TEMPO Interaktif, Jakarta - Ruangan itu begitu gelap. Satu-satunya sumber cahaya di ruangan tersebut berasal dari gambar bergerak yang dipantulkan proyektor. Di pintu masuk, terpasang selembar kain lusuh berwarna biru tua yang berfungsi sebagai daun pintu.
Setelah menyibak kain itu, terbentang empat undakan tangga. Orang harus meraba undakan atau berpegangan pada dinding untuk menaikinya karena ruangan sangat gelap.
Itulah kondisi di dalam Teater 2 Bioskop Mulia Agung yang berada di lantai dua gedung tua di pojok Jalan Kramat Bunder dan Jalan Senen Raya, Jakarta Pusat. Di lantai satu gedung renta itu, ada satu bioskop tua lagi, yakni Bioskop Grand.
Hampir di setiap sudut ruangan gedung tua itu terbentang sarang laba-laba. Tak ada loket yang dilengkapi komputer. Salah satu loket di pojok ruangan itu disesaki peralatan dapur, seperti panci, kompor, dan termos. Penjaga loket dengan santai melayani pembeli ditemani semangkuk mi instan.
Seekor tikus mondar-mandir di pojok ruang tunggu. "Pernah ada kejadian, makanan milik penonton tiba-tiba hilang, ternyata diambil tikus," kata penjaga pintu teater, Supardi, pertengahan Mei lalu.
Kedua bioskop yang berdiri pada 1920 tersebut kini harus terseok lantaran bersaing dengan bioskop baru yang lebih mentereng. Nasib kedua bioskop itu dan tiga bioskop sejenis di Jakarta terancam gulung tikar seiring dengan menjamurnya bioskop berskala besar.
Menurut Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Bioskop DKI Jakarta, Tien Ali, pertumbuhan cakram padat dan biaya perawatan yang mahal juga menjadi faktor hancurnya bioskop tua. "Tinggal menunggu waktu untuk tutup," kata Tien saat dihubungi kemarin.
Pendapatan kotor pengusaha bioskop tua, kata dia, cuma belasan juta rupiah per bulan. Sementara total biaya listrik dan gaji karyawannya mencapai Rp 40 juta.
Sejumlah pengusaha bioskop pun menyerah. Tien mengatakan Bioskop Grand akan berubah menjadi Seven Eleven. "Saya beberapa waktu lalu berbincang dengan pemilik Bioskop Grand," kata Tien, yang prihatin terhadap kondisi ini. Bioskop yang dikelolanya, Prima, di Slipi, Jakarta Barat, telah tutup tahun lalu.
Tiga bioskop lain yang masih bertahan, menurut Tien, adalah Bioskop Kramat di Jalan Kramat 1 Jakarta Pusat, Bioskop Tugu di Jalan Raya Tugu, Tanjung Priok, dan Bioskop Cahaya Baru, Kebayoran Lama.
Data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta menyebutkan bahwa saat ini jaringan bioskop 21 tersebar di 42 lokasi. Adapun Blitzmegaplex hadir di empat lokasi. Bioskop yang tidak masuk jaringan keduanya berada di empat lokasi.
Mulia Agung dan Grand dikelola dua perusahaan berbeda. PT Keramat memiliki dua teater, yakni Grand 1 dan Grand 2 di lantai satu. Sedangkan teater Mulia Agung 1-3 dikelola PT Mulia Agung.
Pengelola Mulia Agung, Husein, mengatakan para pemilik berniat menutup bioskop tua itu. Namun, mereka belum memiliki modal cukup untuk merombak bioskop menjadi suatu industri dagang lainnya. "Apalagi ada ikatan emosional dengan para pegawai yang telah berpuluh tahun bekerja di bioskop ini," ujarnya.
Selama ini PT Mulia Agung dan PT Keramat dimiliki beberapa orang yang masih satu keluarga. Bioskop tersebut juga bukan usaha prioritas mereka. Oleh karena itu, para pemilik bioskop ini tidak berniat mengembangkan atau memajukan bioskop. "Mereka hanya minta saya bertahan," ujar Husein.
PT Mulia Agung juga sempat menopang dua bioskop lainnya yang telah tutup, yakni Viva dan Wira, di Tebet, Jakarta Selatan. Mulia Agung dan Grand berdiri di tanah dan gedung milik sendiri sehingga masih bisa bertahan.
Untuk kapasitas penonton, satu teater bioskop Grand bisa menampung 100 orang, sedangkan Mulia Agung 200 orang. Sebelum memasuki tahun 2000, satu kali pemutaran film di kedua bioskop itu bisa memikat 60 penonton. Namun kini jumlah pengunjung hanya 20-30 orang. Harga tiket di Grand Rp 6.000, sedangkan Mulia Agung Rp 5.000.
Pengelola Grand, Rudi Karnadi, mengatakan hasil penjualan tiket digunakan untuk menutupi biaya operasional bioskop, pajak, dan gaji delapan karyawan. "Uang dari penjualan tiket memang tidak cukup untuk biaya bulanan bioskop ini. Pemilik yang menanggung sisa biayanya," ucap dia.
CORNILA DESYANA | FRANSISCO ROSARIANS | HERU TRIYONO | MARTHA WARTA
Berita terkait
Respons PHRI Yogyakarta Soal Wacana Pelarangan Study Tour
46 menit lalu
Study tour dinilai menunjuang program pemerintah terutama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Baca SelengkapnyaVoA 7 Hari Tak Kunjung Ditetapkan Kemenkeu, Target Kunjungan Wisman ke Kepri akan Diturunkan
2 hari lalu
Visa on Arrival 7 hari ini sangat penting untuk mengejar target kunjungan turis ke Kepri
Baca SelengkapnyaASITA Gelar Munas di Batam, Diharapkan Berikan Inovasi Baru Pariwisata
2 hari lalu
Munas ASITA yang ke-13 ini dapat melahirkan terobosan-terobosan baru dalam memajukan industri pariwisata di Indonesia
Baca SelengkapnyaRiset: Sektor Pariwisata Global Berkembang Pesat Meski Nilai Tukar Uang Fluktuatif
3 hari lalu
Mastercard Economics Institute mendalami sejumlah industri pariwisata di 74 negara.
Baca SelengkapnyaBanjir Sumbar Berdampak ke Pariwisata, Sandiaga Uno: Keselamatan yang Paling Utama
6 hari lalu
Sandiaga Uno menyebut banjir Sumbar turut berdampak ke sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Baca SelengkapnyaMasa Jabatan Hampir Berakhir, Apa Rencana Sandiaga Uno Selanjutnya?
6 hari lalu
Masa jabatan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno tersisa lima bulan lagi. Ini rencana dia.
Baca SelengkapnyaJepang Perkenalkan Pemesanan Online untuk Mendaki Gunung Fuji
6 hari lalu
Sistem pemesanan online untuk jalur paling populer Gunung Fuji diumumkan pada Senin 13 Mei 2024 oleh otoritas Jepang
Baca SelengkapnyaPertama Digelar, Natuna Geopark Marathon 2024 Diikuti 840 Peserta dari Dalam dan Luar Negeri
6 hari lalu
Natuna yang masuk dalam daftar Geopark Nasional akan memfokuskan diri dalam kegiatan-kegiatan sport tourism.
Baca SelengkapnyaBupati Natuna Akui Harga Tiket ke Natuna Mahal, Promosi Pariwisata Harus Digencarkan
6 hari lalu
Event olahraga lari yang diadakan pertama kali di Natuna, Natuna Geopark Marathon 2024, akan membantu meningkatkan pariwisata.
Baca SelengkapnyaDongkrak Ekonomi dan Pariwisata, SPMT Layani Kapal Pesiar Sandar di Pelabuhannya
7 hari lalu
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) membeberkan bagaimana ramainya kapal pesiar yang bersandar di pelabuhan yang dikelolanya belakangan ini.
Baca Selengkapnya