TEMPO Interaktif, Jakarta:Omnico Singapore Pte Ltd, sekutu pemilik 45 persen PT Jakarta Monorail dikeluarkan dari konsorsium Jakarta Monorail karena tidak mampu menyetor modal pada tanggal yang ditetapkan, 10 Oktober. “Omnico tidak ikut lagi di konsorsium,” kata Gubernur DKI, Sutiyoso di Balaikota, Kamis (20/10).Direktur Utama Jakarta Monorail, Ruslan Diwirjo mengelak bahwa Omnico telah keluar. “Pernyataan itu bukan dari saya tapi dari Pak Sutiyoso, mungkin dia mendapat informasi dari yang lain,”ujarnya. Namun akhirnya Ruslan mengakui kalau 45 persen saham yang ditinggalkan gabungan konsorsium Singapore MRT Engineering PTe Ltd, Singapore Technologies Electronic Ltd, Gema Holdings, dan Hitachi Asia Ltd itu akan diambil alih PT Indonesia Transit Central (ITC), sekutu pemiliki 55 persen saham Jakarta Monorail. “Beban itu normalnya beralih ke ITC,”jelasnya. Direktur Operasional Jakarta Monorail yang juga menjabat Direktur ITC, Sukmawaty Sjukur menegaskan, secara tidak langsung Omnico memang dikeluarkan dari konsorsium karena ketidakmampuan menyetorkan modal tadi. “Sahamnya terdilusi dan Omnico tidak bisa mempertahankan kepemilikan 45 persen saham,” kata Sukmawaty. Kebijakan pemberian tenggat waktu ditempuh Jakarta Monorail untuk mengejar target financial closing yang ditetapkan Pemprov, akhir November 2005. "Konsekuensinya, kami boleh mengajak investor lain dan Omnico tergeser,” jelas dia. Akibatnya ITC yang merupakan konsorsium PT Adhi Karya (Persero), Global Profex Synergy dan PT Radian Pillar Pasifik berusaha keras memenuhi target setoran modal US$ 20 juta, dan meningkat hingga US$ 150 juta sebagai syarat financial closing tahap pertama. Hanya saja sejauh ini belum ada sekutu baru yang menggantikan Omnico, setidaknya belum benar-benar fixed menggantikan Omnico. “Sementara kewajiban itu kami ambil alih dulu,”ujar Sukmawaty. Akibatnya, proyek monorel seakan berhenti. Monorel baru pada tahap pembangunan tiang pancang. Karena 45 tiang pancang di sepanjang jalan Kuningan tidak segera berubah bentuk menjadi utuh. Kini masih berupa sekumpulan besi-besi beton. Padahal dengan dana US$ 60 juta, tiang pancang harusnya sudah dibangun di sepanjang Casablanca, Kuningan, Asia Afrika, dan Kampung Melayu. Badriah