Cerita Pilu Nelayan Jakarta Sulit Dapatkan Air Bersih

Reporter

Arrijal Rachman

Editor

Sunu Dyantoro

Minggu, 15 Mei 2022 13:49 WIB

Warga Marunda antri air bersih karena air dari Aetra mati sejak sebulan. Istimewa

TEMPO.CO, Jakarta - Warga yang sebagian besar bekerja sebagai nelayan di pesisir Marunda Kepu, Cilincing, Jakarta Utara, DKI Jakarta masih kesulitan mengakses air bersih. Penyebabnya adalah matinya pasokan air dari perusahaan penyedia air.

Ajid yang sempat merekam kondisi warga Marunda Kepu berbondong-bondong mencari air bersih dari pihak ketiga, mengatakan, hingga kini perusahaan pemasok air belum memberikan jawaban. Akibatnya, 400 kepala keluarga dari RT 008 dan RT 009 kampung pesisir Marunda Kepu belum bisa mendapatkan air bersih hingga kini.

Krisis air bersih itu, kata dia, telah terjadi sejak 24 April 2022. "Ini terjadi sejak tanggal 24 bulan lalu, sebelum lebaran. Sebelumnya enggak pernah, ya paling mati air 2 hari, 3 hari, lalu mengalir lagi. Sekarang sampai hampir 1 bulan," ucap dia saat ditemui di kampung itu, Ahad, 15 Mei 2022.

Warga, menurut dia, juga telah menanyakan persoalan ini kepada perusahaan yang memasok, namun tidak kunjung mendapatkan jawaban yang jelas. Malah, dia berujar, perusahaan menyatakan, kalau warga selalu protes lebih baik pasokannya diputus saja. "Kan bahasa begitu salah, menurut saya, dia kan mencari keuntungan, kami kan konsumen, harusnya dihormati dong kami," ucap Ajid.

Padahal, untuk mendapatkan air bersih dari perusahaan, Ajid mengatakan, warga harus membayar Rp7.500 per kubik. Dengan kondisi ini, dia berharap, pemerintah seharusnya memberikan perhatian. Apalagi, menggali air tanah di kawasan itu sudah tidak bisa karena air pesisir kotor. "Itu air kan bukan dari pemerintah. Kami yang berjuang, air dari mana kek yang penting ada. Justru itu, pas airnya mati, enggak ada yang bertanggung jawab," ucap Ajid.

Advertising
Advertising

Untung saja, Ajid melanjutkan, selama air mati ada pihak ketiga yang menghibahkan air bersih untuk warga secara cuma-cuma. Pihak ketiga itu menurut Ajid adalah seorang haji yang selama ini memasok air bersih kepadanya untuk dijual. "Karena mati itu saya mau jualan, mau beli airnya sama dia. Saya sudah siapin penampungnya ternyata Pak Haji itu baik. Katanya, udah enggak usah bayar, kasih warga aja," kata dia.

Setiap harinya, kata dia, pengurus Rukun Tetangga (RT) memutuskan setiap keluarga mendapatkan bagian air bersih satu pikulan. Namun, kenyataannya, selama ini warga mengambil air semaunya. Ada yang mengambil 2 jerigen hingga 3 jerigen per harinya. Pasokan air bersih itu ditampung di dua toren air besar milik Ajid.

Meski begitu, hingga siang ini, dari pantuan Tempo, sudah ada dua truk tangki air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum Jakarta Pam Jaya. Warga pun terlihat senang dengan kedatangan truk tangki itu.

Baca juga: Nelayan Jakarta Merana, Sudah Sebulan Kesulitan Air Bersih

Berita terkait

Ketua DPRD DKI Jakarta Dorong Pembangunan Rusun Mix Use Development

5 hari lalu

Ketua DPRD DKI Jakarta Dorong Pembangunan Rusun Mix Use Development

Ketua DPRD DKI Prasetyo Edi Marsudi mengatakan pembangunan rumah susun dapat mengatasi daerah kumuh di Jakarta.

Baca Selengkapnya

AHY Gambarkan Nasib Jakarta setelah IKN Beroperasi

6 hari lalu

AHY Gambarkan Nasib Jakarta setelah IKN Beroperasi

Menteri Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyampaikan gambaran kondisi Jakarta setelah IKN beroperasi sebagai ibu kota negara.

Baca Selengkapnya

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

6 hari lalu

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

KJRI mengatakan, APPM mengatakan 3 kapal nelayan Natuna ditangkap karena melaut di dalam perairan Malaysia sejauh 13 batu dari batas perairan.

Baca Selengkapnya

Riwayat Jakarta dari Berstatus Ibu Kota Negara DKI Jakarta Kemudian Hanya Daerah Khusus Jakarta

6 hari lalu

Riwayat Jakarta dari Berstatus Ibu Kota Negara DKI Jakarta Kemudian Hanya Daerah Khusus Jakarta

Sejak abad ke-16, Kota Jakarta telah mengalami berbagai perubahan dan perkembangan hingga secara resmi berubah menjadi DKI Jakarta, terakhir DKJ.

Baca Selengkapnya

Ketua DPRD DKI Singgung Pemprov dalam Atasi Masalah Jakarta: Program Kurang Maksimal akan Saya Coret

7 hari lalu

Ketua DPRD DKI Singgung Pemprov dalam Atasi Masalah Jakarta: Program Kurang Maksimal akan Saya Coret

DPRD DKI menyinggung program Pemprov DKI untuk mengatasi banjir dan kemacetan, salah satunya sumur resapan.

Baca Selengkapnya

Kata Anggota DPRD soal Dinas Dukcapil DKI Jakarta akan Hapus NIK Nonaktif

8 hari lalu

Kata Anggota DPRD soal Dinas Dukcapil DKI Jakarta akan Hapus NIK Nonaktif

Dukcapil DKI Jakarta telah mengumumkan bahwa sebanyak 92.432 NIK akan dinonaktifkan karena berbagai faktor.

Baca Selengkapnya

Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

9 hari lalu

Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

Tiga kapal nelayan Indonesia asal Natuna ditangkap oleh penjaga laut otoritas Malaysia. Dituding memasuki perairan Malaysia secara ilegal.

Baca Selengkapnya

Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih

9 hari lalu

Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih

Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik yang memuat hulu-hilir pengelolaan pemanfaatan BBL.

Baca Selengkapnya

Bank DKI Setor Dividen Sebesar Rp 326,4 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

11 hari lalu

Bank DKI Setor Dividen Sebesar Rp 326,4 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI menyumbang dividen terbesar bagi Provinsi DKI Jakarta, jumlahnya mencapai Rp 326,44 miliar.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

13 hari lalu

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

Tradisi Lomban setiap bulan Syawal di jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.

Baca Selengkapnya