Warga korban gusuran melintasi alat berat yang sedang meratakan bangunan di lokasi gusuran Waduk Pluit, Jakarta, Selasa (23/4). Belum adanya tempat tinggal baru membuat sejumlah warga tetap bertahan di loaksi sekitar waduk. TEMPO/Subekti
TEMPO.CO, Jakarta - Belum juga penertiban dimulai, puluhan warga sisi barat bantaran Waduk Pluit, Kebon Tebu, sudah bersiap menghalangi aparat Pemprov DKI Jakarta sejak pagi hari sekitar pukul 10.00.
"Jangan dibongkar, jangan dibongkar. Lawan, lawan. Bakar, mereka pantas dibakar," ujar beberapa warga yang menolak untuk ditertibkan hari ini, Kamis, 22 Agustus 2013.
Berdasarkan pantauan Tempo di lokasi, berbagai upaya dilakukan warga untuk menghalangi laju aparat yang mencapai 800 orang. Salah satunya memasang portal di depan gerbang masuk RT 19 RW 17.
Selain memasang portal, warga juga menaruh sejumlah batu, seng, asbes, gelondongan kayu kering berukurang besar, serta sejumlah ban. Benda-benda itu ada yang dilumuri bensin. Mereka berencana untuk membakarnya untuk menghalangi laju petugas.
Beberapa warga tampak memegang spanduk bertuliskan penolakan penertiban. Beberapa ada juga yang memegang bendara Merah Putih dan bambu runcing, seakan hendak berperang.
Nureti, salah satu warga berkata bahwa ia enggan pindah karena menunggu janji pemerintah untuk membangun rumah susun (rusun). Ia mengutip janji Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, yang katanya, memberi waktu 2-3 tahun untuk warga waduk menertibkan diri. "Itu sebelum bulan puasa," ujarnya.
Hingga pukul 10.30, warga masih menutup jalan masuk ke lokasi penertiban. Motor yang hendak lewat dipaksa memutar.
Sejumlah Satpol PP bersenjata pentungan dan perisai anti huru-hara bersiaga di depan jalan yang ditutup. Mereka mengisyaratkan akan menerobos masuk tak lama lagi.