Diminta Alih Usaha Ternak, Pengusaha Arang di Lubang Buaya Memilih Pindah

Reporter

Magang KJI

Kamis, 31 Agustus 2023 23:24 WIB

Legawa, Salah satu pelaku usaha pembakaran arang di Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur, Kamis 31 Agustus 2023. Dia harus pindah setelah diminta tutup permanen karena terbukti sebabkan polusi udara. TEMPO.CO/Ohan

TEMPO.CO, Jakarta - Sebagian pembuat arang dari batok kelapa di Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur, mengaku terpaksa merelakan usahanya tutup permanen demi pemulihan Jakarta dari polusi udara yang memburuk belakangan ini. Mereka sebelumnya telah seminggu dipaksa berhenti sementara per Rabu, 23 Agustus 2023, oleh tim gabungan dari Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Satpol PP DKI, dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Salah satu pelaku usaha pembuatan arang itu adalah Legowo, 56 tahun. Seperti yang terlihat pada Kamis, 31 Agustus 2023, dia mengangkuti seluruh bahan baku batok kelapa yang belum dibakar. Dia menyatakan kekecewaannya karena tidak diizinkan melanjutkan kembali usahanya setelah seminggu dibekukan kegiatannya.

“Saya kecewa, saya kecewa, ngapain saya didata tapi yang dipanggil dan diajak bicara pemilik tanah, katanya kami yang buat polusi," katanya. Dia menambahkan, "Maka itu hari ini juga mau pindah ga tahu ke mana, angkat semua barang saya.”

Legowo menyatakan sudah memohon izin kepada camat setempat untuk diajak bicara. Ini setelah camat dan lurah setempat mendatangi lokasi usahanya itu pada Rabu, dan mengultimatum untuk tutup permanen, tidak boleh ada aktivitas pembakaran, per hari ini.

“Saya mohon izin bicara bagaimana solusinya, ya, camat mengarahkan untuk beralih usaha lain seperti dagang atau ternak nanti difasilitasi,” ujarnya. Pembongkaran dan penutupan paksa membayanginya jika tak menurut.

Advertising
Advertising

Lokasi pembakaran untuk produksi arang di Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur, Kamis 31 Agustus 2023. Pelaku usaha itu diminta tutup permanen karena terbukti menyumbang polusi udara. TEMPO.CO/Ohan

Ditemui di kantornya, Lurah Lubang Buaya, Dede Saefullah, membenarkan perintah tutup permanen usaha pembakaran untuk pembuatan arang itu. “Benar harus ditutup langsung dari Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan," katanya.

Dede juga menjelaskan tidak ada penggantian atau kompensasi berupa uang kerahiman untuk para pelaku usaha arang itu. Hanya ada penyediaan fasilitas kendaraan jika mau pindahan atau yang mau beralih usaha akan ada pelatihan dan pemempatan tempat usaha."

Dede menuturkan, tim dari Penegakan Hukum KLHK mendatanginya pada Rabu pekan lalu dengan hasil pengukuran kualitas udara tidak sehat di kawasan Monumen Nasional Lubang Buaya. Kemudian, setelah dicari penyebabnya, ada kegiatan pembakaran dekat monumen, sekitar 500 meter dari alat ukur udara. “Kami semua ke lokasi dan benar ada kegiatan pembakaran batok kelapa untuk dibuat arang itu."

OHAN B. SARDIN

Pilihan Editor: Bertambah Lagi, Perusahaan Stockpile Batu Bara yang Disanksi DKI

Berita terkait

Tidak Sehat, Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kedua di Dunia pada Minggu Pagi

7 jam lalu

Tidak Sehat, Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kedua di Dunia pada Minggu Pagi

Jakarta hanya satu level di bawah Delhi (India).

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

7 hari lalu

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

Berita tentang kenaikan UKT di ITB masih mengisi Top 3 Tekno Berita Terkini.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

8 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

9 hari lalu

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

Topik tentang mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut tranparansi biaya pendidikan menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

10 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

10 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

11 hari lalu

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?

Baca Selengkapnya

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

15 hari lalu

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

Pada Sabtu pagi pukul 07.02 WIB Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 122 atau masuk dalam kategori tidak sehat.

Baca Selengkapnya

DLH Sumbawa Tambah Sarpras Penanganan Sampah

15 hari lalu

DLH Sumbawa Tambah Sarpras Penanganan Sampah

Pemerintah Kabupaten Sumbawa melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH), terus melakukan upaya dalam penanganan sampah.

Baca Selengkapnya

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

20 hari lalu

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

Temuan lainnya adalah keturunan hibrida dari serangga yang salah pilih pasangan karena polusi udara itu kerap kali steril.

Baca Selengkapnya