TEMPO Interaktif, Jakarta: Sekitar 500 rakyat miskin kota yang tergabung dalam Urban Poor Consortium (UPC), Serikat Becak Jakarta, jaringan rakyat miskin kota Jakarta, mendatangi gedung DPRD meminta penonaktifan Sutiyoso."Kami meminta agar Sutiyoso dinonaktifkan karena telah terlibat dalam pelanggaran HAM seperti kasus 27 Juli dan berbagai penggusuran rakyat," kata Koordinator Lapangan Aksi UPC Rasdullah, di depan Gedung DPRD, Senin (12/7). Rasdillah, tukang becak yang pernah mencalonkan diri menjadi gubernur ini mengatakan, ide dasar dari rakyat miskin ini untuk menuntut mundur Sutiyoso adalah saat menonton debat Presiden Megawati. "Saat itu Bu Mega mengatakan jika Abdullah Puteh terlibat korupsi maka akan dinonaktifkan, maka kami juga meminta Sutiyoso juga dinonaktifkan karena melakukan penggusuran dan pelanggaran HAM, berupa kasus 27 Juli," ucap Rasdillah. Tidak berbeda dengan Abdullah Puteh, Sutiyoso juga seharusnya dinonaktifkan dengan segera. Sutiyoso telah melakukan dosa-dosa besar, seperti terhadap sekitar 40 kampung miskin yang menjadi korban gusuran. Maka, kami meminta pada DPRD untuk memberhentikan gubernur berdasarkan UU nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah. Menurut Rasdullah, aksi ini akan terus digalang sampai Sutiyoso benar-benar nonaktif. Sebelumnya, aksi juga telah dilakukan didepan Istana Presiden dan direncanakan dua minggu kemudian juga meminta pada Menteri Dalam Negeri Hari Sabarno untuk menonaktifkan Sutiyoso. "Dua minggu ke depan kami akan berdemo ke Departemen Dalam Negeri," katanya. Dalam aksi demonstrasi ini, mereka juga membawa kuda lumping dan penari topeng. Berbagai spanduk yang meminta penonaktifan Sutiyosopun digelar, termasuk dua spanduk besar berukuran 2X10 meter bertuliskan 'Pecat Sutiyoso'. Saat berita ini turun, dua anggota DPRD sedang menemui rakyat miskin kota untuk melakukan dialog didepan pintu masuk gedung DPRD. Sebelumnya, telah diminta 15 orang perwakilan warga untuk menemui angota DPRD namun mereka menolak dan meminta anggota DPRD yang menemui mereka. Muhamad Fasabeni - Tempo News Room