LAPAN Sebut Penyebab Jakarta Bebas dari Hujan Ekstrem pada Akhir Februari
Reporter
Anwar Siswadi (Kontributor)
Editor
Clara Maria Tjandra Dewi H.
Senin, 1 Maret 2021 09:54 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Prediksi hujan ekstrem yang sempat membayangi Jakarta dan sekitarnya pada 18-25 Februari 2021 dibuyarkan oleh kemunculan badai atau siklon tropis di Samudera Indonesia. Prediksi cuaca buruk yang membawa risiko banjir itu sirna karena siklon tropis di selatan Nusa Tenggara dan pusaran angin Borneo, yang ikut menyumbang dua hari cuaca cerah.
Hujan ekstrem itu, menurut peneliti klimatologi dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Erma Yulihastin, sempat terjadi sekali. Hujan dinihari yang terjadi lama atau persisten selama 4-5 jam dengan intensitas curahan tertinggi 266 milimeter, memicu banjir di sebagian wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi pada 20 Februari 2021.
Tim Reaksi dan Analisis Kebencanaan (TReAK) dari Pusat Sains dan Teknologi Antariksa LAPAN telah memprediksi kondisi cuaca ekstrem itu dua hari sebelumnya. Pada 21 Februari dinihari, hujan masih berlanjut di Jakarta dan sekitarnya namun intensitasnya telah jauh berkurang.
Aktivitas konveksi atau proses pembentukan awan hujan pun hanya bersifat lokal serta cepat terurai dalam kurun 1-2 jam. “Sepanjang hari itu kawasan di Jawa bagian barat termasuk di Selat Sunda minim awan dan hujan,” katanya lewat keterangan tertulis, Ahad 28 Februari 2021.
Penyebab melemahnya konveksi itu dipengaruhi oleh aktivitas vorteks atau pusaran angin yang menjangkau wilayah dalam radius 50-200 kilometer dari Kalimantan alias Borneo. Kondisi itu bertahan hingga 22 Februari, dan menjadi penyebab cuaca yang cenderung cerah selama dua hari wilayah di Jawa bagian barat pada 21-22 Februari 2021.
<!--more-->
Selanjutnya terpantau adanya pembentukan siklon tropis yang berkode nama TC 98S di Samudera Indonesia arah selatan Nusa Tenggara pada 23 Februari. Proses pembentukan siklon atau badai tropis itu menyedot udara sehingga terjadi peningkatan angin baratan yang signifikan di Jawa bagian tengah dan timur.
Pergerakan angin kencang ini membuyarkan proses pembentukan awan sehingga Jawa bagian barat nihil hujan. Pada 24-25 Februari, terpantau pergerakan siklon tropis TC 98S ke arah barat. Angin dari utara yang berasosiasi dengan aktivitas Cross Equatorial Northerly Surge (CENS) atau seruak angin yang kuat dari Laut Cina Selatan mulai terbentuk kembali.
Kekuatannya yang maksimal pada 26 Februari, kembali menyebabkan hujan dinihari dengan intensitas sedang di Jakarta dan sekitarnya. Namun hujan ekstrem tidak sempat terjadi karena angin yang berasal dari utara disedot oleh siklon tropis.
Baca juga: Antisipasi Hujan Ekstrem, Wagub DKI: Naikkan Daya Tampung Air dan Cegah Korban
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sempat mencatat potensi bibit siklon 98S itu untuk menjadi siklon tropis dalam kurun 24 jam dalam kategori menengah hingga tinggi. Pada 25 Februari 2021 BMKG menyatakan siklon tropis yang membuyarkan potensi hujan ekstrem di Jakarta itu nihil dan bergerak menjauhi wilayah Indonesia.
ANWAR SISWADI