Keroncong Kembali Menggema di Kampung Tugu

Reporter

Editor

Minggu, 12 Juni 2011 17:27 WIB

Gereja Tugu di Kampung Tugu, Cilincing, Jakarta Utara. TEMPO/Zulkarnain

TEMPO Interaktif, Jakarta - Musik keroncong terdengar sayup-sayup di antara deru truk peti kemas yang lalu-lalang di sekitar Kampung Tugu, Kelurahan Semper, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Ahad, 12 Juni 2011, kampung ini sedang menggelar hajatan Festival Kampung Tugu dan kelompok musik Krontjong Toegoe didapuk sebagai pengisi acara.

Namun, keroncong yang dimainkan kelompok itu sedikit berbeda dengan keroncong yang biasa kita dengar. Iramanya lebih cepat, tak ada nuansa mendayu dan tak ada cengkok dalam suara vokalisnya.

Dengan irama berayun cepat tanpa cengkok, Krontjong Toegoe dapat dengan mudah berkolaborasi dengan jenis musik lain. Saat Tempo tiba di lokasi, keroncong jadi terdengar seperti hip hop karena menjadi pengiring lagu Jali-jali yang dinyanyikan secara a capella oleh group vokal Jamaica Cafe.

Menurut pemimpin kelompok Krontjong Toegoe, Andre Juan Michiels, sempat manggug di Belanda dan sempat ditawari tampil meramaikan North Sea Jazz Festival, saat ini kelompok ini harus berjuang untuk tetap eksis. “Sebulan paling ada tawaran manggung tiga sampai empat kali,” ujarnya saat ditemui di lokasi festival.

Pria kurus, tinggi berhidung mancung ini kemudian menjelaskan asal-muasal musik yang dibawakan oleh grupnya yang terdiri dari tujuh orang itu. Keroncong, menurut Andre, merupakan musik asli Portugis yang dulunya dikenal dengan sebutan fado. Tempo cepat yang diadopsinya merupakan akulturasi dengan budaya Afrika. “Dulu, fado banyak dimainkan oleh budak Afrika yang masuk ke Portugis,” kata dia.


Fado yang berbaur dengan budaya Moor dari Afrika kemudian menjadi musik yang dikenal dengan nama Moresco. Di masa berikutnya, dalam penjelajahan Portugis untuk menemukan “Dunia Baru”, mereka juga memperkenalkan Moresco di beberapa wilayah jajahannya, termasuk di Nusantara. Di Indonesia disebut keroncong karena bunyinya yang semarak, croong… croong… croong.

Musik keroncong memang tak dapat dipisahkan dari sejarah Kampung Tugu. Di kampung inilah, menurut Andre, keroncong berkembang pertama kali di Indonesia, dibawa langsung oleh nenek moyangnya, orang-orang Portugis. “Saya sendiri keturunan kesepuluh keluarga Michiels,” kata Andre tersenyum.

Menurut Andre, nama kampung Tugu berasal dari kata por tugu esa (Portugis). Sejarah kampung ini bermula pada awal abad ke-16 oleh sekitar 23 keluarga, termasuk keluarga Michiels yang dibawa Belanda tidak lama setelah mereka menguasai wilayah Malaka. Mereka memperoleh tanah di sekitar daerah Koja dari VOC dengan syarat pindah agama dari Katolik ke Potestan. “Gereja Tugu yang dibangun pada 1744 ini merupakan saksi sejarah kami,” kata Andre dengan bahasa Indonesia yang fasih.

Saat ini, wilayah Kampung Tugu tak lebih dari 1,4 hektare area berpagar di sekeliling Gereja Tugu. Di sebelah geraja ada pemakaman kecil namun padat. Beberapa bangunan lain difungsikan sebagai aula atau tempat pertemuan bagi warga. Kawasan ini kemudian ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya di masa pemerintahan Gubernur Ali Sadikin. “Festival Kampung Tugu lumayan menghidupkan wilayah ini,” kata Andre.

Tahun ini adalah gelaran ketiga Festival Kampung Tugu. Dibuka langsung oleh Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, festival ini memamerkan berbagai foto, lukisan, hingga miniatur kapal yang mewarnai rekam jejak Portugis (kini Portugal) di Kampung Tugu. “Dengan nuansa Portugis yang cukup kental, Kampung Tugu adalah bagian dari kekayaan budaya di Jakarta,” kata Fauzi Bowo dalam sambutannya.

Kampung Tugu rupanya juga menjadi perekat hubungan persahabatan antara Indonesia dan Portugal. Pagi tadi, Duta Besar Portugal untuk Indonesia, Carlos Frota, melaksanakan ibadah di Gereja Tugu sebagai rangkaian acara Festival Kampung Tugu.

Selain musik keroncong, Komunitas Kampung Tugu mewariskan sejumlah kebudayaan seperti bahasa tutur yang kini telah diadopsi sebagai bahasa Indonesia seperti bangku, bantal, bendera, biola, meja, serdadu, boneka, algojo, pita, cerutu, gereja, jendela, mentega, dan sepatu.

PINGIT ARIA


Berita terkait

Agenda Wisata dan Budaya Sepanjang Oktober 2024

21 hari lalu

Agenda Wisata dan Budaya Sepanjang Oktober 2024

Dari perayaan tari kolosal hingga festival adat yang sarat makna spiritual, berbagai acara menarik siap menyambut wisatawan Oktober 2024.

Baca Selengkapnya

Puncak Festival Erau Adat Kutai 2024 Ditutup dengan Tradisi Belimbur

23 hari lalu

Puncak Festival Erau Adat Kutai 2024 Ditutup dengan Tradisi Belimbur

Festival Erau Adat Kutai 2024 yang menampilkan ragam seni dan budaya Kutai sudah dimulai sejak Sabtu, 21 September 2024.

Baca Selengkapnya

10 Karya Seni akan Dipertontonkan di Festival Budaya Panji 22-24 Oktober 2024

42 hari lalu

10 Karya Seni akan Dipertontonkan di Festival Budaya Panji 22-24 Oktober 2024

Selain penampilan seni, Festival Budaya Panji 2024 juga akan menyelenggarakan pameran seni budaya Panji serta diskusi tematik setiap harinya.

Baca Selengkapnya

Ribuan Peserta Padati Gemilang Budaya Khatulistiwa 2024

53 hari lalu

Ribuan Peserta Padati Gemilang Budaya Khatulistiwa 2024

Gemilang Budaya Khatulistiwa 2024 menampilkan berbagai busana dan tarian adat yang mencerminkan kekayaan budaya Kalimantan Barat, serta pertunjukan drum band.

Baca Selengkapnya

Tim Muhibah Angklung Jadi Pembuka Acara Festival Budaya Terbesar di Portugal

15 Juli 2024

Tim Muhibah Angklung Jadi Pembuka Acara Festival Budaya Terbesar di Portugal

Penampilan Tim Muhibah Angklung dari Indonesia dinilai spektakuler oleh tuan rumah dan banyak mendapatkan standing applause dari penonton.

Baca Selengkapnya

8 Festival Wisata Menarik di Bulan Juli hingga Oktober 2024

10 Juli 2024

8 Festival Wisata Menarik di Bulan Juli hingga Oktober 2024

Sejumlah festival budaya bisa jadi pilihan agenda wisata bersama keluarga.

Baca Selengkapnya

Batu Culture Festival 2024 Perkenalkan Budaya ke Anak Muda

30 Juni 2024

Batu Culture Festival 2024 Perkenalkan Budaya ke Anak Muda

Batu Culture Festival 2024 diisi dengan berbagai rangkaian itu, juga merupakan langkah untuk mempromosikan potensi wisata.

Baca Selengkapnya

Pj Wali Kota Probolinggo Buka Semipro: Tingkatkan Perekonomian

29 Juni 2024

Pj Wali Kota Probolinggo Buka Semipro: Tingkatkan Perekonomian

Acara ini berlangsung selama sembilan hari sampai 6 Juli 2024. Dimeriahkan berbagai pertunjukan seni budaya.

Baca Selengkapnya

Rayakan 70 Tahun Hubungan Diplomatik, KBRI Wina Gelar Festival Budaya Indonesia di Austria

4 Juni 2024

Rayakan 70 Tahun Hubungan Diplomatik, KBRI Wina Gelar Festival Budaya Indonesia di Austria

KBRI Wina menggelar festival budaya jalanan di pusat ibu kota Austria untuk merayakan 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Austria.

Baca Selengkapnya

Gubernur Sumbar Apresiasi Festival Rakyat Muaro Padang

23 April 2024

Gubernur Sumbar Apresiasi Festival Rakyat Muaro Padang

Festival yang menggelar beragam atraksi budaya diyakini mampu menghasilkan dampak positif untuk perekonomian.

Baca Selengkapnya