BRIN: Kendalikan Penurunan Muka Tanah Cegah Jakarta Tenggelam

Reporter

Antara

Rabu, 6 Oktober 2021 15:33 WIB

Pulau-pulau reklamasi Jakarta juga beresiko tenggelam karena jenis tanah yang paling cepat surut yang tanahnya mengendap dan menjadi padat seiring waktu. Satelit dan sensor berbasis darat mencatat sebagian Jakarta Utara mengalami penurunan puluhan milimeter per tahun. ANTARA

TEMPO.CO, Jakarta - Profesor Riset bidang Meteorologi Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eddy Hermawan mengatakan pengendalian laju penurunan muka tanah menjadi upaya penting menyelamatkan Jakarta dan kawasan pantai utara (Pantura) dari potensi tenggelam. Potensi Pantura dan Jakarta Tenggelam itu terbukti dari hasil pemetaan Kementerian ESDM tahun 2019 dan juga beberapa kajian.

"Hasilnya adalah penurunan muka tanah perlu direm, kalau tidak, terjadi kenaikan muka air laut dan dampaknya sangat besar terutama bagi masyarakat Pantura," kata Eddy dalam Webinar Nasional Prof Talk: Benarkah Jakarta dan Pantura Akan Tenggelam? di Jakarta, Rabu, 6 Oktober 2021. Penurunan muka tanah (land subsidence) berkontribusi cukup besar menyebabkan Jakarta berpotensi tenggelam.

Jakarta, kata Eddy, memang memiliki potensi tenggelam bukan hanya karena faktor kenaikan muka air laut meski sangat kecil, sekitar 3 milimeter per tahun. "Yang sangat berpengaruh di Jakarta dan Pantura pada umumnya adalah penurunan muka tanah yang memang ini sudah tidak bisa dikendalikan," ujarnya.

Menurut dia, kenaikan muka air laut akibat dampak perubahan iklim "sepertinya" sulit dibendung, sementara penurunan muka tanah bisa direm.

Eddy menuturkan hasil penginderaan jauh menunjukkan ada tiga kota yang mengalami penurunan muka tanah cukup tinggi yakni Pekalongan, Semarang, dan Jakarta.

Penurunan permukaan tanah di Kota Pekalongan di Jawa Tengah berkisar 2,1- 11 sentimeter per tahun, Kota Semarang di Jawa Tengah berkisar 0,9-6 sentimeter per tahun, dan DKI Jakarta sekitar 0,1-8 sentimeter per tahun.

Pembangunan gedung-gedung dan pengambilan air tanah yang masif dilakukan akan menyebabkan semakin turunnya muka tanah. Penurunan permukaan tanah juga semakin mengancam bagi daerah-daerah yang batuannya sangat muda, tanah lunak, gambut, dan endapan aluvial. Oleh karena itu perlu, kebijakan penggunaan air tanah.

Selain itu, untuk menyelamatkan Jakarta dan Pantura, harus menekan semaksimal dan seoptimal mungkin agar tidak terjadi lagi kerusakan lingkungan di sepanjang pesisir Pantura. Menurut dia, pembangunan tanggul raksasa hanya bersifat penanggulangan sementara. "Perlu dipertimbangkan untuk menanam mangrove karena terbukti cukup efektif dalam meredam laju masuknya rob ke daratan," katanya.

Baca: Warga Soal Ramalan Jakarta Tenggelam: Tiru Belanda dan Tambah Area Penyerapan



Advertising
Advertising

Berita terkait

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

13 jam lalu

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

Pada Sabtu pagi pukul 07.02 WIB Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 122 atau masuk dalam kategori tidak sehat.

Baca Selengkapnya

Mengungkap Misteri Sesar Baribis Lewat Ekspedisi Susur Sesar, Aktif Sejak 2,5 Juta Tahun Lalu

16 jam lalu

Mengungkap Misteri Sesar Baribis Lewat Ekspedisi Susur Sesar, Aktif Sejak 2,5 Juta Tahun Lalu

Sesar Baribis merupakan salah satu sesar mayor di Jawa bagian Barat dan membentang mengikuti pola pulau.

Baca Selengkapnya

BMKG Prakirakan Sebagian Jakarta Diguyur Hujan Sabtu Pagi hingga Malam

16 jam lalu

BMKG Prakirakan Sebagian Jakarta Diguyur Hujan Sabtu Pagi hingga Malam

Pada siang hari seluruh wilayah Jakarta dan Kepulauan Seribu diguyur hujan dengan intensitas ringan dan sedang.

Baca Selengkapnya

Terkini: Lahan Padi Cina 1 Juta Hektar di Kalimantan Menuai Polemik, Cara Daftar Subsidi LPG 3 Kilogram

1 hari lalu

Terkini: Lahan Padi Cina 1 Juta Hektar di Kalimantan Menuai Polemik, Cara Daftar Subsidi LPG 3 Kilogram

Rencana pembukaan lahan 1 juta hektar untuk padi Cina di Kalimantan menuai pro dan kontra. Cara mendaftar menjadi penerima subsidi LPG 3 kilogram.

Baca Selengkapnya

BMKG Prakirakan Semua Wilayah Jakarta Hujan Ringan Siang Ini

1 hari lalu

BMKG Prakirakan Semua Wilayah Jakarta Hujan Ringan Siang Ini

BMKG memprakirakan cuaca Jakarta hari ini, Jumat 26 April 2024, berawan dan hujan ringan.

Baca Selengkapnya

Benarkah IKN Bebas dari Sesar Gempa Aktif? Penelitinya Harapkan Riset Lanjutan

2 hari lalu

Benarkah IKN Bebas dari Sesar Gempa Aktif? Penelitinya Harapkan Riset Lanjutan

Peneliti sesar gempa aktif di IKN berharap bisa kembali dan lakukan riset lanjutan. Data BMKG juga sebut potensi yang berbeda.

Baca Selengkapnya

AHY Gambarkan Nasib Jakarta setelah IKN Beroperasi

2 hari lalu

AHY Gambarkan Nasib Jakarta setelah IKN Beroperasi

Menteri Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyampaikan gambaran kondisi Jakarta setelah IKN beroperasi sebagai ibu kota negara.

Baca Selengkapnya

Ahli Klimatologi BRIN Erma Yulihastin Dikukuhkan sebagai Profesor Riset Iklim dan Cuaca Ekstrem

2 hari lalu

Ahli Klimatologi BRIN Erma Yulihastin Dikukuhkan sebagai Profesor Riset Iklim dan Cuaca Ekstrem

Dalam orasi ilmiah pengukuhan profesor riset dirinya, Erma membahas ihwal cuaca ekstrem yang dipicu oleh kenaikan suhu global.

Baca Selengkapnya

Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

2 hari lalu

Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

Reza dikukuhkan sebagai profesor riset berkat penelitian yang dilakukannya pada aspek urgensi pengelolaan plastik.

Baca Selengkapnya

IMD Rilis Hasil Survei Smart City Index dan Persoalannya, Tiga Kota di Indonesia Masuk Daftar

2 hari lalu

IMD Rilis Hasil Survei Smart City Index dan Persoalannya, Tiga Kota di Indonesia Masuk Daftar

Jakarta, Medan, dan Makassar masuk dalam daftar survei Smart City Index 2024.

Baca Selengkapnya