Jaksa Agung Muda Pidana Khusus (Jampidsus) Kejaksaan Agung Febrie Adriansyah memberikan keterangan saat konferensi pers penyampaian hasil Perhitungan Kerugian Negara dalam perkara kasus PT Timah, di Kejaksaan Agung RI, Jakarta, Rabu, 29 Mei 2024. Kejagung RI mengumumkan kerugian negara dalam kasus korupsi tata niaga komoditas timah di wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Timah Tbk tahun 2015-2022 mencapai 300 trilliun. TEMPO/ Febri Angga Palguna
TEMPO.CO, Jakarta - Teka-teki seputar penguntitan Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejaksaan Agung Febrie Adriansyah perlahan mulai terbuka. Kelompok yang memata-matai Febrie diduga berasal dari personel Detasemen Khusus Antiteror Kepolisian RI (Densus 88) Satuan Wilayah Jawa Tengah.
Kelompok ini dipimpin oleh satu perwira polisi lulusan Akademi Kepolisian Tahun 1999 berpangkat Komisaris Besar. Ia dibantu dua teman satu angkatan yang bertugas di Markas Besar Polri. Ketiganya tercatat sebagai mantan penggawa Satgas Merah Putih.
Satgas ini dibentuk Jenderal Tito Karnavian saat menjadi Kapolri pada 2016. Mantan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri Ferdy Sambo memimpin Satgas ini sejak 2020, dibubarkan oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo pada 11 Agustus 2022.
Ketika kasus pembunuhan Brigadir Yosua Hutabarat terbongkar pada Juli 2022, puluhan personel dari Jawa Tengah meninggalkan markas mereka untuk menuju Jakarta. Di Cipete, mereka menyewa sebuah rumah yang diduga menjadi markas komando. Jaraknya kurang 2 km dari restoran tempat penguntitan Jampidsus.
Siapa sebenarnya kelompok ini? Siapa yang memimpinnya? Apa kaitannya dengan Satgas Merah Putih yang pernah dipimpin Ferdy Sambo? Bagaimana penjelasan polisi mengenai keterlibatan mereka?
Advertising
Advertising
Informasi selengkapnya dapat dibaca dalam laporan utama Majalah Tempo edisi 3-9 Juni 2024 berjudul "Detasemen Tak Bertuan dari Cipete"
Cerita Eks Amir Jamaah Islamiyah Para Wijayanto soal Evaluasi dan Alasan Pembubaran JI
19 jam lalu
Cerita Eks Amir Jamaah Islamiyah Para Wijayanto soal Evaluasi dan Alasan Pembubaran JI
Amir atau pimpinan tertinggi terakhir Jamaah Islamiyah atau JI, Para Wijayanto menceritakan proses evaluasi hingga alasan deklarasi pembubaran organisasi.