Lima Fakta Dugaan Kartel Kremasi, dari Harga Naik Berlipat hingga Menuai Kecaman
Reporter
Adam Prireza
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Kamis, 22 Juli 2021 05:13 WIB
TEMPO.CO, JAKARTA - Naiknya harga kremasi jenazah pasien Covid-19 membuat resah masyarakat DKI Jakarta. Anggota Komisi E Bidang Kesra DPRD DKI Jakarta Ima Mahdiah mendapatkan laporan dari dua warga Jakarta soal dugaan tersebut. Dua warga ini memberitahukan cerita serupa, yaitu harga paket kremasi jenazah Covid-19 naik berkali lipat menjadi Rp 45 juta hingga Rp 65 juta.
"Saya cek memang kremasi banyak dikuasai swasta dan mereka menaikkan harganya berkali-kali lipat," kata dia saat dihubungi, Minggu, 18 Juli 2021. Cerita lain diungkap dalam tulisan seorang warga Jakarta Barat bernama Martin. Ia ditawari jasa kremasi hingga berkali lipat dari harga normal.
Berikut adalah deretan fakta perihal dugaan kartel kremasi di tengah pandemi Covid-19 yang Tempo rangkum.
- Ditawari harga berkali lipat
Ibunda Martin meninggal di salah satu rumah sakit dan harus dikremasi pada Senin pagi, 12 Juli 2021. Seorang petugas yang mengaku dari Dinas Pemakaman menghampirinya dan menawarkan bantuan akan mencarikan krematorium untuk ibu Martin. Kremasi dapat dilakukan di Kabupaten Karawang, Jawa Barat dengan tarif Rp 48,8 juta.
Martin terkejut. Sebab, tarif kremasi kakaknya yang meninggal enam pekan lalu tak sampai Rp 10 juta. Begitu juga dengan harga kremasi dua anggota keluarganya yang meninggal akibat Covid-19 dua pekan lalu hanya Rp 24 juta per orang.
Martin lalu menghubungi pengurus kremasi sang kakak. Pengurus itu lantas menawarkan kremasi di Cirebon dengan harga Rp 45 juta. Jasa kremasi lainnya juga membanderol harga tinggi, yakni Rp 45-55 juta per jenazah Covid-19.
Mau tak mau keluarga Martin menerima tawaran kremasi di Karawang. Hal itu karena pihak rumah sakit mendesak agar jenazah segera dipindahkan. Namun, petugas itu mengatakan tak ada lagi slot kremasi di Karawang.
"Tak lama kemudian orang yang dimaksud menelepon dan mengabarkan dapat slot untuk lima hari ke depan, di krematorium pinggir kota dengan harganya Rp 65 juta,” ucap dia. "Segera kami mengerti bahwa kartel telah menguasai jasa mengkremasi sanak family korban Covid-19 dengan tarif Rp 45 sampai dengan Rp 65 juta."
<!--more-->
- Biaya asli hanya Rp 2,5 juta
Pada Selasa pagi, 13 Juli 2021, jenazah ibu Martin tiba di krematorium Cirebon pukul 09.30. Jenazah sang ibu dibawa dengan mobil jenazah yang berisikan dua peti. Artinya, satu mobil mengangkut dua jenazah. Selanjutnya pengurus krematorium di Cirebon mengatakan harga paket kremasi hanya Rp 2,5 juta.
Martin sempat bercakap-cakap dengan pengurus krematorium di sana. Pengurus itu mengatakan, hanya ada satu harga kremasi, yaitu Rp 2,5 juta. Namun karena adanya pemakaman dengan protokol Covid-19, pengurus kremasi harus menyediakan alat pelindung diri (APD) dan penyemprotan disinfektan. Biaya tambahannya hanya beberapa ratus ribu rupiah. "Betapa nyamannya kartel ini 'merampok' keluarga yang berduka," ucap Martin.
Cerita kartel tak berhenti di sini. Martin menuturkan, istrinya mendapat kabar kenalannya yang meninggal akibat Covid-19 pada Sabtu pagi, 17 Juli 2021. Jenazah Covid-19 semula akan dikremasi, tapi batal.Sebab, tarif kremasi dipatok Rp 80 juta. "Itupun harus tunggu beberapa hari lagi. Akhirnya diputuskan dikubur di Rorotan, gratis dibiayai pemerintah."
- Wagub imbau pengusaha dan yayasan tak cari untung
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengingatkan pengusaha dan yayasan kremasi tidak mematok tarif tinggi di tengah pandemi Covid-19. Dia meminta harga paket kremasi jenazah Covid-19 ditetapkan sewajarnya dan terjangkau.
"Mohon semua jangan mencoba mencari keuntungan yang berlebihan di masa pandemi ini dengan patok tarif harga yang di luar kewajaran," kata dia di Balai Kota, Jakarta Pusat, Senin, 19 Juli 2021.
Riza Patria menuturkan semua orang kini sedang berjuang melawan pandemi Covid-19 di masa sulit ini. Wagub DKI itu justru berharap masyarakat dapat saling membantu sesama yang dilanda kesulitan. "Bukan sebaliknya mengambil keuntungan dengan mematok harga kremasi setinggi-tingginya," ujar politikus Partai Gerindra itu.
<!--more-->
- Ketua DPRD minta kapolda tembak mati kartel kremasi
Menanggapi praktik kartel kremasi jenazah Covid-19, Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi mengatakan pernah membicarakan praktik semacam itu kepada Kapolda Metro Jaya. Menurut dia, praktik kartel lebih jahat daripada korupsi atau peredaran narkoba.
"Saya minta kepada Kapolda, pernah saya bicara hal-hal seperti itu lebih jahat daripada narkoba, lebih jahat dari korupsi, tembak mati aja, saya bilang gitu," kata dia di Gedung DPRD DKI, Jakarta Pusat, Senin, 19 Juli 2021.
Prasetio meminta para pengusaha krematorium tak memanfaatkan situasi pandemi Covid-19 dengan melambungkan tarif paket kremasi. "Saya minta tolong kepada para pengusaha, ya sadar diri lah kondisi republik ini khususnya Jakarta memang sedang force majeure," ucap politikus PDIP itu.
- Polisi panggil pengurus yayasan rumah duka
Polisi memanggil dua pengurus Yayasan Rumah Duka Abadi yang beralamat di Daan Mogot, Jakarta Barat terkait dugaan kasus kartel kremasi pada Rabu, 21 Juli 2021. "Undangan klarifikasi," kata Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Barat Komisaris Besar Pol Ady Wibowo melalui pesan singkat, Rabu, 21 Juli 2021.
BACA: TPU Tegal Alur Kini Punya Alat Kremasi Baru Sumbangan Organisasi Masyarakat
ADAM PRIREZA | M YUSUF MANURUNG | LANI DIANA