nelayan Natuna ditangkap karena melaut di dalam perairan Malaysia sejauh 13 batu dari batas perairan.

Baca Selengkapnya

Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

13 hari lalu

Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

Tiga kapal nelayan Indonesia asal Natuna ditangkap oleh penjaga laut otoritas Malaysia. Dituding memasuki perairan Malaysia secara ilegal.

Baca Selengkapnya

Ministry of Marine Affairs and Fisheries Reopen Export of Lobsters Larvae for Vietnam

13 hari lalu

Ministry of Marine Affairs and Fisheries Reopen Export of Lobsters Larvae for Vietnam

Ministry of Marine Affairs and Fisheries has allowed the resumption of lobster larvae exports. The cultivation must be in Vietnam.

Baca Selengkapnya

Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih

13 hari lalu

Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih

Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik yang memuat hulu-hilir pengelolaan pemanfaatan BBL.

Baca Selengkapnya

Demi Lobster Kawan Vietnam

14 hari lalu

Demi Lobster Kawan Vietnam

Pemerintah membuka kembali keran ekspor lobster dengan syarat para pengusaha membudidayakannya di sini atau di Vietnam-tujuan utama ekspor lobster.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

17 hari lalu

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

Tradisi Lomban setiap bulan Syawal di jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Polisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg

18 hari lalu

Polisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg

Bareskrim Polri menangkap lima tersangka tindak pidana narkotika saat hendak menyeludupkan 19 kg sabu dari Malaysia melalui Aceh Timur.

Baca Selengkapnya

Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

24 hari lalu

Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

Walhi dan Pokja Pesisir Kalimantan Timur sebut kerusakan Teluk Balikpapan salah satunya karena efek pembangunan IKN.

Baca Selengkapnya