Sopir truk tangki BBM, Chosimin dirawat di RSPP, Jakarta, Selasa (10/12). Tabrakan antara KRL Commuter Line dan truk BBM di Perlintasan Ulujami, Senin (9/12), menewaskan 6 orang. TEMPO/Linda Hairani
TEMPO.CO, Jakarta - Polisi mulai memeriksa Chosimin, 40 tahun, sopir truk tangki Pertamina yang bertabrakan dengan kereta komuter di Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan. Namun, penyidik cuma bisa menginterogasi Chosimin melalui telepon internal Rumah Sakit Pertamina Pusat (RSPP) lantaran dia masih dirawat.
Pemeriksaan Chosimin dilakukan oleh penyidik Kepolisian Resor Jakarta Selatan, Inspektur Satu Mas Waluyo. Waluyo, atas seizin manajemen RSPP, menelepon Chosimin melalui jalur sambungan telepon internal. Menurut Waluyo, pembicaraan tersebut merupakan cara untuk meminta keterangan awal yang akan digunakan dalam proses penyelidikan Chosimin.
Dalam percakapan yang berlangsung sekitar tiga menit, Waluyo melontarkan beberapa pertanyaan dan kembali mengulang jawaban Chosimin. "Oh sejak 2007 ya, Pak?", "Oh yang parah kernet ya, Pak?" begitu kutipan percakapan Waluyo dan Chosimin yang disimak oleh Tempo.
Hingga saat ini Chosimin masih berada di dalam ruang perawatan steril yang tidak boleh dimasuki siapa pun, kecuali dokter dan petugas kesehatan. Pintu ruangan perawatan mereka dijaga oleh seorang petugas keamanan rumah sakit. Chosimin dan kernetnya Mujiono, 44 tahun, dirawat dalam satu kamar di Instalasi Luka Bakar lantai 2F Bunyu RSPP.
Pada Senin, 9 Desember 2013, truk tangki yang dikendarai Chosimin bertabrakan dengan kereta api Commuter Line yang sedang melaju dari Serpong menuju Tanah Abang. Kecelakaan tersebut menyebabkan enam orang tewas dan 67 orang mengalami luka ringan hingga luka berat. Masinis kereta yang bernama Darman Prasetyo meninggal dalam kecelakaan tersebut.