Politikus PDIP Kecewa dengan Perombakan Tiba-tiba Direksi dan Komisaris Ancol

Minggu, 21 Agustus 2022 11:02 WIB

Logo baru Ancol. TEMPO/Hilman

TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Komisi B Bidang Perekonomian DPRD DKI Jakarta, Gilbert Simanjuntak, kecewa dengan perombakan direksi dan komisaris PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. Sebab, anggota dewan tak pernah tau masalah yang menimpa perusahaan tempat rekreasi itu.

"Kami kecewa dengan Pemprov, karena tidak pernah menyampaikan hal ini secara terbuka kepada DPRD," kata dia dalam pesan teksnya, Sabtu malam, 20 Agustus 2022.

Sebelumnya, rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) Ancol memutuskan merombak seluruh direksi. Satu komisaris juga digantikan oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso.

Direktur Utama Ancol kini diduduki Winarto. Dia adalah Direktur Utama Pusat Pengelolaan GBK (Gelora Bung Karno) periode 2016-2021.

Gilbert menyebut legislator Kebon Sirih pernah mengkritisi Ancol ketika memohonkan kredit Rp 1,2 triliun kepada Bank DKI. Politikus PDIP ini mempertanyakan bagaimana kinerja Ancol dan dijawab baik-baik saja.

Advertising
Advertising

Dalam satu kesempatan acara televisi, Gilbert juga bertemu dengan Komisaris Ancol Geisz Chalifah. Kata Geisz kepada Gilbert, tak ada masalah apapun di korporat Ancol. "Kami melihat ketidakjujuran direksi dan komisaris," ujar dia.

Ancol terancam bangkrut

Komisaris Utama dan Independen PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. Thomas Trikasih Lembong secara blak-blakan membuka jeroan perusahaan pengelola taman rekreasi yang ia nilai sudah tidak sehat, bahkan penuh intrik politik.

Mantan menteri di Kabinet Jokowi yang kini merapat ke Anies Baswedan itu menilai direksi Ancol yang ada saat ini tidak cakap dan dipenuhi dengan intrik sesama direksi. Akibatnya, perusahaan tidak mampu berkembang dan bahkan banyak aset yang seharusnya bisa menjadi sumber pendapatan justru mangkrak.

Dalam wawancara khusus dengan Tim Tempo secara daring pada Jumat, 12 Agustus 2022, Tom Lembong demikian ia biasa disapa memaparkan sejumlah karut-marut dalam pengelolaan taman rekreasi Ancol.

  1. Manajemen Ancol diwarnai politik internal

Manajemen perusahaan diwarnai dengan politik internal dan sikap pecah belah di antara sesama manajemen. "Tidak kompak dan saling sabotase," katanya.

Thomas Lembong mengaku lelah dengan Dewan Direksi Ancol saat ini yang terlalu berpolitik untuk kepentingan pribadi ataupun kelompok. Hal itu lantas menyebabkan Ancol tidak berkembang.

"Saya sangat capai (lelah), karena banyak energi terkuras bolak-balik politik internal dan terlalu politis," katanya.

  1. Deretan proyek mangkrak di Ancol

Akibat konflik dan politik internal di dalam manajemen, berdampak pada kemampuan direksi untuk mengembangkan perusahaan dan mengelola aset. Akibatnya sejumlah rencana yang sudah dibangun, mangkrak di tengah jalan.

“Ancol tidak berkembang, banyak proyek mangkrak di Ancol,” ujar Thomas

Thomas mencontohkan proyek pembangunan hotel bintang lima di sebelah Resor Putri Duyung yang digadang-gadang bakal menjadi properti unggulan Ancol. Alih-alih menghasilkan bangunan megah, proyek yang telah menghabiskan duit senilai ratusan miliar itu hanya menyisakan fondasi.

Ia juga menyinggung pengelolaan ABC Mall atau Ancol Beach City yang berada di kawasan Pantai Karnaval Ancol. Operasional aset yang pengelolaannya dipegang oleh dua pengusaha berkongsi ini terpaksa mandek lantaran adanya konflik internal.

Dia berujar mal ini adalah proyek antara dua pengusaha yang kemudian bertengkar. Alhasil, proyek mangkrak. "Akhirnya kami yang tanggung, kan. Itu barang rongsok di lahan kami mau diapakan juga menjadi beban," ucap dia.

Pengelolaan Sea World bermasalah. Akuarium raksasa ini, kata Thomas, semestinya bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan. Namun nyatanya, perjalanan pengelolaan Sea World pun bermasalah. “Sea World kongsi dengan Lippo, sempat berjalan dengan baik tapi bermasalah sampai ke Mahkamah Agung,” tutur Thomas.

  1. Ancol masih menjalan model bisnis jadul

Model bisnis perseroan masih mengandalkan wahana bermain atau theme park yang sudah ketinggalan zaman. Dufan, satu-satunya aset theme park andalan Ancol, dianggap tidak cukup menutup beban utang perusahaan meski masih menguntungkan.

“Manjemen terlalu lama nempel ke model bisnis Ancol yang sudah ketinggalan zaman,” ujar Thomas Lembong.

Thomas mengatakan bisnis theme park tidak cocok dengan pasar wisata di abad ke-21. Bisnis ini membutuhkan investasi yang besar untuk peralatan beserta perawatannya. Sedangkan balik modalnya mesti menunggu sampai 40-50 tahun.

Ia tak menyarankan Ancol merealisasikan membangun Dufan kedua. Apalagi Dufan pada masa mendatang tak lagi mampu menyasar semua kelas wisatawan.

“Wisatawan kelas menengah atas dengan mudahnya sekarang bisa pakai budget airlines terbang ke Singapura, ke Universal Studio. Atau yang punya daya beli kuat, mereka akan langsung ke Sentosa Island,” ucap Thomas.

  1. Masuk Ancol seharusnya gratis

Thomas Lembong mengatakan semestinya masyarakat yang masuk ke kawasan wisata Ancol tak perlu membayar tiket. Penarikan tiket masuk, kata dia, seharusnya hanya berlaku untuk wahana-wahana tertentu. “Seharusnya untuk masyarakat (tiket masuk ke Ancol) itu gratis,” ujar Tom Lembong.

Thomas Lembong mengakui penarikan tiket masuk merupakan salah satu sumber pendapatan terbesar bagi perusahaan. Namun, ia melihat cara itu sudah lawas dan ketinggalan zamaan. “Kita harus bisa menciptakan mesin-mesin penghasilan lain untuk menghasilkan keuntungan usaha atau likuiditas yang cashable,” ucapnya.

  1. Ancol masih punya utang Rp 1,4 triliun

Ancol kini masih menanggung beban utang Rp 1,4 triliun. “Kegagalan manajerial ini mengakibatkan kita enggak bisa menopang utang dengan baik,” ucap Thomas Lembong.

  1. Ancol bakal rombak besar-besaran jajaran direksi

Ancol akan merombak jajaran direksinya seiring dengan digelarnya agenda Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST).

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, kata Tom lembong ingin jajaran direksi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) itu dengan orang-orang yang profesional, tak lagi sebagai jabatan politis semata. "Syukur Pak Anies maupun Jaya Group sudah sepakat untuk mengembalikan manajemen Ancol ke murni profesional," kata Thomas Lembong.

Baca juga: Sutiyoso Jadi Komisaris Ancol, Berikut Susunan Komisaris dan Direksi yang Lain

Berita terkait

Pilkada Jawa Timur, Figur Khofifah Menguat di Internal PDIP

15 jam lalu

Pilkada Jawa Timur, Figur Khofifah Menguat di Internal PDIP

PDIP masih melakukan penjaringan calon yang akan diusung dalam Pemilihan Kepada Daerah atau Pilkada Jawa Timur 2024.

Baca Selengkapnya

Kata Pakar Soal Kaitan Keputusan Ganjar Jadi Oposisi dengan Sikap PDIP

15 jam lalu

Kata Pakar Soal Kaitan Keputusan Ganjar Jadi Oposisi dengan Sikap PDIP

Pakar menilai sikap oposisi Ganjar akan bermakna bila PDIP juga mengambil jalan yang sama.

Baca Selengkapnya

Ganjar Putuskan Jadi Oposisi, Guntur Romli: Itu Suasana Kebatinan di PDIP

15 jam lalu

Ganjar Putuskan Jadi Oposisi, Guntur Romli: Itu Suasana Kebatinan di PDIP

Politikus PDIP, Guntur Romli, mengatakan pilihan Ganjar Pranowo yang mutuskan jadi oposisi pemerintahan Prabowo bukan sikap resmi partainya.

Baca Selengkapnya

Jokowi Tak Masalah Fotonya Dicopot di Kantor PDIP Daerah

16 jam lalu

Jokowi Tak Masalah Fotonya Dicopot di Kantor PDIP Daerah

Jokowi menganggap bingkai foto presiden yang tidak terpasang cuma sekadar foto.

Baca Selengkapnya

Wacana Anies dan Ahok di Pilkada DKI Jakarta 2024, Menimbang Fase hingga Tanggapan Partai

17 jam lalu

Wacana Anies dan Ahok di Pilkada DKI Jakarta 2024, Menimbang Fase hingga Tanggapan Partai

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin menilai Anies dan Ahok sulit bersanding di Pilkada DKI Jakarta 2024

Baca Selengkapnya

Penjelasan PDIP soal Foto Jokowi Tidak Terpasang di Kantor DPD Sumut

17 jam lalu

Penjelasan PDIP soal Foto Jokowi Tidak Terpasang di Kantor DPD Sumut

Politikus PDIP membantah adanya instruksi dari DPP PDIP untuk menurunkan foto Presiden Jokowi.

Baca Selengkapnya

Mungkinkah Duet Ahok-Anies Terjadi di Pilgub DKI Jakarta?

19 jam lalu

Mungkinkah Duet Ahok-Anies Terjadi di Pilgub DKI Jakarta?

Nama Ahok dan Anies disandingkan untuk maju di Pilgub DKI Jakarta. Mungkinkah duet Ahok-Anies bakal terjadi di Pilgub DKI?

Baca Selengkapnya

Gerindra hingga PDIP Rencana Deklrasi Bakal Calon Wali Kota Depok Hari Ini

20 jam lalu

Gerindra hingga PDIP Rencana Deklrasi Bakal Calon Wali Kota Depok Hari Ini

Sejumlah partai yang dimotori Gerindra dan PDIP menggagas koalisi gemuk untuk memenangkan Pilkada Depok 2024.

Baca Selengkapnya

Jokowi soal Penambahan Menteri di Kabinet Prabowo, Orang Toxic, hingga Parpol Baru

20 jam lalu

Jokowi soal Penambahan Menteri di Kabinet Prabowo, Orang Toxic, hingga Parpol Baru

Apa kata Jokowi mengenai wacana penambahan menteri di Kabinet Prabowo hingga partai baru setelah tidak dianggap PDIP.

Baca Selengkapnya

Berita Terpopuler Nasional: Sri Mulyani Masuk Bursa Cagub DKI Jakarta hingga Kemungkinan Duet Anies dan Ahok

20 jam lalu

Berita Terpopuler Nasional: Sri Mulyani Masuk Bursa Cagub DKI Jakarta hingga Kemungkinan Duet Anies dan Ahok

Berita soal Sri Mulyani masuk radar PDIP untuk menjadi calon gubernur DKI Jakarta masuk menjadi berita politik terpopuler di kanal Nasional.

Baca Selengkapnya