Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) seusai meninjau lokasi tes uji kompetensi lurah dan camat DKI di SMA 1, Jakarta Pusat (27/4). TEMPO/Dhemas Reviyanto
"Soal ujiannya bisa diacak-acak dan bervariasi," kata Basuki saat mengunjungi peserta seleksi lurah di SMA 1 Budi Utomo, Jakarta Pusat, Sabtu, 27 April 2013. Kendati demikian, Wakil Gubernur yang akrab disapa Ahok ini menegaskan, pihaknya tidak hanya mencari lurah atau camat yang pintar, tapi juga bisa melayani masyarakat.
Oleh sebab itu, proses seleksi tidak semata-mata mengutamakan ujian kompetensi, namun dibarengi dengan psikotes dan wawancara. "Kami juga cari lurah yang punya hati," ucap Ahok.
Lebih lanjut menanggapi mekanisme seleksi, Ahok merasa senang dengan sistem lelang. Menurut dia, seleksi lelang sebenarnya bukan hal baru. Sebab, saat menjabat sebagai anggota DPR RI di Komisi Pemerintahan, sistem tersebut sudah disiapkan. Namun, pada waktu itu, pelaksanaan lelang belum bisa dilakukan karena terkendala moratorium. "Saya senang bisa diterapkan di Jakarta sekarang," kata dia.
Adapun Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) DKI Jakarta I Made Karmayoga menuturkan, dengan adanya mekanisme lelang, para peserta dituntut untuk melek teknologi, khususnya keterampilan mengoperasikan komputer. (Baca: Gagal Ujian Lurah karena Jarang Internet-an). Hal seperti itu sudah merupakan tuntutan pada era saat ini.
Sebagai antisipasi, BKD telah mengkondisikan para peserta dengan memberi waktu untuk mempelajari mekanisme pengisian soal, 30 menit sebelum ujian dimulai. Langkah ini dilakukan karena masih ada peserta yang belum lihai dengan perangkat komputer.