Petugas mengoperasikan alat pengeruk dasar sungai di Sungai Ciliwung, kawasan Sawah Besar, Jakarta Pusat, Kamis (3/1). ANTARA/Andika Wahyu
TEMPO.CO , Jakarta - Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, mengatakan banjir besar yang merendam Jakarta pada pekan lalu tak terelakkan. Soalnya bantaran kali di Jakarta sudah dipenuhi permukiman warga. Hal itu membuat daya tampung sungai semakin kecil dan mempersulit jalannya proyek normalisasi kali.
Jalan keluarnya, pemerintah perlu lebih serius menggarap masalah pengairan. "Sekarang anggaran PU untuk jalan dan air itu berbeda jauh, jadi memang anggaran yang ada tidak cukup untuk melakukan perawatan sungai," kata Yayat ketika dihubungi Tempo, Kamis, 24 januari 2013.
Dia menyebutkan bahwa banjir sudah menjadi masalah yang tak terelakkan di Jakarta. "Banjir itu sulit hilang dari Jakarta, hanya bisa mengurangi daerah rawan banjir," kata dia. Itupun tak bisa dilakukan hanya dengan membangun atau memperlebar saluran air.
Solusi yang bisa dilakukan adalah membuat lebih banyak sumur serapan air agar air tak hanya mengalir ke sungai. Ruang terbuka hijau juga harus ditambah. "Intinya perlu ada pemetaan ulang kawasan Jakarta dan dikembalikan sesuai fungsinya."
Sungai-sungai yang ada di Jakarta pun harus dikeruk agar dapat menampung air sesuai kapasitasnya. Soalnya saat ini banyak sungai yang sudah menyempit dan semakin dangkal karena adanya permukiman di tepi sungai. Keberadaan permukiman itu pula yang membuat penanganan banjir semakin sulit.
Tambah Pompa Air Jadi Solusi Paling Cepat Banjir Jakarta
57 hari lalu
Tambah Pompa Air Jadi Solusi Paling Cepat Banjir Jakarta
Wakil Ketua Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA), Azas Tigor Nainggolan menyampaikan, banyaknya titik genangan air di Jakarta terjadi karena kondisi daratan yang berada dibawah permukaan air laut.