TEMPO.CO, Jakarta - Tim dokter Rumah Sakit Bayangkara Said Sukanto (RS Polri Kramatjati) memastikan Novi Amilia mengalami gangguan jiwa. Kepastian itu diperoleh setelah tim memeriksa Novi selama tiga hari.
"Gangguan kejiwaan ada dua sebab, karena dipicu zat adiktif atau memang bawaan psikis," kata Kepala Bagian Kejiwaan RS Polri Henny Riana, Selasa, 16 Oktober 2012.
Novi ditahan polisi setelah mobil yang dikemudikannya menabrak tujuh orang di Taman Sari, Jakarta Barat, Kamis lalu. Saat itu Novi hanya mengenakan pakaian dalam. Awalnya polisi menduga Novi mengendarai mobil dalam keadaan mabuk. Apalagi berdasarkan hasil memeriksaan laboratorium, urinenya mengandung alkohol dan ekstasi. Selang sehari kemudian, polisi membawa Novi ke RS Polri untuk menjalani tes kejiwaan.
Menurut Henny, gejala kejiwaan yang terjadi pada Novi bukan akibat zat adiktif. "Dia memiliki rekam medis tentang gangguan kejiwaan," katanya. Gangguan itu ditandai dengan munculnya halusinasi dan perasaan tertekan atau depresi. "Termasuk bisikan-bisikan yang meminta Novi untuk membuka baju di dalam mobil sebelum terjadi kecelakaan."
Henny mengatakan, saat Novi tiba di rumah sakit Jumat pekan lalu, gadis itu diperiksa secara medis aramese, yaitu membandingkan keterangan pasien dengan keterangan penyidik. Kemudian, esoknya, ia menjalani visum et repertum psychiatricum atau tes kejiwaan berdasarkan hasil pindai. Tes ini bertjuan melihat kemungkinan adanya luka di kepala.
Saat ini kondisi fisik dan psikologis Novi jauh lebih baik dibandingkan dengan kondisi pertama kali dia dibawa ke rumah sakit. "Hanya saja, ada kemungkinan kejiwaannya akan labil lagi," ujar Henny.
Hasil tes ini nantinya bisa digunakan polisi untuk menyelidiki kasus kecelakaan di Taman Sari tersebut. Pada dasarnya, ada 10 jenis gejala kejiwaan dan tidak semuanya bisa diproses hukum, karena ada yang masuk kategori harus direhabilitasi.
