Antisipasi Tumbang, 185 Pohon Kebun Raya Bogor Diperiksa Kesehatannya

Selasa, 5 Oktober 2021 17:05 WIB

Suasana Kebun Raya Bogor yang telah kembali dibuka, di Jawa Barat, Selasa, 7 Juli 2020. TEMPO/Amston Probel

TEMPO.CO, Bogor - Untuk mencegah koleksi pohon Kebun Raya Bogor tumbang akibat keropos, peneliti rutin melakukan pemeriksaan kesehatan pohon di kebun botani itu. Para peneliti dari Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya BRIN itu menggunakan alat dan metode khusus untuk mengantisipasi pohon tumbang akibat keropos, terutama saat kondisi cuaca ekstrem di Bogor.

Koordinator tim analis kesehatan pohon dan peneliti Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Rizmoon Nurul Zulkarnen mengatakan pemeriksaan kesehatan pohon menggunakan metode visual dengan form khusus untuk menilai kerusakan yg terjadi, modifikasi dari International Society of Arboriculture (ISA).

"Bahkan dalam case tertentu juga kami menggunakan metode FHM atau Forest Health Monitoring, " Kedua metode itu esensinya sama yaitu untuk mendeskripisikan kerusakan yang terjadi pada akar, batang, dan tajuk percabangan," kata Rizmoon di Bogor, Selasa, 5 September 2021.

Selain menggunakan metode visual, peneliti juga menggunakan alat yang bernama Picus Sonic Tomograph, yang merupakan alat canggih buatan Jerman. Fungsi alat itu untuk mengetahui persentase kelapukan atau keropos yang terjadi pada pohon.

"Hingga triwulan ke tiga tahun 2021 ini sudah ada 185 pohon koleksi Kebun Raya Bogor yang sudah dicek kesehatannya," kata dia.

Selanjutnya peneliti memberi rekomendasi kepada pengelola Kebun Raya Bogor usai pemeriksaan...

<!--more-->

Dari hasil pengecekan kesehatan pohon tersebut, peneliti memberikan sejumlah rekomendasi, yakni pemangkasan ranting, pemotongan batang dan penebangan total (tebang habis). Akan tetapi penindakan tebang habis itu sangat dihindari karena ada kepentingan konservasi yang lebih utama.

"Namun, jika terpaksa karena ada aspek keselamatan nyawa, tindakan pemangkasan berat dengan menyisakan 4-6 meter batang utama atau tebang habis akan dilakukan," ujarnya.

Peneliti dari Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya juga merekomendasikan perbanyakan koleksi, agar Kebun Raya Bogor tidak kehilangan materi koleksi. Dengan pertimbangan rekomendasi melihat objek tumbuhannya, bagaimana status konservasinya dan status koleksinya di kebun raya.

"Kami juga akan melihat lokasi tempat tumbuhnya juga menjadi pertimbangan dalam rekomendasi, jika lokasi tumbuhan sangat jauh di dalam dan jarang dilewati oleh pengunjung," tambahnya.

Seorang pengunjung melihat papan nama anggrek raksasa yang berada di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, 2 Maret 2016. Anggrek langka dan terbesar di dunia ini hanya akan mekar setiap 2-4 tahun sekali selama satu hingga dua bulan saat musim penghujan. TEMPO/Lazyra Amadea Hidayat

Peneliti juga meminta pertimbangan tim kurator koleksi dalam menentukan pertimbangan rekomendasi jika diperlukan. "Tim kurator beranggotakan peneliti senior kebun raya yang notabene lebih paham dan mengerti kondisi koleksi tumbuhan kebun raya," ujarnya.

Ada lima zona di areal KRB yang harus dihindari oleh pengunjung. Lima lokasi itu adalah Jalan Astrid, Jalan Kenari 1, Jalan Kenari 2, sekitar kantor KRB, dan dekat Griya Anggrek.

"Kita pasang pembatas di lima zona tersebut, agar pengunjung tidak mendekati lokasi itu atau menggelar acara di tempat tersebut, " kata dia.

Kebun Raya Bogor merupakan hutan kota yang berada di kota Bogor dan menjadi kawasan konservasi ex-situ memiliki potensi kekayaan tumbuhan koleksi. KRB memiliki koleksi 222 famili, 1.259 marga, 3.423 jenis, 13.563 spesimen yang ditanam di atas areal kebun seluas 87 hektar.

Polusi udara, aktivitas manusia dan faktor biologi serta usia pohon-pohon di KRB yang makin meningkat diduga mengakibatkan penurunan kualitas pohon di kebun raya itu.

Penurunan kualitas Kebun Raya Bogor dapat dilihat dari tingkat kerusakan yang diderita oleh pohon-pohon penyusunnya. Kerusakan yang terjadi dapat disebabkan oleh adanya penyakit, serangga hama, gulma, api cuaca, satwa maupun akibat kegiatan manusia.

M SIDIK PERMANA

Baca juga: Bima Arya Minta Wisata Malam Glow di Kebun Raya Bogor Dihentikan

Berita terkait

'Bintang Jatuh' Terlihat di Yogyakarta dan Sekitarnya, Astronom BRIN: Itu Meteor Sporadis

2 jam lalu

'Bintang Jatuh' Terlihat di Yogyakarta dan Sekitarnya, Astronom BRIN: Itu Meteor Sporadis

Aastronom BRIN menyebut fenomena adanya bintang jatuh di Yogyakarta dan sekitarnya itu sebagai meteor sporadis.

Baca Selengkapnya

Kaya Aktivitas Perikanan dan Tambang, Teluk Kendari Mendangkal dengan Cepat

2 jam lalu

Kaya Aktivitas Perikanan dan Tambang, Teluk Kendari Mendangkal dengan Cepat

Teluk Kendari di kota Kendari mengalami pendangkalan yang dramatis selama sekitar 20 tahun terakhir. Ini kajian sedimentasi di perairan itu oleh BRIN.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

1 hari lalu

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

Berita tentang kenaikan UKT di ITB masih mengisi Top 3 Tekno Berita Terkini.

Baca Selengkapnya

Cuaca Ekstrem, Pemerintah Siapkan Impor Beras 3,6 Juta Ton

1 hari lalu

Cuaca Ekstrem, Pemerintah Siapkan Impor Beras 3,6 Juta Ton

Zulkifli Hasan mengatakan impor difokuskan ke wilayah sentra non produksi guna menjaga kestabilan stok beras hingga ke depannya.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

2 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

2 hari lalu

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

Peneliti Unair berhasil mengukir namanya di kancah internasional dengan meraih best paper award dari jurnal ternama Engineered Science.

Baca Selengkapnya

BRIN Undang Periset dan Mahasiswa Ikut Platform Kolaborasi Biologi Struktur untuk Gali Potensi Keanekaragaman Hayati

2 hari lalu

BRIN Undang Periset dan Mahasiswa Ikut Platform Kolaborasi Biologi Struktur untuk Gali Potensi Keanekaragaman Hayati

BRIN terus berupaya menemukan metode yang paling baru, efektif, dan efisien dalam proses pemurnian protein.

Baca Selengkapnya

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

3 hari lalu

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

Sekarang ukuran roket juga tidak besar, tapi bisa mengangkut banyak satelit kecil.

Baca Selengkapnya

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

4 hari lalu

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

Di Indonesia diperkirakan terdapat 200 ribu spesies jamur, yang di antaranya mampu memproduksi enzim.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

4 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya