Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama ketika menemui penjual kopi setelah upacara di Monas, Jakarta (19/9). Tempo/Anggrita Desyani
TEMPO.CO, Jakarta - Para pegawai negeri DKI Jakarta baru saja bubar dari Lapangan eks IRTI Monumen Nasional, Jakarta Pusat, pada Kamis, 19 September 2013. Mereka baru saja mengikuti upacara memperingati digelarnya Rapat Raksasa di Lapangan Ikada.
Tinggal beberapa gelintir pejabat yang masih berada di sana karena melayani pertanyaan para wartawan, salah satunya adalah Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama. Tak dinyana, tiba-tiba dia mendekati penjual kopi keliling yang sudah mangkal di lapangan IRTI setelah upacara bubar.
Dua perempuan yang berdagang kopi sempat terlihat panik saat Ahok mendekatinya. Namun Ahok menyapa ramah, "Bu, nanti sampahnya dibuang sendiri, ya, kasihan tukang sapu," ujarnya. "Enggak apa-apa, kok, jualan di sini."
Dua penjual kopi bernama Iis dan Sumiati pun tersenyum mendengar penjelasan Ahok. Mereka lega karena tak diusir berjualan. Wagub juga meminta mereka tak membuang sisa air panas dan kopi ke tanaman. "Nanti mati tanamannya, dikumpulkan saja di plastik, baru dibuang," katanya. Kedua pedagang kopi itu pun manggut-manggut.
Ahok lalu membagikan kartu nama kepada penjual kopi, tukang parkir, dan tukang sapu yang berkumpul di sana. "Kalau ada pengaduan, sms saja ke saya," katanya.
Ahok menjelaskan, pemerintah tak keberatan para pedagang kaki lima berjualan di area Monas. Asalkan tetap menjaga kebersihan dan keindahan taman. "Yang melanggar baru kami tindak," katanya.
Iis, 23 tahun, salah satu penjual kopi, mengaku senang dengan perhatian Ahok. Perempuan asal Tanah Abang itu sudah dua tahun berjualan kopi di Monas. "Biasanya sampahnya kami bawa, air panasnya juga enggak kami buang ke pohon," katanya. Dia mengatakan, hanya sesekali memberi uang kepada petugas keamanan atau tukang sapu. "Paling seminggu sekali, dua ribu buat beli kopi," katanya.
