KPAI Pertanyakan Penyebab Jatuhnya Afif Maulana, Minta Hasil Autopsi Pertama

Minggu, 6 Oktober 2024 19:20 WIB

Komisioner KPAI, Diyah Puspitarini mendesak pengusutan kasus tewasnya MHS (15 tahun) dan anak (12 tahun) serta cucu (2 tahun) wartawan Tribrata TV, di Kantor KPAI, Jakarta Pusat, Senin, 19 Agustus 2024. TEMPO/Intan Setiawanty

TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) masih mempertanyakan penyebab pasti jatuhnya Afif Maulana, bocah berusia 13 tahun asal Padang yang tewas diduga akibat penyiksaan oleh polisi.

Komisioner KPAI, Diyah Puspitarini, menyatakan, pihaknya bersama Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), Komisi Untuk Orang Hilang untuk Korban Tindak Kekerasan (Kontras), dan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), belum mendapatkan kejelasan apakah Afif jatuh dengan sendirinya atau didorong.

“Kami mendapatkan penjelasan, namun yang menjadi pertanyaan apakah AM ini jatuh sendiri atau dijatuhkan,” kata Diyah Puspitarini kepada Tempo saat dihubungi Ahad, 6 Oktober 2024. Dalam pertemuan yang berlangsung pada Kamis, 3 Oktober 2024 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo itu, dokter Ade Firmansyah selaku ketua tim ekhumasi Afif dari Persatuan Dokter Forensik Medikolegal Indonesia (PDFMI), memaparkan hasil ekshumasi terhadap jenazah AM.

Meski autopsi menunjukkan tanda-tanda kekerasan di beberapa bagian tubuh, seperti tulang tengkorak yang patah dan tulang kemaluan yang retak, tim forensik belum bisa memastikan apakah korban mengalami kekerasan sebelum jatuh. “Sampai titik ini kami semua masih mempertanyakan, termasuk dokter Ade," ujar Diyah.

“Tulang tengkorak patah dan lepas, serta adanya patahan di tulang kemaluan, mengindikasikan adanya kekerasan, tapi apakah dia melompat atau didorong, tim forensik tidak bisa membuktikan itu,” kata dokter Ade dalam pemaparannya.

Advertising
Advertising

Dalam proses ekshumasi, ditemukan bahwa jenazah AM telah mengalami pembusukan dan beberapa bagian tubuh tidak lengkap, seperti jaringan kulit yang tidak bisa dianalisis. Maka dari itu, lanjut Diyah, KPAI meminta agar hasil autopsi pertama digunakan sebagai acuan. Sebab, proses ekhsumasi dan autopsi ulang dilakukan dua bulan setelah jenazah dikebumikan. Hal ini menyebabkan adanya keterbatasan dalam ekshumasi, “Kami tetap meminta hasil autopsi pertama karena diekshumasi banyak yang tidak lengkap."

Dokter Ade juga menjelaskan bahwa luka-luka yang ditemukan di tubuh AM lebih sesuai dengan luka yang terjadi akibat jatuh dari ketinggian. Analisis menunjukkan bahwa AM kemungkinan jatuh dari ketinggian 14 meter, dengan energi tumbukan yang jauh melampaui batas toleransi tubuh manusia.

Hingga kini, KPAI bersama lembaga terkait masih terus mendalami kasus ini. Mereka berharap agar penyelidikan lebih lanjut dapat memberikan kejelasan atas kematian Afif Maulana yang masih menyisakan banyak pertanyaan.

Pilihan Editor: Kasus Afif Maulana, Komnas HAM Minta Informasi ke Polda Sumbar soal Hasil Ekshumasi

Berita terkait

SMP Negeri 8 Depok Sangkal Bullying Siswa Berkebutuhan Khusus, KPAI: Masalah Serius

1 hari lalu

SMP Negeri 8 Depok Sangkal Bullying Siswa Berkebutuhan Khusus, KPAI: Masalah Serius

KPAI menyebut SMP 8 Depok terindikasi mengabaikan laporan orang tua korban bullying.

Baca Selengkapnya

KPAI Kritik Istri Pimpinan Ponpes di Aceh yang Siram Santri Pakai Air Cabai sebagai Hukuman

1 hari lalu

KPAI Kritik Istri Pimpinan Ponpes di Aceh yang Siram Santri Pakai Air Cabai sebagai Hukuman

KPAI mengkritik keras tindakan istri pimpinan salah satu pesantren di Aceh Barat, NN (40), yang menyiram seorang santri karena dianggap salah.

Baca Selengkapnya

KontraS Catat Ada 64 Kasus Kekerasan TNI terhadap Warga Sipil dalam Setahun Terakhir

1 hari lalu

KontraS Catat Ada 64 Kasus Kekerasan TNI terhadap Warga Sipil dalam Setahun Terakhir

KontraS: sebanyak 64 peristiwa tersebut menyebabkan 75 orang luka-luka dan 18 orang tewas.

Baca Selengkapnya

Sejumlah Catatan KontraS pada HUT TNI 2024: Reformasi TNI Tak Berjalan, Soroti Bisnis Militer

1 hari lalu

Sejumlah Catatan KontraS pada HUT TNI 2024: Reformasi TNI Tak Berjalan, Soroti Bisnis Militer

KontraS merilis Catatan HUT TNI 2024, mengungkap 64 peristiwa kekerasan oleh TNI terhadap warga sipil dalam setahun terakhir.

Baca Selengkapnya

Kontras Minta DPR 2024-2029 Tolak Pembahasan 4 RUU

2 hari lalu

Kontras Minta DPR 2024-2029 Tolak Pembahasan 4 RUU

Kontras meminta anggota DPR periode 2024-2029 menolak pembahasan empat RUU karena disusun terburu-buru dan jauh dari kepentingan publik.

Baca Selengkapnya

Propam Polda Sumbar Gelar Sidang Etik 17 Polisi Diduga Langgar SOP Saat Amankan Remaja Tawuran

2 hari lalu

Propam Polda Sumbar Gelar Sidang Etik 17 Polisi Diduga Langgar SOP Saat Amankan Remaja Tawuran

Propam Polda Sumbar menggelar sidang etik terhadap 17 polisi anggota Direktorat Samapta yang mengamankan para remaja tawuran.

Baca Selengkapnya

Kasus Afif Maulana, Komnas HAM Minta Informasi ke Polda Sumbar soal Hasil Ekshumasi

6 hari lalu

Kasus Afif Maulana, Komnas HAM Minta Informasi ke Polda Sumbar soal Hasil Ekshumasi

Komnas HAM akan meminta informasi kepada Polda Sumbar dan mempelajari hasil ekshumasi jasad Afif Maulana.

Baca Selengkapnya

KPAI Akui Marak Kasus Bullying di Sekolah Elite, Pengaduan Mulai Bermunculan

7 hari lalu

KPAI Akui Marak Kasus Bullying di Sekolah Elite, Pengaduan Mulai Bermunculan

KPAI menilai regulasi pencegahan bullying di satuan pendidikan, termasuk di sekolah-sekolah elite, belum optimal

Baca Selengkapnya

Tim Advokat Anti-Penyiksaan Minta Transparansi Laporan Hasil Ekshumasi Afif Maulana

8 hari lalu

Tim Advokat Anti-Penyiksaan Minta Transparansi Laporan Hasil Ekshumasi Afif Maulana

Laporan resmi hasil ekshumasi dan autopsi ulang Afif Maulana belum juga diberikan kepada orang tua Afif dan tim kuasa hukum.

Baca Selengkapnya

LPSK akan Buka Kantor di Jawa Timur, Ini Alasannya

8 hari lalu

LPSK akan Buka Kantor di Jawa Timur, Ini Alasannya

Saat ini LPSK memiliki tiga kantor perwakilan di seluruh Indonesia.

Baca Selengkapnya