TEMPO.CO, Depok - Seorang warga ditemani puluhan relawan Dewan Kesehatan Rakyat Kota Depok mendatangi kantor Dinas Kesehatan pemerintah kota setempat, Kamis 16 Februari 2012. Mereka menuntut dikeluarkannya selembar surat jaminan kesehatan daerah.
“Ibu saya sakit dan telantar karena tidak ditangani rumah sakit. Saya sudah berusaha sebagai anak, tapi tidak bisa, tolong ibu saya," kata Joga Pamayanti, 25 tahun, warga Rangkapan Jaya Baru, Pancoran Mas, Depok.
Joga mengisahkan, ibunya, Laurentia Endang Istanti, 52 tahun, sedang kritis karena kanker mulut rahim stadium III. Laurentia sementara ini ditampung di rumah singgah di sekitar Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat, karena tidak memiliki biaya melanjutkan perawatan di rumah sakit itu per Selasa lalu.
"Haruskah mama saya dibawa pulang dan menunggu mati," ucap Joga sambil menangis kepada petugas Dinkes.
Menurut Joga, pihak rumah sakit meminta surat jaminan kesehatan masyarakat. Surat itu tak kunjung diberikan Puskesmas Rangkapan Jaya Baru dengan alasan tidak mendapat persetujuan dari Dinas Kesehatan Kota Depok.
Menurut Joga, penolakan permohonan karena keluarganya tinggal di rumah yang bagus. Padahal, kata dia, rumah yang ada sudah dijual untuk biaya pengobatan dan sudah habis. Adapun rumah yang sekarang ditinggali yang ada di Kompleks Puri Mas Depok adalah rumah kontrakan.
Ketua Dewan Kesehatan Rakyat, Roy Pengharapan, mengatakan kedatangan mereka untuk menuntut Dinas Kesehatan memberikan kejelasan secara tertulis secepatnya. "Ini terkait dengan nyawa orang. Kalau mau dibantu silakan secara tertulis. Jika tidak juga harus tertulis alasannya," katanya.
Menurut Roy, pihaknya meminta surat resmi dari Dinas Kesehatan jika tidak mampu memberikan bantuan. "Kami capek menunggu, sedangkan yang sakit semakin kritis. Untuk makan pun sulit," katanya.
Menanggapi tuntutan tersebut, Kepala UPT Jaminan Kesehatan Daerah, Dinas Kesehatan Depok, Enny, mengatakan sudah melakukan verifikasi terkait dengan pengajuan itu. Namun dari sembilan syarat dan kriteria yang diminta, pihak keluarga hanya mampu memenuhi lima syarat. "Kami juga telah membicarakannya kepada Joga," katanya.
Verifikasi yang telah dilakukan di antaranya menemukan nilai kontrak rumah yang sebesar Rp 10 juta per tahun. Itu menyimpulkan keluarga Laurentia tidak tergolong miskin.
ILHAM TIRTA
Berita terkait
Guru Besar FKUI Sebut Cuaca Panas Juga Berdampak pada Layanan Kesehatan
13 jam lalu
Bukan hanya masyarakat biasa, cuaca panas juga berpotensi menghambat tenaga medis memberikan layanan kesehatan pada masyarakat.
Baca Selengkapnya3 Alasan Banyak Pasien Berobat ke Luar Negeri
6 hari lalu
Ini strategi Bethsaida Hospital untuk menarik pasien berobat di dalam negeri
Baca SelengkapnyaUpaya Kemenkes Atasi Banyaknya Warga Indonesia yang Pilih Berobat ke Luar Negeri
8 hari lalu
Ada sejumlah persoalan yang membuat banyak warga Indonesia lebih memilih berobat ke luar negeri.
Baca Selengkapnya1 Juta Warga Indonesia Berobat ke Luar Negeri, Kemenkes: Layanan Kesehatan Belum Merata
8 hari lalu
Jokowi sebelumnya kembali menyinggung banyaknya masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri dalam rapat kerja Kemenkes.
Baca SelengkapnyaBeri Layanan Kebidanan pada Pemudik, Ikatan Bidan Buka Posko Kesehatan
25 hari lalu
Posko OPOR Bu Bidan didirikan untuk mendekatkan layanan kebidanan kepada pemudik, khususnya akses bagi perempuan, ibu hamil dan menyusui
Baca SelengkapnyaEmpat Dokter dari Barat Jadi Saksi Kekejian Israel di Gaza
46 hari lalu
Empat dokter dari AS, Prancis dan Inggris memberi kesaksian di PBB tentang sistem layanan kesehatan di Gaza yang runtuh dan kekejian Israel.
Baca SelengkapnyaHari Perempuan Internasional, Pentingnya Peran Wanita Bangun Sistem Kesehatan Indonesia
58 hari lalu
Perempuan memainkan peran penting dalam bidang kesehatan. Ada berbagai peranan perempuan dalam meningkatkan derajat kesehatan keluarga
Baca SelengkapnyaDikecam Masyarakat, Ini Alasan Para Dokter Korea Selatan Tetap Mogok
1 Maret 2024
Dokter-dokter di Korea Selatan masih melanjutkan aksi mogok, meski masyarakat mengecam dan pemerintah mengancam.
Baca SelengkapnyaGaji Dokter di Korea Selatan Tergolong Tertinggi, Mengapa Masih Mogok?
29 Februari 2024
Ribuan dokter magang di Korea Selatan menolak untuk kembali bekerja meski diancam penangguhan izin medis.
Baca SelengkapnyaHampir 8.000 Dokter Magang di Korea Selatan Mogok Kerja, Mengapa?
21 Februari 2024
Di Korea Selatan, dokter umum ternyata diupah rendah, sementara dokter bedah plastik dan dokter kulit dalam praktik swasta dibayar paling tinggi.
Baca Selengkapnya