TEMPO Interaktif, Jakarta:Sekretaris Komisi E Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta, Hizbiyah Rochim mengatakan, selisih pembelian alat kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Duren, Jakarta Timur pada tahun 2004 sebesar Rp 1,2 miliar. “Anggaran (APBD 2004) Rp 6,65 miliar dan dibeliin Rp 5,3 miliar. Jadi sisa Rp 1,2 miliar, “ kata Hizbiyah usai rapat dengar pendapat dengan pihak RSUD Duren Sawit di kantor DPRD, Jakarta, Jum’at (15/4). Sebelumnya, Ketua Komisi E Dani Anwar mengatakan bahwa berdasarkan hasil kunjungannya, ditemukan ketidaksesuaian merk dan spesifikasi alat kesehatan di RSUD Duren Sawit. Ketidaksesuain terlihat dari dokumen anggaran satuan kerja (DASK) dan surat kontrak pembelian. Sementara itu, anggota Komisi E Agus Darmawan mempersoalkan dasar perubahan merk dan spesifikasi itu. Menurut dia, dokter berhak mengajukan perubahan namun harus diketahui oleh pihak rumah sakit dan dinas yang terkait. “Kalau harga murah tapi kualitas bagus tidak apa-apa. Tapi kalau lebih mahal dengan kualiatas sama itu perlu dipertanyakan, “ kata diaSelain itu, menurut Agus perubahan tersebut menyangkut anggaran yang telah diberikan. Sehingga DPRD juga harus mengetahui. Pasalnya, persetujuan dewan, kata dia, diperlukan untuk perubahan anggaran. Sementara itu, Kepala Instalasi Rehabilitasi Medik RS Duren Sawit dr Nelly Tanjung mengatakan, pengadaan barang tergantung kepada tiap unit instalasi. Instalasi, kata dia, terdiri dari radiology, mata, psikiatri, dan rehabilitasi medik. “Tiap tahun setiap instalasi memasukan rencana pembelian alat sesuai kebutuhan. Kemudian dimasukan kedalam DASK, “ katanya. Dalam rapat yang dihadiri sekitar delapan orang perwakilan tersebut, direktur RS Duren Sawit tidak hadir. Bahkan, ketika Tempo mencoba mengkonfirmasi seluruh perwakilan yang datang tentang keberadaan komite medik dan sisa anggaran sebesar Rp 1,2 miliar, mereka hanya mengatakan, “Saya tidak bagian itu. Saya hanya user saja, “ katanya. ewo raswa