Perlawanan Terakhir Warga Kampung Susun Bayam: Suatu Saat Kami Akan Kembali ke Sini

Kamis, 23 Mei 2024 06:47 WIB

Ekspresi warga usai adanya pengusiran secara paksa di Rusun Kampung Bayam, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa, 21 Mei 2024. Direktur Eksekutif Indonesia Resilience Hari Akbar mengatakan bahwa pagi tadi telah terjadi pengusiran secara paksa bahkan menggunakan kekerasan fisik oleh Satpol PP dan Pemerintah Provinsi DKI. Warga Kampung Bayam pun bernegoisasi dengan pihak PT Jakpro, hingga pihak Kepolisian. TEMPO/ Febri Angga Palguna

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang bocah menenteng tiga bola plastik. Anak laki-laki berusia sekitar lima tahun ini masih lalu lalang di gang bangunan Kampung Susun Bayam. Tak ada lampu di area ini. Hanya sepintas cahaya memantul dari bangunan Jakarta International Stadium atau JIS di Kelurahan Papanggo, Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Di bagian lantai satu bangunan itu orang-orang dewasa sibuk menarik barang turun dari lantai dua. Mereka terpaksa angkat kaki dari Kampung Susun Bayam. Termasuk keluarga Elgio, bocah yang duduk di bangku sekolah taman kanak-kanak itu. "Saya, bapak, mama, mau pindah ke huntara (hunian sementara)," kata bocah berambut keriting itu kepada Tempo, Selasa malam, 21 Mei 2024.

Dua belas jam sebelumnya, Selasa pagi sekitar 08.30 WIB, datang sekelompok orang kiriman PT Jakarta Propertindo. Mereka adalah anggota sekuriti bersama seorang pria menenteng toa. "Mereka berteriak minta warga pindah dari Kampung Susun Bayam," kata Neneng Kurniawati, di bangunan yang ditempati eks warga Kampung Bayam itu, Selasa, 21 Mei 2024.

Para petugas ini muncul saat suasana di Kampung Susun Bayam masih hening. Ada yang masih tertidur lelap di bilik mereka di lantai dua. Sementara Neneng tengah menggoreng pisang di wajan. "Saya goreng pisang buat sarapan," tutur dia. Namun suara itu menghentikan tangan Neneng. Ramai-ramai warga turun. Menyusul datangnya suara di halaman bangunan itu.

Menurut Neneng orang yang datang dan mendesak mereka untuk sekitar meninggalkan Kampung Susun Bayam berjumlah sekitar 300 orang. Ada yang berjaga di sisi pagar JIS, ada yang masuk memadati halaman bangunan rumah susun ini. Yang lain menerobos masuk ke dalam bangunan.

Advertising
Advertising

Warga tak menyerah. Mereka memagari pintu utama bangunan ini. Di situ, adu fisik bermula. Petugas keamanan itu berusaha mendorong warga. Tapi warga bertahan. Menampik dorongan petugas. Laki maupun perempuan memasangkan badan mereka di lorong selebar 1,5 meter itu.

Tak hanya anggota satuan pengamanan, polisi juga turut beradu fisik di sana. Saat polisi dan sekuriti mundur, Neneng sadar, ibunya tak ada di bangun ini, yang sebelumnya ikut melawan dorongan petugas. Saat itu Neneng panik. "Pada saat itu ibu saya diculik enggak ada yang tahu," ujar dia, menceritakan suasana sekuriti dan polisi merangsek masuk meminta warga minggat.

Saat keriuhan itu kendor, Neneng mendengar orang lain bertanya. "Ada yang tanya ibu saya, 'Mak Nen mana? Mak Nen mana?' Ternyata ada yang lihat dari atas, Mak Nen dibawa, digotong. Di bawa ke mobil bus. Kayak orang di panti jompo," tutur perempuan 45 tahun itu.

Saat itu Neneng berontak. Dia serta warga lainnya menyeruduk dua bus yang sudah parkir di halaman JIS. Di dalam sebuah bis, tampak Nuriyati, 69 tahun. "Kami gedor-gedor, minta pintu dibuka, dikeluarin. Alhamdulillah dikeluarin," ucap perempuan kelahiran Jakarta, 23 Maret 1980 itu.

Menurut Neneng, saat mereka tengah menghadang polisi dan sekuriti, dan menarik mundur setelah orang kiriman Jakpro itu lengah, ibunya memang tak terlihat lagi di tengah keriuhan. Padahal ibunya, Nuriyati, telah diangkut anggota polisi wanita. "Ternyata ditarik sama seorang Polwan," kata dia, dengan suara meninggi, heran. "Kami juga kecolongan, enggak melihat ibu saya dibawa, padahal lewat sini."

Nuriyati adalah ibu dari Muhammad Furqon. Pria 48 tahun yang gigih mempertahankan Kampung Susun Bayam menjadi tempat tinggal warga setelah rumah mereka di Kampung Bayam digusur untuk mendirikan stadion sepak bola. Belakangan Jakpro, yang menjadi perusahaan pengembang stadion ini, meminta warga supaya meninggalkan kampung susun yang dibangun di era Gubernur DKI Anies Baswedan itu.

Saat Furqon dan warga mempertahankan bangunan tiga lantai itu menjadi tempat tinggal, dia justru diteror. Bahkan diancam dibunuh. Puncaknya dia ditangkap pada 2 April 2024. Ketika sejumlah anggota Kepolisian Resor Jakarta Utara menciduknya di bilik hunian sementara di Jalan Tongkol 10, Pergudangan Kerapu 10, Ancol, Pademangan, Jakarta Utara.

Rusuh di Kampung Susun Bayam membuat penjagaan makin ketat. Belasan anggota satpam ditempatkan di depan jalan masuk, sekitar 300 meter dari rumah susun. Akses masuk jurnalis dan fotografer dihalang. Negosiasi antara wartawan dan petugas alot. Mereka kukuh menolak juru warta meliput rusuh di area itu.

"Atasan kami di Jakpro bilang jangan ada yang masuk dulu," tutur seorang petugas kepada wartawan. Saat itu suasana sempat memanas. Beberapa wartawan yang datang belakangan menceritakan mereka dicegat.

Tempo memasuki area Kampung Susun Bayam setelah adu mulut yang alot. Wartawan lain baru masuk saat Sudir, seorang warga Kampung Susun Bayam, menerobos belasan sekuriti. "Biarkan mereka masuk," Sudir berteriak sembari tarik-menarik dengan pasukan keamanan kiriman Jakpro itu.

Sekitar 25 meter dari bangunan rumah susun itu, tampak anggota TNI, polisi, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), satpam, dan petugas kelurahan tengah memadati halaman rumah susun. Ada yang bertengger di halaman JIS. Di sebuah pintu menuju halaman rumah susun, seorang satpam menghadang. Dia menarik pintu yang terhubung dengan pagar JIS, dibentengi petugas lain, menghadang wartawan masuk.

Riuh di lorong pintu masuk mulai redam. Laki-laki, perempuan, orang dewasa, dan anak-anak tampak kelelahan. Mereka duduk melantai di atas karpet biru. Ada yang bersandar kepala dinding, ada yang duduk memandang lepas keluar JIS. Di sisi lain masih ada warga yang terus-menerus berdialog dengan perwakilan Jakpro.

Kepala Kepolisian Sektor Tanjung Priok Komisaris Polisi Nazirwan menolak berkomentar perihal massa yang didatangkan ke Kampung Susun Bayam. Dia juga tak menjawab saat ditanya perihal jaminan keamanan untuk warga. "Kami di sini mendampingi saja," tutur dia saat ditemui di lantai satu rumah susun itu.

Seorang anggota Polres Jakarta Utara dengan pangkat dua bunga melati terpacak di kerah baju tak mau menjelaskan perihal rusuh di Kampung Susun Bayam. Termasuk negosiasi yang akan ditempuh pihak Jakpro dan warga. Saat ditanya soal situasi keamanan, anggota polisi dengan nama Akbar terpasang di dada, menghindar. Dia meminta pertanyaan itu dijawab Nazirwan. "Jangan saya, biar Pak Kapolsek saja," ucap dia.

Seorang pria yang mengaku kuasa hukum dari internal Jakpro, BUMD DKI Jakarta yang ditunjuk mengelola Kampung Susun Bayam di kawasan JIS, menyebut namanya Agus, menolak berkomentar. Dia tak menjawab perihal desakan Jakpro meminta warga angkat kaki dari rumah susun. "Nanti nanti pihak perusahaan saja," tutur dia.

Namun Agus mewakili Jakpro menandatangani lima poin kesepakatan bersama warga. Kesepakatan ini muncul setelah dialog dengan warga yang disaksikan anggota polisi. Salah satu syarat kesepakatan mereka, warga tinggalkan kampung susun. Tapi Furqon, Ketua Kelompok Petani Kampung Bayam Madani, itu harus dibebaskan dari penjara di Polres Jakarta Utara.

Syahdan, warga Kampung Susun Bayam akhirnya tersingkir lagi. Di dalam kampung susun, anak-anak, lansia, laki-laki, dan perempuan terus mengumandangkan salawat. Siang yang sumuk berganti. Malam pelan-pelan turun. Dan gelap membungkus kampung susun.

Di sebuah tangga berbaris petugas keamanan. Mereka berbondong-bondong menarik kasur, lemari plastik, tas pakaian, kompor, tabung gas, alat masak, turun ke lantai satu. Lalu yang lain mengangkutnya ke atas dua truk yang parkir di pintu depan rumah susun. Warga yang lain telah menunggu di dekat bis. Mereka akan diangkut dan dibawa ke hunian sementara. Hunian sementara merupakan barisan bangunan yang biliknya terbuat dari bambu.

Sementara di halaman JIS, ada beberapa bis parkir. Separuh warga terlihat duduk dalam mobil panjang itu dengan wajah murung. Mereka akan digeser ke hunian sementara. "Kami disuruh naik bis ramai-ramai pulang ke huntara. Kami tetap berjuang, suatu saat kami kembali ke sini lagi," kata Lastri, 53 tahun.

Di bawah cahaya remang memantul dari bangunan lapangan bola kaki itu, Elgio masih sibuk menyepak bola dengan temannya. Dia berhenti dan memandang ke sudut kanan bagian belakang rumah susun. Di situ ada satu lapangan futsal dengan rumput plastik berwarna hijau. "Saya biasa main bola di situ," ucap Elgio pelan dengan telunjuk menunjuk ke sudut belakang rumah susun.

Pilihan Editor: Rusuh Pengosongan Paksa Kampung Susun Bayam, Jakpro dan Warga Bikin 5 Kesepakatan

Berita terkait

Alasan Pakar Bilang Ridwan Kamil Tidak Punya Kompetitor di Pilgub Jabar

11 jam lalu

Alasan Pakar Bilang Ridwan Kamil Tidak Punya Kompetitor di Pilgub Jabar

Warga Jakarta menganggap Ridwan Kamil dan Anies Baswedan sebagai tokoh politik yang berhasil memimpin daerah masing-masing.

Baca Selengkapnya

PKS Sebut Anies Baswedan dan Sohibul Iman adalah Sosok Pemimpin yang Baik untuk Jakarta 2024

12 jam lalu

PKS Sebut Anies Baswedan dan Sohibul Iman adalah Sosok Pemimpin yang Baik untuk Jakarta 2024

Syaikhu juga menambahkan Anies Baswedan dan Mohamad Sohibul Iman memenuhi aspek lain yang pantas untuk didukung pada kontestasi Pilkada Jakarta nanti.

Baca Selengkapnya

Ridwan Kamil Berpeluang Maju di Pilgub Jakarta, Surya Paloh: Bagus untuk Imbangi Anies Baswedan

12 jam lalu

Ridwan Kamil Berpeluang Maju di Pilgub Jakarta, Surya Paloh: Bagus untuk Imbangi Anies Baswedan

Nasdem masih menunggu beberapa waktu untuk mendeklarasikan dukungan kepada Anies Baswedan.

Baca Selengkapnya

Puan Maharani Sebut PDIP Berpotensi Usung Kadernya Sendiri di Pilkada Jakarta

13 jam lalu

Puan Maharani Sebut PDIP Berpotensi Usung Kadernya Sendiri di Pilkada Jakarta

Ketua DPP PDIP Puan Maharani mengatakan sejumlah kader partai banteng punya kemampuan menonjol untuk bersaing di Pilkada Jakarta.

Baca Selengkapnya

Sohibul Iman PKS: Mendampingi Anies Baswedan hingga Rekam Jejak Dia

14 jam lalu

Sohibul Iman PKS: Mendampingi Anies Baswedan hingga Rekam Jejak Dia

PKS mengusung Anies Baswedan dan Mohamad Sohibul Iman menjadi pasangan calon gubernur dan wakil gubernur dalam Pilkada Jakarta 2024

Baca Selengkapnya

Respons PKB usai PKS Deklarasikan Anies Baswedan - Sohibul Iman di Pilkada Jakarta

14 jam lalu

Respons PKB usai PKS Deklarasikan Anies Baswedan - Sohibul Iman di Pilkada Jakarta

PKB menilai langkah PKS yang mengumumkan Anies Baswedan - Sohibul Iman di Pilkada Jakarta itu bagian dari seni politik, yaitu menciptakan kemungkinan.

Baca Selengkapnya

PKS Resmi Usung Anies Baswedan - Sohibul Iman di Pilkada Jakarta 2024

16 jam lalu

PKS Resmi Usung Anies Baswedan - Sohibul Iman di Pilkada Jakarta 2024

Presiden PKS Ahmad Syaikhu mengumumkan partainya mengusung pasangan Anies Baswedan - Sohibul Iman sebagai calon gubernur dan wakil gubernur DKI.

Baca Selengkapnya

Dikaitkan dengan Anies, PKS Akhirnya Mengusung Sohibul Iman Maju di Pilkada Jakarta 2024

18 jam lalu

Dikaitkan dengan Anies, PKS Akhirnya Mengusung Sohibul Iman Maju di Pilkada Jakarta 2024

Sikap PKS sudah jelas lebih memilih Sohibul Iman di Pilkada Jakarta 2024.

Baca Selengkapnya

Said Abdullah Klaim PKB Condong Usung Anies Baswedan di Pilgub Jakarta

1 hari lalu

Said Abdullah Klaim PKB Condong Usung Anies Baswedan di Pilgub Jakarta

PDIP dan PKB telah melakukan pertemuan untuk membahas potensi kerja sama Pilkada 2024. Nama Anies Baswedan mencuat untuk diusung.

Baca Selengkapnya

Disiapkan untuk Pilgub Jakarta, NasDem Tak Persoalkan Kekalahan Anies di Pilpres

1 hari lalu

Disiapkan untuk Pilgub Jakarta, NasDem Tak Persoalkan Kekalahan Anies di Pilpres

Survei sejumlah lembaga menunjukan, elektabilitas Anies untuk pilgub Jakarta menduduki posisi pertama.

Baca Selengkapnya