Kronologi Korban Obat Bius Bermasalah  

Reporter

Editor

Nur Haryanto

Kamis, 19 Februari 2015 07:55 WIB

Para dokter spesialis bedah melakukan operasi face off pada wajah Siti Nurjazilah, di ruang operasi Gedung Bedah Pusat Terpadu, Rumah Sakit Umum dr Sutomo, Surabaya, Rabu (27/2). Operasi ini bersifat sebagai koreksi atas operasi sebelumnya, untuk membantu Lisa lebih nyaman membaur dengan masyarakat. TEMPO/Fully Syafi

TEMPO.CO, Tangerang - Ary Avinto, 32 tahun, suami Rilda Amanda, 33 tahun, pasien Rumah Sakit Siloam, Karawaci, Tangerang, yang menjadi korban suntikan obat Buvanest Spinal yang diproduksi Kalbe Farma mengatakan, mendatangi Rumah Sakit Siloam, Karawaci, pada Rabu, 11 Februari lalu, sekitar pukul 10.00.

"Tujuan kami hanya untuk check up rutin, tapi karena usia kandungan istri saya sudah 40 minggu, kami siap saja jika dokter menyatakan untuk operasi pada hari itu juga," kata Ary kepada Tempo, Rabu malam, 18 Februari 2015.

Ternyata, kata Ary, dokter menyatakan Ida bisa dioperasi caesar hari itu juga. Sekitar pukul 14.30, Ida masuk ruang operasi dan suntikan yang diberikan dokter rumah sakit itu membuat Ida kejang-kejang dan akhirnya meninggal dunia.

Ida ternyata tidak sendiri, ada seorang ibu pasien urologi Rumah Sakit Siloam yang meninggal dalam kasus serupa.

Rumah Sakit Siloam, Karawaci, tidak membantah adanya dua pasien yang meninggal karena salah obat tersebut. "Tapi kami tidak bisa menjelaskan secara gamblang masalah ini," ujar Wakil Direktur Rumah Sakit Siloam Karawaci dokter Jeffrey Oeswadi kepada Tempo.

Menurutnya, biarlah yang memberikan keterangan dari PT Kalbe Farma dan Kementerian Kesehatan.

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Roy Sparingga mengatakan telah memerintahkan PT Kalbe Farma untuk menarik seluruh peredaran obat suntik bermasalah. Namun sebagian obat itu diketahui masih beredar di pasaran. "Yang berhasil ditarik baru sekitar 90 persen," ujarnya, Rabu, 8 Februari 2015.

Kasus obat suntik bermasalah bermula dari meninggalnya dua pasien Rumah Sakit Siloam, Tangerang, pada 24 Februari 2015. Keduanya meninggal setelah disuntik obat bius, Buvanest Spinal. Belakangan diketahui obat itu bukan Buvanest, melainkan obat untuk mengatasi pendarahan, yang mengandung Asam Tranexamat.

Roy menjelaskan, perintah penarikan dikeluarkan guna menghindari jatuhnya korban lain. Berdasarkan hasil investigasi BPOM, kata Roy, obat yang diproduksi PT Kalbe Farma pada tanggal 3 November 2014 itu seluruhnya berjumlah 26 ribu. "Karena itu, BPOM akan terus memantau penarikan dua produk tersebut," katanya.

Obat yang dimaksud adalah Buvanest Spinal 0,5 persen Heavy ukuran 4 ml dan Asam Tranexamat kemasan dua ampul dengan nomor batch 629668 dan 630025. BPOM meminta kepada seluruh pengelola rumah sakit, para dokter dan apoteker untuk tidak menggunakan obat-obatan tersebut sampai investigasi mereka selesai.

JONIANSYAH

Berita terkait

Puan Maharani Minta Polri Tindak Tegas Mafia Obat Covid-19

1 Agustus 2021

Puan Maharani Minta Polri Tindak Tegas Mafia Obat Covid-19

Puan Maharani mengutuk praktik mafia obat, terlebih untuk obat terapi Covid-19. Meminta mereka ditindak tegas.

Baca Selengkapnya

Bantah Terawan, YLKI Sebut Harga Obat Mahal karena Mafia Impor

27 November 2019

Bantah Terawan, YLKI Sebut Harga Obat Mahal karena Mafia Impor

YLKI menilai rencana Menkes Terawan Agus Putranto untuk mengambil alih perizinan obat tidak bakal mampu menurunkan harga obat.

Baca Selengkapnya

Diancam Mafia, Nyawa Conor McGregor Dihargai Rp 14,3 Miliar

11 Januari 2018

Diancam Mafia, Nyawa Conor McGregor Dihargai Rp 14,3 Miliar

Bintang MMA dari UFC yang namanya sedang berkibar, Conor McGregor, dikabarkan sedang terlibat masalah dengan mafia Irlandia dan diancam untuk dibunuh.

Baca Selengkapnya

Kasus Obat Palsu, IDI dan YLKI Desak Penguatan BPOM  

10 September 2016

Kasus Obat Palsu, IDI dan YLKI Desak Penguatan BPOM  

IDI meminta pengawasan obat dan makanan diperketat.

Baca Selengkapnya

Ingin Harga Obat Murah, KPPU Gandeng UNDP  

25 Mei 2016

Ingin Harga Obat Murah, KPPU Gandeng UNDP  

KPPU menggandeng UNDP agar masyarakat lebih mudah mengakses obat murah.

Baca Selengkapnya

Tak Pernah Terjadi, Pemenang Lelang Obat Dibatalkan LKPP

9 Februari 2016

Tak Pernah Terjadi, Pemenang Lelang Obat Dibatalkan LKPP

Pelaku industri farmasi mempertanyakan akuntabilitas Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) yang membatalkan pemenang lelang obat

Baca Selengkapnya

Obat di Indonesia Termahal di ASEAN, Ini Dalih Menkes

8 Januari 2016

Obat di Indonesia Termahal di ASEAN, Ini Dalih Menkes

Menteri Nila Moeloek mengatakan, obat-obatan paten tertentu seperti obat kanker mahal karena masih dibuat perusahaan farmasi asing.

Baca Selengkapnya

KPPU: Harga Obat di Indonesia Termahal di ASEAN  

15 Desember 2015

KPPU: Harga Obat di Indonesia Termahal di ASEAN  

KPU menyebutkan harga obat di Indonesia termasuk salah satu yang termahal dibanding negara-negara tetangga di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Tekan Harga Obat di Indonesia, Ini Usul KPPU  

15 Desember 2015

Tekan Harga Obat di Indonesia, Ini Usul KPPU  

KPPU mengusulkan pemerintah mengambil sejumlah langkah untuk menekan harga obat di Indonesia yang selama ini tergolong termahal di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Ini Surat Edaran Perhimpunan Dokter Tanggapi Suap Farmasi  

13 November 2015

Ini Surat Edaran Perhimpunan Dokter Tanggapi Suap Farmasi  

Investigasi Tempo menemukan sebanyak 2.125 dokter diduga menerima suap hingga Rp 131 miliar dari perusahaan farmasi.

Baca Selengkapnya