Bayi Pengidap Kelainan Jantung Akhirnya Meninggal  

Reporter

Editor

Jumat, 9 Januari 2009 18:41 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Claudya Kristania Putranto, bayi yang mengidap kelainan jantung akhirnya meninggal pada Jumat (9/1) pukul 13.30 WIB di Rumah Sakit Harapan Kita.

Jenazah Claudia dibawa ke rumahnya di Cilacap, sore ini dengan ambulan. "Kemungkinan sampai rumah jam 10 malam," kata Toto Rydianto, ayah Claudya, saat dihubungi Tempo, Jumat (9/1) sore.

Sebelumnya, keluarga Claudya menduga pihak rumah sakit melakukan malpraktek terhadap anaknya. Karena ketika masuk rumah sakit, kata Putaningsih, ibu Claudya anaknya secara fisik sehat dan bisa berlari.

Direktur Pelayanan Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Anna Ulfah Rahayoe saat dihubungi Tempo, menegaskan bahwa kematian Claudya yang mengidap penyakit jantung bawaan (PJB) biru atau dikenal jenis Tetralogi of Fallot (TOF) bukan malpraktek. "Semua yang dilakukan sudah sesuai aturan," ujar Anna. Kasus Claudya, menurutnya termasuk kasus yang sulit. Dalam waktu setahun ini, di antara 140 kasus TOF yang ditangani rumah sakit, 5 di antaranya meninggal. "Termasuk Claudya ini," ujar dia menambahkan.

Dia menjelaskan bahwa kondisi Claudya yang menjalani operasi sebanyak 3 kali berturut, pada tanggal 9, 10, dan 11 Desember 2008, sebenarnya mulai membaik. Menurut Anna, ginjal dan peredaran darah Claudya sudah berfungsi dengan baik. Kondisinya kembali drop mulai tanggal 7 Januari 2009, "Tekanan darah menurun dan fungsi batang otak tidak pulih," kata Anna.

Sempat beredar isu bahwa jenazah Claudya belum bisa dibawa pulang karena keluarga harus membereskan biaya rumah sakit sebesar Rp. 121 juta. Akan tetapi, pihak keluarga membantah. "Kami tidak ditahan, perjalanan pulang agak lama karena menunggu saudara datang," kata Toto. Pihak rumah sakit juga menyangkal rumor tersebut. "Itu tidak benar, kami memberikan fasilitas ambulan dan juga peti mati untuk jenazah," kata Anna.

Advertising
Advertising

Menurut Toto, biaya pengobatan yang harus ditanggung keluarga Claudya selama di rumah sakit sebesar Rp. 121 juta. Pada awal masuk, Toto sudah membayarkan uang sebesar Rp 47 Juta. Toto menjelasakan, bahwa pihak rumah sakit memberikan waktu 1 minggu setelah proses pemakaman untuk mengurus biaya administrasi yang belum beres. "Kira-kira tanggal 19 Januari," ujarnya. Dia berharap pihak rumah sakit nantinya membebaskan semua biaya tersebut.

Pihak rumah sakit membenarkan bahwa jumlah biaya operasi dan perawatan Claudya sebesar Rp 121 juta. "Pengeluarannya memang segitu," kata Anna. Menurutnya, biaya tersebut untuk obat dan perawatannya selama di rumah sakit. "Kalau tidak bisa membayar mau bagaimana lagi? kami tidak memusingkan hal tersebut," ujarnya. Akan tetapi, untuk pembebasan biaya, menurutnya ada proses administrasinya.


RINA WIDIASTUTI

Berita terkait

20 Dokter AS Terjebak di Gaza, Gedung Putih Klaim Upayakan Evakuasi

1 hari lalu

20 Dokter AS Terjebak di Gaza, Gedung Putih Klaim Upayakan Evakuasi

Gedung putih mengatakan pemerintah AS berupaya mengevakuasi sekelompok dokter AS yang terjebak di Gaza setelah Israel menutup perbatasan Rafah

Baca Selengkapnya

Palang Merah Buka Rumah Sakit dengan Kapasitas 60 Tempat Tidur di Gaza

2 hari lalu

Palang Merah Buka Rumah Sakit dengan Kapasitas 60 Tempat Tidur di Gaza

Komite Internasional Palang Merah (ICRC) membuka rumah sakit dengan kapasitas 60 tempat tidur di Rafah, Gaza selatan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Hapus Kelas BPJS Kesehatan, Nilai Iuran belum Ditentukan

3 hari lalu

Jokowi Hapus Kelas BPJS Kesehatan, Nilai Iuran belum Ditentukan

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menghapus pembagian kelas rawat inap BPJS Kesehatan. Nilai iuran yang baru belum ditentukan.

Baca Selengkapnya

Terkini: Jokowi Hapus Sistem Kelas BPJS Kesehatan YLKI Pertanyakan Alasannya, Bea Cukai Banyak Disorot Sri Mulyani Rapat Internal

3 hari lalu

Terkini: Jokowi Hapus Sistem Kelas BPJS Kesehatan YLKI Pertanyakan Alasannya, Bea Cukai Banyak Disorot Sri Mulyani Rapat Internal

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia atau YLKI mempertanyakan alasan pemerintah menerapkan sistem Kelas Rawat Inap Standar dalam layanan BPJS Kesehatan.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Jokowi Berlakukan Kelas Standar BPJS Kesehatan, Muhammadiyah Tanggapi Bagi-bagi Izin Tambang Ala Bahlil

3 hari lalu

Terpopuler: Jokowi Berlakukan Kelas Standar BPJS Kesehatan, Muhammadiyah Tanggapi Bagi-bagi Izin Tambang Ala Bahlil

Terpopuler: Jokowi memberlakukan kelas standar untuk rawat inap pasien BPJS Kesehatan, Muhammadiyah tanggapi bagi-bagi izin tambang untuk Orman.

Baca Selengkapnya

Surabaya Hospital Expo ke-18 Diharapkan Bisa Dukung Industri Alkes di Timur Indonesia

6 hari lalu

Surabaya Hospital Expo ke-18 Diharapkan Bisa Dukung Industri Alkes di Timur Indonesia

Panitia menargetkan kehadiran 3 ribu pengunjung dalam Surabaya Hospital Expo ke-18 untuk dukung layanan unggulan rumah sakit di Timur Indonesia

Baca Selengkapnya

Kasus Ayah di Bekasi Hantam Anak Kandung dengan Linggis Hingga Tewas Dihentikan

7 hari lalu

Kasus Ayah di Bekasi Hantam Anak Kandung dengan Linggis Hingga Tewas Dihentikan

Polisi menghentikan kasus hukum ayah di Bekasi berinisial N yang menghantam anak kandungnya berinisial C, 35 tahun dengan linggis hingga tewas.

Baca Selengkapnya

Pembangunan RS Muara Badak Siap Rampung Akhir Tahun

9 hari lalu

Pembangunan RS Muara Badak Siap Rampung Akhir Tahun

Progres pembangunan RS Muara Badak berjalan positif tanpa ada hambatan yang berarti.

Baca Selengkapnya

Presiden Jokowi Resmi Meluncurkan Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

10 hari lalu

Presiden Jokowi Resmi Meluncurkan Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Pendidikan Dokter Spesialis menjadi penting mengingat rasio dokter dibanding penduduk Indonesia sangat rendah, yakni 0,47 per 1.000 penduduk.

Baca Selengkapnya

Fakta Miris Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis, Menkes: Jadi Masalah Hampir 80 tahun

11 hari lalu

Fakta Miris Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis, Menkes: Jadi Masalah Hampir 80 tahun

Jokowi menyebut pemerintah baru mampu mencetak 2.700 dokter spesialis per tahun. Sementara pemerintah membutuhkan 29 ribu dokter spesialis.

Baca Selengkapnya