Onih Tentang Putrinya 26 Hari Bersama Penculik, Masih Kenakan Kaos dan Sandal Berpita yang Sama
Reporter
Ihsan Reliubun
Editor
Iqbal Muhtarom
Jumat, 6 Januari 2023 09:26 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Onih, 42 tahun, duduk di depan rumahnya. Ia memandang kosong ke depan. Mulutnya sibuk mengunyah sepotong roti. Tatapannya tampak kosong.
"Ini saya datang lihat yang kecil, terus beres-beres, nanti balik lagi," kata dia ketika ditemui Tempo di kediamannya di Jalan Gunung Sahari 7A, Kelurahan Gunung Sahari Utara, Jakarta Pusat, Kamis, 5 Januari 2023.
Di sampingnya, segelas minuman berwarna cokelat kental, satu batang rokok ia taruh di lantai. Lalu, ia mengambil korek, sekilas asap mengepul. Satu-per satu orang menengok sambil mengucapkan syukur kepada Onih, yang putrinya ditemukan setelah dibawa penculik selama 26 hari.
"Ni, anak kamu di mana?" kata seorang perempuan bertubuh tinggi, uban, sambil menenteng barang belanjaan.
"Masih di rumah sakit. Masih perawatan."
"Rumah sakit mana?"
"Polri Keramat Jati."
"Kamu enggak tungguin di sana?"
"Baru sampe! Dari kemarin enggak pulang-pulang."
***
Pertama kali bertemu MA setelah ditemukan, Onih melihat putrinya tampak lemas, pucat, dekil, dan kurus. MA pun ketakutan ketika mendengar omongan dengan suara keras. "Kita ngomong kenceng aja, nangis," kata perempuan 42 tahun itu.
Yang tidak berubah dari tubuh bocah itu adalah semenjak diboyong dari rumah dan 26 hari hidup dalam penculikan, ia masih mengenakan kaus berwarna hijau muda, sandal putih dengan pita di atasnya. Saat berjumpa di rumah sakit, MA berteriak sambil menangis. "Ibu, jangan tinggalin aku lagi, aku sayang Ibu," ucap Onih, meniru MA.
Onih cerita anak sering minta diantar pulang...
<!--more-->
Onih berkisah, selama MA di tangan Iwan, keseharian anaknya adalah keliling, memulung, diancam, dan dipukul. Ketika minta diantar pulang ke orang tuanya, Iwan justru melempar ancaman, bahkan memukul bagian paha MA.
"Dipukul pahanya dua kali," ujar Onih. "Kalau malam dia nangis, rewel minta pulang, pelakunya bilang, 'Diam jangan berisik, entar gua tabok, loh'. Ditabok juga." Sama penculiknya, MA hanya diberi makan sekali sehari. Tapi aktivitas memulung dilakukan dari sore sampai malam.
Baca juga: Polisi juga Beri Pendampingan ke Orang Tua Korban Penculikan, Alami Trauma Kehilangan Anak
Cerita MA diculik terjadi pada Rabu 7 Desember 2022. Pagi itu, Onih bergegas menuju rumah majikan tempat ia menjadi asisten rumah tangga. Ia berangkat pagi dan pulang sekitar pukul 17.30. Dengan waswas ia kembali ke rumah sekitar jam 3. Alasannya ada handuk yang mau ia jemur.
Saat itu MA tak ada di rumah. Ia bertanya ke Tunggal, suaminya. Tapi lakinya mengaku putrinya tengah dibawa Yudi, nama lain Iwan Sumarno, membeli ayam goreng. Kepada Onih, Tunggal mengaku sudah keliling mencari putrinya, tapi jejak mereka tak ada di tempat yang dia datangi.
"Udah sana cari lagi, saya mau balik kerja. Entar kalau balik baru saya cari," kata Onih, sambil beranjak menuju rumah majikannya. Rumah keluarga MA, yang menempati bangunam ruko ini, berdampingan dengan rel kereta. Ia dipisah oleh tembok setinggi 2,5 meter. Bangunan itu berada di kawasan pasar ikan hias.
Mereka menempati tiga bilik. Setiap bilik berukuran sekitar 1,5 x 2 meter. Satu bilik tempat tidur, dan lainnya dijadikan kedai kopi dan kios ikan hias. Sekitar 20 meter sebelum kediaman MA, ada dipan bambu berjejer. Ada dua bale untuk tempat duduk, dan lainnya tempat pemeliharaan ikan, tepat di bawah pohon Mahoni.
Iwan kerap duduk dan istirahat di situ. Seorang penjual burung yang bersebelahan dengan bilik Onih bercerita, ia kerap melihat MA dan adiknya menemui Iwan saat pria itu duduk di dipan itu. "Ya, tahu. Saya kan sering duduk di situ," kata pedagang burung, tetangga Onih.
Di hari MA diculik, dan pada malam hari bocah itu belum ditemukan, Onih semakin takut. Keesokan harinya ia mendatangi pos polisi untuk melaporkan itu, tapi penghuni pos kosong.
Dua hari berikutnya, Jumat, 9 Desember, Onih langsung menuju kantor Kepolisian Resor Jakarta Pusat dan melaporkan MA hilang. Pasca-pelaporan itu kabar penculikan MA menyebar. "Saya enggak tahu jelas dia tinggal di mana, punya kontrakan apa tidak, itu saya enggak tahu," tutur dia.
Onih mengenal si penculik Iwan Sumarno
<!--more-->
Onih mengaku mengenal Iwan Sumarno, tersangka penculikan anaknya. Pria itu kerap lalu lalang dengan gerobak, memulung barang bekas. Kerap mampir minum kopi di warung Onih, yang dijaga kakak MA. Pria itu dalam ingatannya, berpostur sekitar 165 sentimeter, kurus, dengan kulit sawo matang. Namun, Onih tidak pernah tahu asal-usul penculik putrinya, itu.
Karakter Iwan, Onih menjelaskan, tampak seperti pria lainnya. Saat ditanya seperti apa ia mengenal pria itu, Onih mengatakan, "Umum sih. Biasa-biasa aja, kagak ada kecurigaan apa atau gimana gitu. Bahkan, melihat tampangnya, Onih tak mencurigai siapa Iwan sebenarnya.
Hingga Senin malam, 2 Januari 2023, Onih sempat tak percaya ketika kabar MA ditemukan dan berada di Rumah Sakit Polri Kramat Jati atau RS Kramat Jati. Kabar itu datang melalui pesan WhatsApp milik seorang wartawan seusai mewawancarai Onih sekitar pukul 11 malam.
"Alhamdulillah Ibu, sujud syukur, MA sudah ditemukan," ucap jurnalis itu sambil menunjukkan isi ponselnya.
"Bohong enggak, Om. Jangan-jangan mengada-ada bikin saya berbungah. Mana saya lihat?"
"Ini lagi digendong sama Bapak Polisi."
Saat itulah perempuan ini berbenah, lalu menuju tempat MA dirawat. "Aku tidak mau tidur. Aku takut. Entar aku ditinggal Ibu lagi. Aku enggak mau jauh-jauh dari Ibu," kata MA.
Baca juga: Penculik Anak Iwan Sumarno Berbelit, Bicara Motif Tapi Klise: Rasa Sayang pada Korban