Profil Da'i Bachtiar, Ayah Nina Agustina Cabup Indramayu yang Viral di Media Sosial
Reporter
Raden Putri Alpadillah Ginanjar
Editor
Linda novi trianita
Senin, 4 November 2024 11:11 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Nama Da’i Bachtiar menjadi sorotan di media sosial Indonesia usai disebut oleh Calon Bupati Indramayu, Nina Agustina. Berdasarkan video yang beredar di media sosial, Nina mengaku sebagai anak dari Mantan Kepala Kepolisian Republik Indonesia atau Kapolri itu.
Pengakuan Nina itu dilakukan setelah dia merasa dihadang oleh pendukung Calon Bupati Indramayu lain, Lucky Hakim. “Kamu KTPnya mana? Saya anaknya Da’i Bachtiar,” ucap Nina dikutip dari video yang diunggah akun X @satr***, Senin, 4 November 2024.
Dalam video itu, Nina tampak meradang dengan warga karena merasa dihalangi ketika melintas di kawasan Sukra, Indramayu. Hal itu membuat Nina dan pendukungnya tersulut emosi. Dia juga mengatakan akan mengadukan penghalangan itu ke Kapolres Indramayu.
"Kalau Anda merasa susah sama saya sebagai bupati, saya yang tanggung jawab. Anda warga saya ya, saya akan telepon kapolres saya dicegat sama orangnya Lucky Hakim," ujar Nina. Dia pun lantas menelepon Kapolres Indramayu dan melaporkan kejadian yang dialaminya.
Lantas, siapa sebenarnya Da’i Bachtiar yang disebut Nina sebagai ayahnya? Berikut rangkuman informasi selengkapnya.
Profil Da’i Bachtiar
Da’i Bachtiar adalah mantan Kapolri ke-17 yang menduduki jabatan itu pada 29 November 2001 hingga 7 Juli 2005. Pria kelahiran 25 Januari 1950 di Indramayu, Jawa Barat tersebut naik sebagai Kepala Kepolisian Republik Indonesia menggantikan Chaerudin yang telah selesai dari tugasnya.
Polisi berpangkat terakhir Jenderal ini pernah dipercaya sebagai Duta Besar Indonesia untuk Malaysia ke-15 dari tahun 2008 hingga 2012, di era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY. Adapun saat ini Da’i Bachtiar merupakan Komisaris Independen di Bank Mayapada, sebuah bank swasta milik perusahaan konglomerat Mayapada Group.
Melansir dari laman Bank Mayapada, Da’i Bachtiar merupakan alumni dari Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) pada tahun 1972. Dia lalu melanjutkan pendidikannya di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) pada 1980 dan Sekolah Staf dan Pimpinan Lemdiklat Polri (Sespimpol) tahun 1987. Terakhir, dia lulus dari Sekolah Staf dan Komando Tentara Nasional Indonesia (Sesko ABRI) pada tahun 1996.
Da’i Bachtiar meniti kariernya di dunia kepolisian sebagai Instruktur Dinas Polres Grobogan Polda Jawa Tengah pada 1973. Sepuluh tahun bertugas di Jawa Tengah, Da’i lalu ditugaskan sebagai Pasdep/ Instruktur Akabri Kepolisian pada 1983 dan Danyontar Akpol pada 1985.
Setelah itu, karier Da’i Bachtiar terus meningkat dengan menjabat sebagai Kapolres Blora (1987), Kapolres Boyolali (1989), dan Kapolres Klaten Polda Jawa Tengah pada 1990. Dia juga pernah menjadi Sesditserse Polda Jawa Timur (1992), Kapoltabes Ujungpandang (1992), kaditserse Polda Nusa Tenggara (1995) dan Wakil Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Utara (1996).
Pria yang kini berusia 74 tahun itu tercatat pernah menjadi Tenaga Ahli Sahli Kapolri Bidang Sospol pada 1997. Dia juga menjadi Kadispen Polri pada 1998 sebelum ditunjuk sebagai Dankorserse Polri pada tahun yang sama.
Da’i Bachtiar juga pernah menduduki posisi sebagai Kapolda Jawa Timur sekaligus Gubernur Akpol pada tahun 2000. Dia lalu menjabat sebagai Kepala Pelaksana Harian Badan Koordinasi Penanggulangan Narkoba atau Kalakhar BKNN pada 2001 silam. Setelah bertugas di lembaga penanggulangan narkoba, Da’i Bachtiar ditunjuk sebagai Kapolri pada 2001 dan purna tugas pada 2005.
Saat menjadi Kapolri, Da’i Bachtiar membentuk Detasemen Khusus 88 Anti Teror Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Densus 88 Antiteror Polri sebagai tanggapan atas banyaknya aksi teror bom di Indonesia. Dia membentuk departemen itu berdasarkan Surat Keputusan Kapolri No. 30/VI/2003 tentang Pembentukan Densus 88.
Dikutip dari laman 70 Years Indonesia Australia, Jendral Da’i Bachtiar juga merupakan Presiden Indonesian Crime Prevention Foundation pada saat terjadinya pengeboman Bom Bali pada 2002. Pada 2003, dia diangkat menjadi Honorary Officer of the Order Australia atas perannya membentuk satuan tugas investigasi bersama setelah pengeboman terjadi.
Da’i memperoleh gelar Profesor dari Edith Cowan University, Perth, Australia. Dia juga pernah mendapatkan sejumlah penghargaan, seperti gelar “Tan Sri” dari Malaysia dan Australian Order (AO) dari Australia, serta Bintang Mahaputera Adipradana dari Pemerintah Indonesia.
Saat menjadi duta besar, Da’i Bachtiar adalah Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Kerajaan Malaysia pada 2008-2011. Dia juga merupakan Ketua Presidium Lembaga Cegah Kejahatan Indonesia (LCKI) sejak 2005 hingga sekarang. Saat ini Da’i Bachtiar menjabat sebagai Komisaris Independen Bank Mayapada berdasarkan Akta RUPS No. 216 tanggal 28 Juni 2024.
Da'i Bachtiar diketahui memiliki tiga anak dari pernikahannya bersama Ida Yulianti. Salah satu anaknya adalah Nina Agustina yang kini mencalonkan diri sebagai Calon Bupati Indramanyu untuk periode keduanya.
X | BANK MAYAPADA | HENDRIK KHOIRUL MUHID | MUHAMMAD SYAIFULLOH berkontribusi dalam penulisan artikel ini.