Menkes Ikut Kritik Penyiraman Jalan Pemprov DKI untuk Kurangi Polusi Udara, Begini Respons Heru Budi

Reporter

Tempo.co

Selasa, 29 Agustus 2023 14:28 WIB

Penjabat Gubernur Jakarta Heru Budi bersama Wali Kota Jakarta Barat Uus Kuswantot dalam program menanam 1050 pohon sepanjang Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat, Ahad 27 Agustus 2023. TEMPO.CO/Ohan B. Sardin

TEMPO.CO, Jakarta - Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono memperkirakan penyemprotan di sejumlah ruas jalan protokol Ibu Kota dengan mobil pemadam kebakaran secara rutin dapat mengurangi polusi udara.

"Tadi saya minta diskusi dengan Menteri LHK, katanya kalau jalan disiram itu lebih memudahkan menurunkan PM 2,5," kata Heru usai menghadiri Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-20 Rumah Susun (Rusun) Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat, Sabtu, 26 Agustus 2023 dikutip dari Antara.

Heru menyebutkan Pemprov DKI bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan masih memantau dan akan mengevaluasi penyemprotan jalan ini. "Saya tunggu hasilnya dan pendapatnya dari Bu Menteri (Siti Nurbaya), kalau itu positif kami jalankan terus. Kalau memang ada negatifnya kami hentikan," ujar Heru.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengerahkan sedikitnya 20 mobil pemadam kebakaran untuk melakukan penyemprotan di sejumlah ruas protokol Ibu Kota dalam rangka mengurangi polusi udara.

"Terkait dengan penanganan polusi, Dinas Pemadam Kebakaran mulai kemarin, sudah menurunkan 20 unit mobil pemadam kebakaran dengan personel 200 (orang) yang akan melakukan penyiraman," kata Heru saat meninjau Lintas Raya Terpadu Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi (LRT Jabodebek) di Jakarta, Jumat kemarin.

Advertising
Advertising

Penyiraman tersebut dilakukan dua kali dalam sehari, yakni pada pagi hari pukul 10.00 WIB dan siang hari pukul 14.00 WIB.

Adapun sejumlah ruas jalan yang akan dilakukan penyemprotan di Jakarta, antara lain Cawang (Jakarta Timur), Blok M (Jakarta Selatan), Patung Kuda (Jakarta Pusat) dan Slipi (Jakarta Barat).<!--more-->

Menkes: tak akan efektif

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin ikut menanggapi langkah penyiraman di jalan-jalan untuk menekan polusi udara Jakarta. Menurutnya, langkah itu tidak akan efektif sebab partikel polutan yang memiliki dampak bahaya besar berkumpul di langit, bukan di bawah.

“Ada namanya Particulate Matter 2,5 (PM2,5) ukurannya sangat kecil sekali, bisa masuk ke paru, bisa merusak organ-organ tubuh. Partikel ini banyak beredarnya di udara, di atas," kata Budi Gunadi Sadikin saat ditemui di area Car Free Day, Jakarta Pusat, Minggu pagi 27 Agustus 2023.

Jadi, seharusnya, dia menambahkan, "Kalau menyemprot air itu di atas, bukan di bawah."

Budi Gunadi juga menyampaikan bahwa penyebab adanya PM2,5 umumnya karena pembakaran bahan bakar fosil. Dia menyebut sumber-sumber di bidang transportasi, pembangkit listrik, pembakaran batu bara, dan industri besar yang banyak proses pembakaran.

Imbau masyarakat gunakan masker

Kepada masyarakat, Budi Gunadi mengimbau menggunakan masker saat udara sedang tidak bagus. “Kan sekarang sudah banyak aplikasi kualitas udara, bisa dilihat kalau udara lagi jelek, bisa pakai masker, supaya nahan masuknya PM2,5 tadi.”

Kementerian Kesehatan dalam mengatasi polusi udara Jakarta saat ini, kata Budi, adalah melakukan dua langkah. Pertama, menyediakan sarana prasarana jika ada yang sakit. Kedua, survei menggunakan alat ukur polusi udara yang nantinya akan disebar ke seribu titik di DKI Jakarta.

"Kami bekerja sama juga dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, mulai minggu depan kami sudah mulai diukur. Nanti, jika hasilnya tinggi, sampel udara kami bawa ke Laboratorium Kesehatan,” tuturnya.

Pengukuran tersebut dilakukan agar bisa mengetahui penyebab pasti dari polusi udara di setiap daerah di Jakarta. “Biar tidak debat lagi soal sumber emisinya," katanya.

Sebelumnya Akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB) Puji Lestari juga meyatakan tidak setuju dengan cara Pemprov DKI Jakarta yang menyemprot air menggunakan water cannon untuk mengurangi polusi udara Jakarta.

Sebab, penyiraman air ke jalanan Jakarta ini dinilai hanya akan mereduksi polusi dalam beberapa menit. "Saya kira solusi ini tidak akan efektif, hanya short term," kata dia.

Puji menyampaikan polusi udara adalah sesuatu yang tanpa batas atau no boundaries. Sementara volume air pada water cannon terbatas. Karena itulah, penyemprotan menggunakan water cannon hanya akan mengurangi polusi untuk beberapa menit.<!--more-->

Heru Budi: kalau tidak boleh, saya berhentikan

Menanggapi kritik tersebut, Heru Budi Hartono akan mengevaluasi kegiatan penyiraman jalan Ibu Kota bertujuan mengurangi polusi udara. Dirinya siap menghentikan kegiatan tersebut jika memang terbukti tidak efektif.

“Kalau memang tidak boleh, saya berhentikan,” kata Heru Budi usai membuka Diskusi Quick Response Penanganan Kualitas Udara di DKI Jakarta pada Senin, 28 Agustus 2023 di Hotel Shangri La, Jakarta Pusat.

Heru menjelaskan metode penyemprotan jalan tersebut diserap Pemprov DKI Jakarta lantaran sukses dilakukan Cina.

“Dikritik kan karena ada PM 10 terpecah jadi PM2.5, saya tahu itu. Tapi di salah satu kota di Cina melakukan itu dan memang beda situasi, mungkin ya, tapi mereka melakukan itu,” ujarnya.

DLH DKI: daya jangkaunya juga sangat terbatas

Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Asep Kuswanto merespons, pihaknya akan mengevaluasi lagi penyemprotan menggunakan water cannon. "Karena memang betul sekali, daya jangkaunya juga sangat-sangat terbatas," jelasnya.

Anak buah Penjabat (Pj) Gubernur DKI Heru Budi Hartono ini juga tertarik dengan konservasi air dan merasa perlu mencobanya. Menurut Asep, Pemprov DKI harus mengantisipasi krisis air yang adalah dampak dari perubahan iklim.

AHMAD FAIZ IBNU SANI | MUTIA YUANTISYA | ADVIST KHOIRUNIKMAH

Pilihan Editor: Alasan Penyemprotan Air untuk Kurangi Polusi Udara Jakarta Tak Solutif Menurut Akademisi dan Studi

Berita terkait

Pemprov DKI Jakarta Gencarkan Edukasi Polusi Udara

4 hari lalu

Pemprov DKI Jakarta Gencarkan Edukasi Polusi Udara

Dinas Kesehatan dan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta melakukan kampanye edukasi dengan tema 'Udara Bersih Untuk Jakarta', di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Pandawa Tanah Tinggi.

Baca Selengkapnya

Tidak Sehat, Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kedua di Dunia pada Minggu Pagi

6 hari lalu

Tidak Sehat, Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kedua di Dunia pada Minggu Pagi

Jakarta hanya satu level di bawah Delhi (India).

Baca Selengkapnya

Polda Metro Jaya: Berantas Parkir Liar tidak Sulit

9 hari lalu

Polda Metro Jaya: Berantas Parkir Liar tidak Sulit

Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Latif Usman mengklaim tidak sulit memberantas parkir liar

Baca Selengkapnya

Menteri Budi Gunadi Cari Model Penyaluran Anggaran Cegah Stunting

10 hari lalu

Menteri Budi Gunadi Cari Model Penyaluran Anggaran Cegah Stunting

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin masih mencari model penyaluran dana pencegahan stunting.

Baca Selengkapnya

Jokowi Resmikan PPDS: Pendidikan Dokter Spesialis Gratis, Dapat Gaji Lagi

11 hari lalu

Jokowi Resmikan PPDS: Pendidikan Dokter Spesialis Gratis, Dapat Gaji Lagi

Kementerian Kesehatan membuka Program Pendidikan Dokter Spesialis atau PPDS berbasis rumah sakit pendidikan gratis.

Baca Selengkapnya

Fakta Miris Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis, Menkes: Jadi Masalah Hampir 80 tahun

12 hari lalu

Fakta Miris Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis, Menkes: Jadi Masalah Hampir 80 tahun

Jokowi menyebut pemerintah baru mampu mencetak 2.700 dokter spesialis per tahun. Sementara pemerintah membutuhkan 29 ribu dokter spesialis.

Baca Selengkapnya

Jokowi Luncurkan 6 Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

12 hari lalu

Jokowi Luncurkan 6 Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Presiden Jokowi menyoroti pentingnya infrastruktur kesehatan negara dalam jangka panjang.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

13 hari lalu

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

Berita tentang kenaikan UKT di ITB masih mengisi Top 3 Tekno Berita Terkini.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

14 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

15 hari lalu

Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin buka suara soal efek samping langka dari vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya