TEMPO.CO, Jakarta - Lurah Susan Jasmine Zulkifli ramai jadi topik pembicaraan lantaran ditolak sejumlah warga Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Sang lurah ditolak karena beragama Nasrani dan tidak merepresentasikan wilayah Lenteng Agung yang mayoritas beragama muslim.
Tempo pun mencoba menemui Lurah Susan di kantornya pada Kamis sore, 22 Agustus 2013, kemarin. Ternyata, Lurah Susan sedang tidak di tempat. "Bukan pulang, lurah sedang blusukan," ujar staf kelurahan, Abdul Roup. Menurut Abdul, bila sudah blusukan, Susan suka lupa waktu. "Bahkan kadang malam baru pulang."
Abdul menjelaskan, blusukan salah satu strategi Susan untuk mendekatkan diri dengan masyarakat. Ia aktif melakukan itu setiap hari. "Blusukan-nya sampai ke pinggir kali (Ciliwung)," ujarnya.
Menurut Abdul, Susan diterima masyarakat Lenteng Agung. Ia kaget mendengar kabar penolakan sejumlah warga terhadap pemimpinnya itu. "Saya baru dengar. Ah, warga baik-baik saja kok," ujarnya.
Abdul menceritakan, ketika Susan blusukan, banyak warga yang memeluk dan berfoto bersama. "Ia juga rajin silaturahmi ke rumah warga," ujarnya.
Namun hal ini tak membuat kubu penolak luluh. "Kami beri deadline ke Balai Kota hingga Senin mendatang. Kalau tidak, kami siap demo di sana dan di kantor kelurahan," ujar Rusli. (Baca: Ahok Tak akan Ganti Lurah Lenteng Agung)
Ternyata tak semua warga menentang kepemimpinan lurah perempuan hasil lelang jabatan ini. Ketua RW 02 Sardiman menyatakan bahwa ia tak ada masalah dengan kepemimpinan Lurah Susan. Menurut Sardiman, warga menilai sang lurah secara objektif berdasarkan kinerjanya, dan bukan berdasar agama serta jenis kelamin. "Baru satu bulan (menjabat) apa yang bisa kami nilai," ujarnya. Ia menegaskan tidak menilai seseorang dari kepercayaan yang dianutnya, tapi pemberian untuk masyarakat sekitar. (Baca: Pro Kontra Penempatan Lurah Lenteng Agung)
